Welcome to my reading
I LIKE YOU SO MUCH.
"Loh mah, Papah sama bang Dika kemana?" tanya Hani.
Di ruang makan hanya ada Nia dan Hani saja yang ingin memakan nasi goreng buatan Nia.
"Udah pergi noh" ujar Nia. "Makanya jadi cewe jangan kebluk - kebluk amat neng" cibir Nia, mengambil piring kosong untuk dibawanya ketempat pencucian.
"Udah mau jam tujuh kurang masa Fathur gak dateng - dateng sih" gerut Hani, melihat jam yang melingkar manis ditangan kirinya.
"Coba gue chat aja deh" gumam Hani mengambil ponsel di dalam tasnya.
Hani
[ Fathur mau jemput gak si! Gue takut telat nih. Kalo mau ngajak bolos gak usah bawa - bawa gue dong.]
✔"Pake segala ceklis satu lagi ah" kesal Hani yang sudah sampai ubun - ubun menunggu Fathur yang tak kunjung datang membuatnya stres sendiri karena tidak ada kepastian.
Percayalah sesuatu yang tidak pasti itu sangat mengecewakan dan menyakitkan.
"Mau sampe kamu jamuran didepan pintu juga Fathur gak bakal dateng" ucap Nia tiba - tiba. Berjalan melewati Hani begitu saja seraya tangan kanannya membawa siraman bunga.
"Makanya kalo ada yang nelfon tuh diangkat dulu, siapa tau pen-"
"RAFLI" teriak Hani dari depan teras. Memotong ucapan Nia, menggeruti Hani didalam hatinya karena kesal. Tidak sopan memotong ucapan orang tua.
Sedangkan Rafli yang namanya dipanggil, pun menghentikan motornya yang ingin keluar gerbang rumahnya.
"Mah, Hani berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum" pamit Hani mencium punggung Nia.
"Waalaikunsalam" gumam Nia. Melihat Rafli sendu yang tengah tersenyum lembut kearahnya.
Ada rasa sakit ketika melihat Rafli tapi, rasa kasihan lebih mendominasi saat ini. Bagaimana Rafli bisa tumbuh dan pengertian seperti ini terhadap orang tuanya.
Kecewa. Nia kecewa dengan dirinya yang tidak bisa menjaga apa yang ia miliki. Tidak bisa menepati janjinya untuk tidak berbagi kepada siapapun.
Tapi, orang terdekat, lebih tepatnya keluarga suaminya yang melakukan semua ini. Memecahkan keluarga yang dulunya sangat bahagia. Tidak sebahagia sekarang yang hanya untuk menutupi satu kesalahan saja.
Hanya masalah kecil menurut Nia, dan itu bisa dicari lagi dengan cara berjuang bersama - sama bukan seperti ini, menyakiti salah satunya bahkan bisa dua - duanya.
💤💤💤
"Rafli, gue nebeng ya" ucap Hani menampilkan raut melasnya.
"Lo gak bareng Windi 'kan?" tanya Hani.
Rafli menggeleng dan tersenyum. "Ayo naik" ucap Rafli. Membuat Hani langsung menaiki motor besar milik Rafli.
"Hari ini gak bakal belajar, jadi tenang aja" kata Rafli ketika sudah menjalankan motornya melusuri jalan menuju sekolah mereka.
Sebenarnya hati Hani masih deg - deg gimana gitu bila dekat dengan Rafli. Yang namanya move on tidak semudah yang kita pikirkan bukan?
Ya, inilah perjalanan Hani untuk move on dari Rafli dengan cara seperti ini. Menghilangkan rasa deg - deg gannya ketika berdekatan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Han & 4
JugendliteraturCerita mengandung alur yang berantakan dan susah ketebak oleh isi otak kalian. Mari follow dulu author