"Biarkan suara deras hujan menutupi suara tangis ku."
Malam ini bukan lah malam yang indah. Malam ini turun hujan. Adara yang sedang tertidur terus menerus terbangun karena kedinginan. Dari semalam Adara tidak bisa tidur nyenyak dan ini sudah jam 3 pagi, hawa dingin selalu menggangu dan membangun kan dari mimpi nya.
"Aduh gila dingin banget, AC udah gua matiin tapi tetep aja dingin." Adara menutupi tubuh munggil nya dengan selimut tebal. Tapi tetap saja dia tidak bisa tertidur.
Gadis itu akhirnya memutuskan bangun dan membuat susu coklat, mungkin itu bisa menghangat kan tubuhnya. Tanpa sengaja dia menjatuhkan bingkai foto dirinya bersama mamahnya. Kedua perempuan yang mempunyai wajah tidak jauh beda, bisa dibilang mirip. Mamahnya perempuan yang sampai saat ini sangat dia rindukan,perempuan itu sangat menyayangi nya, walaupun perempuan itu juga lah yang hampir membunuh nya. Sekarang Adara sudah tidak bersama mamahnya, perempuan itu sudah pergi meninggal kan nya jauh ke tempat yang tidak bisa dia kunjungi.
"Mah, Rara kangen mamah." gadis itu menangis sambil menyebut panggilan kesayangan dari mamahnya.
Adara memang tidak pernah memperlihatkan sisi lemahnya pada semua orang, sekali pun itu Ayah dan sahabatnya. Tapi jika sudah sendiri Adara bisa menangis semalaman penuh. Adara hanya tidak mau ada seseorang yang bilang kalau dia lemah.
TOK TOK
Suara ketukan pintu membuat Adara segera mengahapus air matanya. Dia langsung membuka pintu dan terlihat lah seorang perempuan yang cantik, Jelita namanya. Namanya yang cocok dengan wajahnya, cantik jelita. Tapi Adara tidak menyukai perempuan ini, Jelita adalah Mamah tirinya, sudah hampir dua tahun Jelita menjadi mamah tirinya tapi Adara tidak pernah menerima hal itu.
"Ya?." Adara malas berbasa-basi lagi.
"Malam ini dingin Ra, mamah buatin kamu ini susu coklat, pasti habis minum ini kamu gak kedinginan lagi." Jelita menyodorkan segelas susu coklat hangat pada Adara.
"Gak usah tante, Dara bisa buat sendiri. Itu buat tante aja." Adara menolaknya.
"Tapi Ra ini mamah buatin khusus buat Rara." Adara yang mendengar Jelita memanggilnya Rara langsung mendorong gelas berisi susu ke tubuh Jelita. Jelita terkejut tidak siap menghindar, dan akhirnya susu hangat itu mengenai bajunya.
"TANTE APAAN SI, UDAH SERING DARA BILANG KAN, JANGAN PANGGIL NAMA ITU. ITU CUMA PANGGILAN BUAT MAMAH KE DARA BUKAN ORANG ASING KAYAK TANTE." Adara membentak Jelita dengan marah.
"Maafin mamah Ra. Mamah gak sengaja." ucap jelita.
"GAK PEDULI. TANTE BUKAN MAMAH AKU STOP BUAT BILANG KALAU TANTE MAMAH AKU." Adara berteriak pada jelita. Melupakan sopan santun nya.
PLAK!. Tamparan keras menyentuh pipi Adara. Gadis itu segera tau siapa yang menamparnya. Papahnya, lelaki itu tidak suka jika Adara bersikap tidak sopan pada Jelita.
Adara hanya menatap kecewa lelaki itu. Ini bukan sekali atau dua kali lelaki itu menamparnya, sudah berkali-kali, mau itu karena Adara yang tidak sopan atau pun jika lelaki ini sedang marah. Adara memandang papahnya miris, papahnya lebih membela Jelita dari pada dirinya.
"Bela terus perempuan ini, papah itu sadar gak? Aku anak papah dan dia orang asing." setelah mengucapkan itu Adara langsung menutup pintunya, tidak peduli dengan kedua manusia itu.
Gadis itu menangis, mengigit bibir bawahnya agar isak tangis tidak terdengar. Adara kecewa, itu bukan lah papahnya yang dulu, lelaki itu berubah setelah mamahnya meninggal.
Malam itu bersamaan dengan hujan yang turun deras, air mata Adara juga ikut turun dengan deras.
***
"ADUH ANJIRT GUA TELAT." Adara kelabakan sendiri saar melihat jam, dia telat.
Gadis itu langsung pergi ke kamar mandi dan bersiap, berdoa agar diperbolehkan masuk nanti. Adara langsung turun, Adara tidak menyadari kalau rumah nya sangat sepi, bahkan pembantu yang biasanya bekerja juga tidak ada.
"LOH KOK DI KUNCI SI PINTUNYA." Adara panik saat tau pintu nya terkunci. Adara mengedarkan pandanganya, dia heran mengapa rumahnya sangat sepi. "Ini kenapa jadi sepi banget ya. Pada kemana si."
Adara berjalan ke arah dapur, dia laper. Saat ingin membuat maknan dia melihat ada surat dimeja makan, Adara membaca nya, matanya membulat saat membaca isi surat itu.
Hari ini kamu tidak papah ijin kan keluar rumah. Kamu terus ada di rumah 3 hari kedepan. sekolah sudah papah urus. Nanti bakal ada orang suruhan papah yang dateng buat jagain kamu.
"Jadinya gua di kurung gitu? helooo gua bukan anak ayam. kalo udah gini mau gak mau harus mau." Adara akhirnya pasrah.
Adara sudah ada dikamar, kegiatannya saat ini hanya memandangi wajah Regal yang ada di handphone nya. Gadis itu senyum-senyum sendiri dengan segala halunya.
"Kapan si Gal, kamu sama aku bisa jadi kita."
***
"DARAAAA." Adara langsung menjauhkan hp dari telinganya. Suara teriakan ke-3 temannya terdengar sangat berisik.
"Astaga kuping gua copot tanggung jawab ya."
"Bacot ah, lu pergi kemana si Ra." tanya Keyla.
"Dirumah." Jawabnya singkat.
"What?!. Trus tadi kata nyokap lu, lu ijin pergi. Boong lu ya?."
"Dia yang boong bukan gua. Udah la jangan bahas itu, males gua." Adara sudah muak dengan Jelita. "Mending sekarang kasih tau gua, gimana keadaannya Regal."
"Yaelah tuh cowok ditanya. Pasti baik-baik ajalah." Jawab Keyla malaes.
"Iya ra tanpa lu tanya, pasti lu tau juga kan." sahut Sea.
"Iya si, udah pasti baik-baik aja. Tapi kan gua..."
"Gua apa?." tanya Aluna.
"GUA KANGEN REGAL AAAA. GUA MAU LIAT DIA LUNA. GUA MAU KASIH MAKANAN KAYAK KEMAREN LAGI." Keyla langsung terdiam saat melihat Regal ada di belakang mereka. Regal dengar apa yang mereka bicarakan, dan juga teriakan Adara.
Keyla langsung menyenggol tangan Aluna dan Sea. Ke dua nya langsung menegang dan segera menyembunyikan hp Keyla.
"EH KOK DIEM AJA SI. IH JAHAT BANGET. ALUNA GUA KANGEN REGAL. SEA TANYA SAMA REVO ALAMAT RUMAH REGAL GUA MAU KE SANA." ke tiga nya melotot Adara benar-benar sudah bosan hidup.
"Si curut ga bisa diem banget tai." Keyla meruntuki teman nya yang gesrek itu dalam hatinya.
"Suruh temen lu buat jauhin gua." setelah mengatakan itu Regal langsung meninggalkan kelas.
Sedang kan Adara langsung melempar hp nya. "Tadi beneran suara Regal. Anjir gua malu."
HAPPY READING
sorry cuma sedikit banget ya gyus, authornya lagi gak semangat:')
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAL [Graventas]
Romansa"Semua perempuan itu bagi gua sama, perempuan itu beban, jangan harap gua bakal anggap lu kupu-kupu, ulat tetaplah ulat, beban akan tetap menjadi beban." - Regal Davilan Regal Davilan, mendengar namanya seperti tidak asing, ya benar nama biskuit. Ta...