🦋 っ : Shoberry

662 136 2
                                    

Aku benar-benar menepati janjiku kemarin. Buktinya Mercury sudah menemaniku disini, di jalan tanpa arah. Aku mencari beberapa Toko Jaket milik Nakamoto Yuta, ya, tahu karena bertanya dari beberapa orang.

Yang kutahu, Pak Yuta adalah pemilik perusahaan bersenjata terbesar di Korea, entah laki-laki mengapa bisa sukses di negeri orang ketimbang negerinya sendiri. Yang jelas, ia manusia luar biasa. Hampir seluruh toko bersenjata atau toko jaket adalah media partnernya untuk memperluas jaringan bisnisnya.

Ia juga adalah teman Loey. Kalian ingat, ‘kan? Loey si Bajingan hebat, tanpa orang tahu. Padahal, saat di papan reklame ia sangat berwibawa dan berkarisma dilatari oleh kehidupannya yang harmonis. Itu salah besar, kawan.

“Eh—hai, Eonnie!”

Mendengar suara Jihan, aku langsung menoleh ke kanan. Ia sedang bersama beberapa temannya. Anak kecil ini terlihat sangat cantik dengan fashion yang modis seperti kalangan remaja Korea jaman sekarang.

Untung saja aku sedang memarkirkan motor, bagaimana jika sedang mengendarai motor, dan Jihan memanggilku begitu?

“Hai. Kamu lagi apa, Han?” Tanyaku sembari tersenyum kearah Jihan saja.

“Ini, mau ke Shoberry! Eonnie sendiri mau kemana?”

“Shoberry?” Aku sangat asing dengan nama aneh toko jaman sekarang. Katakanlah, aku kuno.

Jihan mengangguk. “Milik Pak Kepala Pemerintah Daerah Yuta. Eonnie mau ikut?”

Ide bagus, siapa tahu aku bisa menemukan beberapa kepingan tentang Shotaro, ‘kan?

“Baik.”

Sesampainya di Shoberry— sepertinya ini toko milik Shotaro— karena memang suasana seperti aku bersama Shotaro dengan tema yang menggemaskan, colourful, hangat, dan tentunya membuatku mual detik ini juga. Jihan dan beberapa temannya mengambil beberapa jaket. Dan aku tentu hanya menatap sekitar.

“Ada yang bisa saya bantu?”

Aku terkejut ketika ada pelayan yang ternyata mengikutiku sedaritadi. Aku meringis dan menggeleng. “Aku hanya ingin mencari jaket hitam, apa disini ada?”

Ia tersenyum. “Baik, mari saya antar.” Yang kemudian ia berjalan mendahuluiku. Aku mengikutinya sampai tujuan.

Terdapat banyak jaket hitam, di pojok toko. Agar tidak terlihat dominan karena tema toko ini seperti anak kecil, dan sepertinya warna hitam tidak cocok untuk anak kecil. Aku memilah-milah beberapa jaket dengan harga yang lumayan luar biasa. Untungnya, sangat berkualitas dengan harga segini. Wajar saja.

Kulihat papan kecil bertulisan diskon 40% yang itu artinya, aku akan membelinya. Aku tersenyum ketika memoriku setibanya berputar tentang Shotaro. Anak kecil ini, sukses membuatku terus berpikir tentangnya.





BAKA!”

ANO, ANO!!!”

“SHOTARO ITU— FRICK!”

Mian, mian, Yuko-ssi. Nggak lagi, nggak lagi!”



Aku menghelakan nafas ketika mengingat hari dimana aku bertengkar layaknya anak kecil di rumah. Shotaro yang menumpahkan susu di atas kasurku, dan ia malah melompat-lompat di atas kasur dengan wajah panik.

“Eonnie? Ini apa?” Jihan berada disebelahku, ia menemukan secarik kertas bertulisan—hm, mari kita lihat. “Siapapun tolong Sho, Sho nggak mau sama perempuan itu. Ayah juga nggak sayang Sho— ey? Ini bukannya Shotaro anak Pak Yuta, ya?”

“Entah.” Aku mengangkat kedua bahu acuh. Berpura-pura untuk tidak peduli, namun hatiku menjadi lebih khawatir lagi. Kemanakah aku harus mencari bayi itu?

Lil Shotaro ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang