🦋 さ : Rapot

950 157 0
                                    

“Gue mau ambil rapot. Lo mau ikut?”

Sembari memakai bucket hat, aku langsung menghampiri Shotaro yang sedang meminum air mineral dari gelas Doraemonnya sembari menonton televisi. Ia menoleh dan menggaruk tengkuknya.

“Boleh?”

“Boleh. Asal lo nggak banyak omong dan sok akrab. Gue nggak punya temen selain Renjun.” Ucapku yang di angguk antusias oleh Shotaro.

Di luar dugaan, membawa Shotaro sama saja membawa Naeun, sepupu kecilku. Shotaro terus saja menjingkrak, dan merengek bila tidak dibelikan Es Krim dan Balon. Huh, tapi aku juga kasihan karena sudah seminggu ia di rumah tanpa keluar.

“Ih~ Sho mau loli~”

Bagaikan majikan yang memegang tali leher peliharaannya, dan ketika peliharaan itu menarik sang majikan, mau tidak mau ikut tertarik. Kondisiku sekarang begitu. Shotaro menarikku ke dalam toko lolipop dengan nuasa merah jambu. Aku mual, menjijikan. Ini tidak lucu. Ini menggelikan.

“Sho mau ini~ Sho mau~~ Boleh, ya? Eh—Jungwoo hyung! Hawoo~~”

Aku menoleh ketika bayi besar ini sedang mengobrol dengan [ria asing. Ya, sepertinya teman di sekolah. Lebih baik aku pergi membayar lolipopnya dan buru-buru ambil rapot.

Seusai membayar, kulihat Shotaro masih saja mengobrol. Aku menghampirinya membuat temannya terkejut. “Sho?”

Shotaro tertawa kecil. “Loh, Yuko sudah selesai? Ayo!” Ucapnya sembari memegang tanganku. “Eh... tapi, ini Jungwoo Hyung. Temen Sho di sekolah! Dia anak pintar, loooh~”

Aku membungkuk dan tersenyum kikuk. “Yuko.”

Jungwoo tersenyum hangat hingga matanya tak terlihat. “Halo, Yuko. Duh, bayi ini, gue ajak pulang nggak mau! Gue titip, ya?” Aku mengangguk. “Dia ngerepotin, nggak?”

Sekali. Sangat. Banget. Really. Aku menggeleng. “Biasa.”

“Syukurlah.” Jungwoo menatap Shotaro. “Ini gue kabarin Ibu lo, atau nggak?”

“Nggak!!” Sungut Shotaro sembari menyilangkan kedua tangannya. “Sho mau sama Yuko!!” Ia memeluk lenganku seperti biasa. Aku hanya bisa membola dan menghelakan nafas.

“Ya... yaudah, deh. Jangan nonton Doraemon terus! Kasian, tuh, Yuko-nya!”

Berakhir di sekolah. Tiba-tiba saja Renjun mengatakan bahwa ia tidak bisa hadir. Lagi-lagi aku sendiri. Namun, tak apa, aku sudah biasa. Aku jalan ke ruang guru tanpa rasa takut sedikitpun. Walau aku tahu, banyak sekali mata yang menatapku dengan tidak suka.

“Yuko...” Bisik Shotaro disebelahku. “Sho pernah kesini!”

Tepat di depan ruang guru, aku menyuruh Shotaro duduk dan selalu memakai masker. Aku melangkahkan kaki ke dalam ruangan, dan langsung menghampiri Bu Sungkyung sebagai wali kelas. Duduk dihadapannya, dan diam.

“Baik.” Kulihat ia mengambil berkas sekaligus rapotku dan menaruhnya di meja. “Nilai sosialisasimu masih saja D. Kenapa?”

Aku menghelakan nafas, menatap Bu Sungkyung tanpa ekspresi. Memangnya guna bersosialisasi dengan teman itu, apa? Memangnya saat di akhirat, hal yang di tanya soal bersosialisasi? Ck, tidak berguna. Lagipula, buat apa mempunyai teman, namun teman bisa saja munafik.

“Yuko.”

“Saat memang tidak punya teman.” Ucapku seadanya sembari mengambil rapot.

“Kamu nggak mau coba buat berteman?” Aku menggeleng. Cukup Renjun saja. Bu Sungkyung mengusap wajahnya frustasi. “Coba, Yuko. Sebenarnya semua nilaimu aman, cuma karena sosialisasimu dan ekstrakulikulermu tidak ikut, malah membuat nilaimu turun.”

“Semoga, Bu.” Aku berdiri menggenggam rapot dan membungkuk sopan. “Saya pamit.”

Buat apa ambil rapot, kalau pencerahannya setiap setahun 2 kali, hanya mempertanyakan nilai sosialisasi yang tidak berguna itu?

Lil Shotaro ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang