🦋 え : Photoshoot

776 142 15
                                    

Bibir kecil terpoles lipstik merah jambu, dua kelopak mata di poles dengan warna merah muda yang lembut, dan bedak sudah di pakai sempurna pada permukaan wajahnya. Kemudian, dipakaikannya sweater putih kecil yang membuatnya bersinar.

Itu bukan aku. Itu adalah bayi besar.

Bagaikan seorang boneka. Shotaro sudah nyaris seperti itu. Dengan beberapa sticker kecil di area wajah, dan background foto yang gemerlap membuat semakin ramai.

Kini aku dan Shotaro sudah berada di Studio milik Jeno yang terletak di dekat Gangnam Roead. Sebelum kami datang, sudah ada Xiyeon sebagai kekasih Jeno yang datang lebih dulu dan kini ia sedang damai di kursi rias. Sedari tadi, tugasku adalah memantau Shotaro. Ia terus saja meminta susu, permen, dan coklat. Untung saja ia inisiatif membawa makanan kesukannya di tas.

“Yuko, sebentar!” Shotaro menarikku ke dalam ruang ganti. Ia menatapku dalam versi anak kecil. Aku membola malas. Kenapa bayi ini? Mau meramalku mungkin. “Sho bukan manusia.”

Hening. Aku tidak percaya pada ucapan balita bodoh seperti Shotaro. Terlalu tidak logis.

“Sho alien.”

“Terus gue harus percaya?”

Shotaro mengangguk manatp yang malah kutertawai dengan nada meremeh. “Sho alien.” Ia tersenyum aneh. “Alien paling ganteng yang pernah ada.”

Aneh sekali bayi ini. Aku melipat kedua tangan di dada sembari menata Shotaro dengan datar.

“Tujuan Sho ke bumi untuk mendarat di hati Yuko.”

Hening. Sudahlah Tuan Osaki, memangnya wajahku terlihat peduli dan tertarik pada ucapanmu? Untung saja ada Jeno yang memanggil Shotaro untuk memulai pemotretannya. Dan aku kembali duduk di kursi menghadap Studio.

Mataku selalu menangkap gerak-gerik Shotaro. Tiap ia bergaya, berkedip, bergerak kesana-kemari, bahkan saat ia bernafas. Ck. Bayi besar ini, terlihat sangat bahagia dari sisi manapun. Bahkan kurasakan hawa bahagia ketika Chaewon menatap Shotaro sembari tersenyum kecil. Sepertinya gadis ini menyukai Shotaro.

Berkali-kali aku mendengar suara jepretan yang keluar dari kamera. Aku tertawa dalam hati sembari memperhatikan Shotaro di depan sana. Seperti bayi. Itulah definisi Shotaro sebenarnya.

“Shotaro mau ke tempat crepe di depan bareng aku, nggak?” Kulihat Chaewon berkata seperti itu diiringi dengan senyumannya.

2 jam berlalu, pemotretan sudah selesai. Aku masih duduk di dalam sini. Jeno masih membereskan peralatan fotonya. Sementara Xiyeon sudah pulang 20 menit lalu.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, namun batang hidup Shotaro masih belum terlihat. Ck, kemana, sih?

“Iya, Sho sama Yuko tinggal sama-sama!”

Aku berdiri ketika Shotaro masuk ke dalam Studio sembari melompat-lompat. Tak lupa dengan Chaewon disebelahnya. Ck, enak sekali mereka bersantai-santai.

“Shotaro. Pulang.”

Kulihat Shotaro langsung memaparkan wajah takut dan menunduk sembari menghampiriku. “A-ayo...”

Bagus sekali Tuan Osaki.

Di sepanjang perjalanan ke rumah, Shotaro hanya diam menunduk seperti balita yang ketakutan. Aku hanya menggelengkan kepala. Benar-benar aneh orang ini. Untung saja aku sudah terbias dengan sifat aneh Shotaro.

Sampai di rumah, baru saja aku melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar, Shotaro menarik tanganku. Aku menatap Shotaro lama tanpa ekspresi. Ia menatapku dengan sendu dan menggigit bibirnya.

“Yuko jangan marah. Sho takut.”

Lil Shotaro ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang