Khawatir Dan Benci

134 19 0
                                    


"Apakah rasa khawatir itu pertanda cinta?"


typo bersebaran! kalau gak ada hamdalah.

Malam ini berbeda dari malam biasanya bagi Regal. Rasa khawatir terus menerus menghantui nya, bahkan datang ke dalam mimpinya. Regal tidak mengerti kenapa dia sebegitu khawatir nya pada Adara, pasalnya Regal tidak pernah merasa khawatir pada siapapun itu.

Mata yang awalnya terpejam, kini kembali terbuka. Kepala Regal sangat pusing, entah karena apa. "Sial. Kenapa tiba-tiba pusing gini sih gua." kepala nya terus menerus berdenyut.

Regal bangkit dari tempat tidur nya, menuruni anak tangga rasanya begitu sulit baginya saat ini, bahkan hampir beberapa kali dia ingin terjatuh kalau saja keseimbangnya tidak terjaga. Tujuan Regal adalah dapur, dia ingin mencari obat untuk meredakan pusing dikepala nya. Namun apa yang dia cari tidak ada.

"Arrghh. Dimana sih obatnya." Regal meremas kepala nya kuat-kuat. Bayangan Adara tiba-tiba datang kembali, membuat amarah Regal kembali naik.

Antenio papah Regal, tiba-tiba saja sudah duduk dikursi ruang keluarga dengan santai. Pria yang sudah bisa dibilang tua tapi masih mempunyai wajah yang terbilang cukup tampan, ia hanya memperhatikan Regal tanpa niat membantu. Pria itu mengeluarkan smirk-nya, seperti sudah tau apa yang putra nya cari.

"Cari ini?." Antenio memperlihatkan botol yang didalam nya terdapat obat. Benda yang Regal cari.

"Berikan itu ke saya." pinta Regal pada Antenio, tanpa embel-embel papah.

"Sopan sekali, siapa yang ajarkan?." Antenio mendekat, tanpa aba-aba tangan kokohnya menapar pipi Regal. Membuat Regal yang tidak siap terpental ke arah meja. Bukan lemah, hanya saja keadaan Regal memang sedang tidak baik, kepala nya masih berdenyut dan tiba-tiba saja tamparan keras dari papahnya, membuatnya semakin pusing.

"Lemah." kata Antenio datar. Pria itu melemparkan botol obat ke arah Regal dan langsung meninggalkannya.

Regal hanya menahan sakit di kepala nya, hal itu jelas membuat Regal tambah membenci papahnya.

Dan lagi, bayangan Adara muncul lagi. Regal tidak peduli, tetapi tanpa dia sadari, tangannya mengambil handphone dan langsung menelfon Revo.

"Ya kenapa Gal?."

"Suruh Sea ke rumah Adara, cek habis itu kasih tau gua keadaan dia."

"Sejak kapan lu peduli sama Adara?."

"Lakuin aja." Regal langsung menetup telfon nya sepihak.

Entah bagaimana Regal sekarang jadi gelisah, dia memikirkan Adara dan juga papahnya. Sungguh Regal benci pria yang bernama Antenio, dan sialnya dia adalah papahnya.

***

Disisi lain Revo bersama Sea sedang menuju ke ruma Adara. Tidak mungkin Sea sendiri yang ke sana, ini juga sudah tengah malam Revo gak bakal membiarkan Sea sendiri.

"Rere." panggil Sea.

"Revo Shel bukan Rere."

"Ish, Rere lebih cocok sama kamu dari pada Revo."

"Kenapa gitu?." tanya Revo sambil mengelus rambut Sea. Tanpa bertanya sebenarnya Revo sudah tau alasannya, dia hanya suka jika Sea menjelaskannya.

"Karena Revo itu sifat galak nya kamu, kalo Rere itu sifat manja nya kamu. Kalo sama aku kamu kan jadi manja." jelas Sea, gadis itu semakin menutup matanya, menikmati elusan tangan Revo dikepalanya. Sementara Revo hanya tersenyum mendengar nya.

"Jangan tidur Shel, kamu kalo tidur kan kebo." Revo mencubit hidung Sea, bermaksud agar Sea membuka matanya.

Hal yang Revo lakukan berhasil membuat Sea membuka matanya. "Aku ngantuk tau. Lagi ngapain si Regal nyuruh kerumah Adara, tumben banget Regal khawatir sama Dara."

"Gak tau aku Shel, ini juga kan baru pertama kalinya Regal khawatir banget sama perempuan."

"Jangan-jangan Regal suka ya sama Dara?." gadis itu langsung senang bukan main, Adara bisa meluluhkan hati cowok sangar bernama lengkap Regal Davilan, satu kata Dari Sea buat Adara. HEBAT.

"Kurang yakin aku sih. Tapi mungkin aja." Revo sendiri masih bingung sama Regal.

"Udah sampe Re. Aku gak sabar mau kasih tau Dara kalo Regal udah suka sama dia." tanpa menunggu Revo Sea sudah berlari menuju pintu putih dan langsung mengetuknya. Revo hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Sea. Revo tidak turun dia hanya mengamati Sea dari dalam mobil, biarkan Sea menghabisakan waktu bersama Adara.

Sea yang sedari tadi mengetuk dan berteriak memanggil nama sahabatnya kebingungan mengapa tidak ada yang membuka pintu, apakah suara teriakan Sea tidak terdengar?. Sea menjauh dari pintu, mencoba melihat ke arah jendela kamar Adara, matanya membulat sempurna saat melihat kaca jendela kamar Adara pecah.

"REREEEE!." Sea langsung berteriak panik memanggil nama Revo.

Revo yang sedang memperhatikan gelagat aneh pacarnya langsung tersentak saat nama nya diteriaki, cowok itu langsung keluar mobil dan mendekati Sea.

"Kenapa Shel?."

"Itu itu kaca jendela kamarnya Adara pecah, aku takut Dara kenapa-napa." Sea menarik Revo ke arah pintu, pintu itu terkunci.

"Aku dobrak." Sea langsung mengangguk, tanda setuju.


hayoo gantung ya? hehe jahat sedikit gapapa kan? canda sayang.

sorry baru up guys.

HAPPY READING!!! jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote & komen.


REGAL [Graventas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang