1

706K 15.5K 2.1K
                                    

Sebelum membaca cerita ini, aku minta tolong banget buat yang dibawah umur supaya bijak dalam membaca ya?

Kalau ada adik-adik manis disini, silahkan minggat. Atau kalau mau baca, tolong adegan panas digulir tanpa dibaca ya!

Yang jelas aku udah kasih peringatan :)

JANGAN SEBUTIN UMUR KALIAN ATAU HAL-HAL YANG MENJURUS KE USIA! INI BUKAN TEMPAT PENDAFTARAN SEKOLAH!

Geffrey adalah karyawan yang bekerja di Payton Company sekaligus asisten pribadi Al serta sahabat. Mereka sudah saling mengenal sejak lama dan baru berhubungan dekat ketika sudah menjadi rekan bisnis seperti saat ini.

Pada awalnya meja kerja Geffrey berada di seberang ruangan Al. Tapi kini tempat itu digantikan oleh Wilona yang mulai hari ini menjabat sebagai sekretaris Altezza Lee. Pria itu sekarang bekerja di ruangan yang jaraknya juga tidak jauh dari ruangan Al karena sewaktu-waktu dia pasti dibutuhkan oleh Bapak CEO tersebut.

"Lo jangan coba-coba buat deketin Wilona!" peringat Geffrey dengan tajam kepada Al. "Inget! Dia sekretaris lo, bukan jalang lo! Jangan samain cewek berpendidikan sama cewek murahan! Ngerti lo?" tekannya dengan suara berat, dalam, tapi pelan.

Al mendengus kesal karena sudah mendengar peringatan itu beberapa kali daritadi pagi. "Gue capek dengernya, Rey. Iya gue paham! Gue bisa kok ngendaliin nafsu gue!" jawabnya dengan posisi badan yang bersandar di kursi kebesarannya.

Tidak bisa dipercaya, batin Geffrey berkecamuk. "Gue harap lo gak lupa kalau semua mantan sekretaris lo itu ngundurin diri karena ditidurin sama bosnya sendiri! Jangan sampai lo main lagi sama sekretaris lo yang kali ini! Dia yang paling berprestasi dibanding yang sebelumnya!" Pria itu keluar begitu saja dari ruangan Al tanpa menerima balasan sahabatnya itu.

***

Wilona masuk ke dalam ruangan Altezza tanpa mengingat perkataan Geffrey tadi pagi:

"Kalau mau ke ruangan Pak Al, kamu harus ditemenin sama saya! Demi kebaikan dan masa depan kamu!"

Altezza membulatkan matanya ketika menyadari presensi Wilona tanpa asistennya, Geffrey. Pria itu meneguk salivanya dengan kasar sambil memperhatikan Wilona yang berjalan ke arah mejanya. Bukan, lebih tepatnya lekuk tubuh wanita itu. Matanya benar-benar tidak bisa lepas dari sana ketika menatap tubuh Wilona yang dibaluti kemeja serta rok yang benar-benar membentuk tubuh wanita itu.

"Ini berkas yang harus bapak tanda tangani untuk hari ini," kata Wilona menyerahkan salah satu map kepada Al tanpa menyadari tatapan gelap dari bosnya tersebut. "Dan ini adalah schedule bapak setelah jam makan siang," sambungnya memberikan map yang satunya lagi.

Bukannya menghiraukan perkataan sekretarisnya itu, Al justru lebih fokus pada buah dada Wilona. Pikirannya mulai melayang entah kemana. Jika dibayangkan, ukuran gundukan perempuan itu sangat kelop dengan telapak tangannya. Dasar pria mesum. Kalau seandainya ada Geffrey disini, mungkin dia sudah ditampar oleh asisten sekaligus sahabat dekatnya itu.

"Pak?" Wilona melambaikan tangan di hadapan wajah Al ketika mulai sadar bahwa dirinya telah dihiraukan oleh pria itu. Tapi dia tidak mengerti dengan tatapan gelap Al.

CEO muda itu refleks menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan panggil aku 'Pak'!" tegas Al kemudian berdiri dari kursi kebesarannya. Suaranya bahkan mulai serak dengan nafasnya mulai memberat. Tidak akan pernah ada orang yang habis pikir dengan pria itu. Nafsunya sangat mudah untuk dibangkitkan.

Altezza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang