Prolog

760K 16.2K 1.9K
                                    

Buat yang udah baca versi lama cerita ini, tolong jangan spoiler!

"Hidup sebatang kara pada awalnya memang tidak mudah, apalagi untuk seorang anak perempuan bungsu seperti diriku. Hanya berbekalkan ilmu dan juga harta yang ditinggalkan Papa sebelum dia jatuh ke dalam pelukan wanita lain, akhirnya sekarang aku sudah menyelesaikan pendidikan dengan baik. Juga sebentar lagi, aku akan meraih kejayaan yang sesungguhnya. Aku percaya, Mama tersenyum senang sekaligus bangga menatap perjuanganku dari atas sana."

Wilona melebarkan senyumannya ketika sudah menginjakkan kaki di depan gedung Payton Company. Mungkin sebentar lagi permainan akan dimulai, pikirnya.

Suatu saat, dia akan mempunyai perusahaan sendiri juga. Contohnya seperti CEO dari Payton Company sendiri, yaitu Altezza Lee. Siapa yang tidak mengenal pengusaha itu? Sudah pintar, sukses, kaya, dan tampan juga. Sempurna! Itulah yang ditangkap oleh pasang mata orang-orang termasuk Wilona.

Bermodalkan hak istimewa dari dosennya, Wilona jadi mempunyai akses untuk melamar pekerjaan di perusahaan yang sedang naik daun itu sebagai sekretaris CEO.

Apakah ada yang spesial disana? Ada! Gadis itu bisa diwawancarai langsung oleh Altezza tanpa harus berhadapan dengan HRD terlebih dahulu. Keuntungan tersebut dia dapatkan dari dosennya yang mempunyai hubungan erat dengan si pemilik perusahaan.

Bagi Wilona, bekerja di perusahaan terkenal adalah permulaan yang cukup bagus. Apalagi dia belum mempunyai pengalaman kerja di perkantoran. Dia hanya menjadi kasir supermarket sejak lulus SMA.

Tapi sekarang, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung mewah itu dan berjalan menuju meja resepsionis.

"Selamat pagi! Saya ingin bertemu dengan Pak Altezza," katanya kepada sang penjaga meja resepsionis dengan sopan dan ramah. Baru disana saja, jantung Wilona sudah berdegup kencang.

Perempuan yang ada di hadapan Wilona tersenyum manis. "Apakah sebelumnya sudah membuat janji dengan beliau?" tanyanya balik.

Yang ditanya menganggukkan kepala. "Sudah. Atas nama dosen saya, Aldy Alhanan. Saya berencana untuk melamar pekerjaan sebagai sekretaris CEO," katanya.

"Ah ya! Saya tau itu. Langsung saja ke ruangan Pak Al, di lantai 8. Di depan ruangannya ada asisten pribadi Pak Al. Namanya Geffrey Adelino. Anda bisa langsung memberitahu hal tersebut kepadanya," kata sang resepsionis.

Wilona mengiyakan paham. "Baik, kalau begitu terimakasih." Dia menundukkan kepalanya sekilas lalu kembali melangkahkan kaki menuju lift terdekat.

Perasaannya mulai campur aduk ketika sudah tiba di depan ruangan dengan pintu yang sangat lebar dan megah. Di depan pintu tersebut, ada papan kecil yang diatasnya terukir 'CEO, ALTEZZA LEE'. Hanya dengan melihat tulisan itu, keringatnya sudah bercucuran.

Atensinya mulai beralih ke satu hal. Di seberang ruangan CEO, terdapat meja kantor. Posisinya sangat mirip seperti di drama 'What's Wrong With Secretary Kim'. Dan ada pria yang duduk disana sembari menatap ke arah layar laptop. Mengingat apa yang dikatakan resepsionis tadi, Wilona berpikir kalau itu adalah pria yang bernama Geffrey, asisten Altezza.

"Permisi. Saya ingin bertemu dengan Pak Altezza," kata Wilona berdiri kaku di hadapan pria yang tampaknya sedang sibuk tersebut.

***

Altezza menatap kembali wanita yang sedang duduk mematung di hadapannya. Rambut panjang terurai berwarna caramel, bola mata coklat pekat, hidung mancung, bibir tipis mungil, rahang oval, leher jenjang, dan payudara yang besarnya sangat ideal.

Tanpa sadar pria itu mengepalkan telapak tangan sambil berimajinasi kalau bibirnya mengulum salah satu gundukan itu dan gundukan lainnya diremas oleh tangan nakalnya.

"Kamu boleh kerja besok," kata Al setelah sadar dari lamunan liarnya.

Wilona membulatkan mata. "Bapak serius? Saya baru masuk ke ruangan Bapak dan bahkan belum diinterview." Perempuan itu memasang wajah tidak percaya.

"Kamu melamar jadi sekretaris saya kan? Terserah saya dong, mau diinterview atau enggak. Oh ya, jangan panggil Bapak. Panggil Al aja!" CEO yang baru berumur 27 tahun tersebut mengedikkan bahu dengan santai lalu berdiri dari duduknya.

"Tapi Pak-"

Altezza menggeleng. "Kamu udah resmi jadi sekretaris saya. Itu artinya kamu milik saya! Jadi kamu gak boleh ngebantah saya!" tekannya.

"Milik Bapak?!"

Altezza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang