🦋 う : Gue berhasil

668 134 0
                                    

Jalan Busan lenggang. Mercury kembali menemaniku setelah pulang kerja. Untungnya tadi Ten memberikanku bonus akhir bulan. Dan sepertinya, aku berniat untuk meminum seloki soju.

“Loh, Yuko!”

Baru saja bokongku duduk di kursi empuk, sudah ada saja yang menggangguku. Mataku terarah pada sumber suara, Liu Yangyang. Manusia datar ini, kenapa bisa kembali ke Korea? Kukira sudah mati.

“Oh, hai.” Aku mengangguk sembari memanggil pelayan dan memesan sesuatu.

Yangyang duduk di hadapanku dan tersenyum. “How’s life?”

As you can see.” Jawabku seadanya membuatnya ber-oh ria.

Imokay, lo lagi putus cinta, ya? Wajahnya sangat penasaran hingga mentapku dengan berbagai sudut. Aku menggeleng. “Muka lo kusutt!”

“Nggak merasa.”

“Muka lo emang datar, tapi disini gue bisa menilai,” Yangyang mengambil gelas pesanannya di tangan pelayan cantik sembari menggoda. “Thank you, dearest.” Jangan lupakan senyuman miring khasnya membuatku jengkel.

“Nggak berubah.” Celetukku dan memulai minum soju.

“Jelas,” Yangyang tertawa, akupun ikut tertawa. “mana ada orang yang pindah ke Amerika terus jadi lebih baik. Negara liberal, Man!”

Aku mengangguk saja. Kepalaku sudah mulai terasa pening, hampir seloki lebih. Ucapanku juga mulai melantur. Dan yang terakhir kulihat, ketika Yangyang tertawa puas.

Pada ruang obrolan, Yangyang menjelaskan kronologi tadi malam. Ya, aku percaya saja. Lagipula, ia juga mengirimkan voice note suaraku saat aku masuk.









Yangyang, gue berhasil mendapatkan tinta yang berwarna-warni. Gue paham, tentang apa itu kehidupa berwarna. Jawabannya adalah Shotaro. Lo tau, dia bayi. Gue risih banget sama dia. Tiap hari ngedot, minta peluk, nonton pororo, tapi itu sifat Shotaro yang buat hari gue berwarna. Hahahaha. Dia selalu ngenalin dunia luar ke gue, dunia berwarna merah, kuning, hijau, biru, ungu yang disatukan. Semua ada di dia. Sampai kemarin Ayahnya nuduh gue nyulik dia. Ayahnya Nakamoto Yuta, dan demi gue nggak masuk pernjara, gue lepasin Shotaro. Hahahaha, padahal hati gue nangis saat itu. Aneh pas dia ninggalin semuanya kembali abu-abu. Dan, gue kasian sama dia. Tanpa dia cerita, kayaknya gue paham alur masalahnya. Yangyang, bantu gue cari dia.”

Dan, sekarang, Renjun menemaniku di rumah. Kepalaku masih sangat pening. Aku hanya tiduran di tempat tidur dan di bawah ada Renjun sembari memainkan game.

“Mungkin lo suka sama dia, Ko,” celetuknya tanpa menoleh dan tetap fokus pada layar ponselnya. “Bahkan bisa aja lebih. Cinta mana ada yang tau? Kebetulan Bapak gue kenal Pak Yuta. Lo mau cari kebedarannya?”

Aku masih membungkam, dan menangkup pipi dengan satu tangan. Tidak mungkin jika aku tidak mau, tapi apa Shotaro masih menginginkanku? Pasti ia marah karena aku membiarkannya keluar dari rumahku. “Nggak.” Finalku sembari menatap Renjun.

Kulihat Renjun mengusap wajahnya kasar, ia mendecih dan tersenyum kecut. “Prioritasin hati, ketimbang ego, Ko. Lo gengsi banget.”

Ucapan Renjun membuatku tertawa dalam hati. Baik, Mercury, nanti malam kita akan berkeliling negara Ginseng ini. Shotaro, tunggu aku.

Lil Shotaro ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang