Welcome to my reading.
I Like You So Much.
"Hani ayolah" gadis berambut sebahu itu terus menerus menggoyang-goyangkan bahu Hani membujuknya supaya menerima bingkisan dari adik kelasnya yang di titipkan kepada dirinya, Titi.
"Gue gak bisa nerima ini Ti" ujar Hani berusaha keras menolak bingkisan yang di kasih Rafli untuk dirinya.
Bingkisannya itu lebih dari tiga dan itu membuat Hani bingung akan di apakan bingkisan ini.
Menurutnya bingkisan-bingkisan ini tidak penting, semuanya berisi dress-dress mahal keluaran terbaru dan bermerek. Pasti ini harganya menyamai mobil. Bisa jadi.
Andai saja, bingkisan sebanyak itu adalah isinya makanan, dengan senang hati Hani menerimanya tanpa beban.
Mungkin lelah Titi membujuknya sedari tadi jadi dia pergi membawa bingkisan-bingkisan itu, ntah kemana.
Yasudah, Hani melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah. Sudah tidak ada pengganggu seperti Titi.
Ketika sedang asiknya rebahan, gimana perasaan kalian ketika ada yang menggangu? Mengetuk-ketuk jendela lagi, tidak jelas. Jadi untuk apa fungsinya pintu bila jendela yang diketuk. Dengan hati terpaksa, Hani melepas handsatnya berjalan lesu ke arah jendela.
Setelah di buka, pandangan pertama yang Hani lihat adalah wajah tampan milik tetangganya ini, yang sangat menyebalkan sedang cengengesan tanpa dosa ke arahnya.
"Rafli, ngapain kamu disitu?" tanya Hani sedikit berteriak karena terkejut mungkin.
"Gue bawain dress sesuai warna kesukaan lo, blue" ucap Rafli menyodorkan paper bag kedepan wajah Hani.
"Gue tau bingkisan tadi gak lo bawa pulang, padahal semua dress warnanya kesukaan lo" ujar Rafli berpura-pura menampilkan raut prustasinya.
"Boong kamu, orang tadi aku liat ada warna pinknya" sergas Hani
"Ya wajar sih gue ngasih warna pink-" Rafli terdiam sebentar sedang memerhatikan pakaian yang sekarang Hani pakai. Baju lengan pendek warna hitam dan celana pendek di atas lutut berwarna dark.
"Kulit lo kan bersih, mulus, putih, Han, jadi wajar aja gitu kalo lo make dress warna pink kelihatannya itu wah." tutur Rafli.
"Aku tau nih otak-otak mesum kamu"
Rafli menggaruk tengkuknya yang tak gatal diiringi kekehan kikuknya. Di tatap sinis oleh Hani seketika langsung menutup jendelanya begitu keras.
"Han, gue tunggu di depan ya kita jalan" teriak Rafli dari luar ntah masih bisa di dengar oleh Hani atau tidak yang pasti sekarang Rafli sedang duduk manis mamainkan ponselnya di depan rumah hani.
ceklek
Pintu utama rumah Hani terbuka begitu saja menampilkan Hani yang memakai dress pemberian dari Rafli dengan rambut di kucir kuda membuatnya sangat berkesan hari ini.
"Ngapain di kuncir sih Han" ketus Rafli yang semula terpukau kini menjadi sinis. Rafli hanya tidak suka jika leher jenjang miliknya, eh miliknya, di perlihatkan untuk semua kaum adam nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Han & 4
Novela JuvenilCerita mengandung alur yang berantakan dan susah ketebak oleh isi otak kalian. Mari follow dulu author