Awal Mulai

201 45 27
                                    


"Kamu yang buat aku jadi seperti ini."

Saat ini Adara Graceva sedang berdiri di depan kelas XII IPA 3. Kelasnya Regal Davilian sang ketua Graventas. Rasa gugup bercampur takut kini menyerangnya secara berutal, Adara tidak pernah merasa setakut dan segugup ini. Saat di depan banyak orang pun dia tidak pernah merasa seperti ini, tetapi hanya di depan 38 murid, dan Bu Aini sebagai guru bahasa nya, dan jangan lupakan 9 orang laki-laki yang biasa disebut inti Graventas yang diketuai Regal, Adara sudah merasa lemas, kakinya tidak bisa dia gerakan lagi. Dia butuh penculik, culik dia dan bawa dia menjauh dari kelas ini!.

"Adara ayo masuk, kamu sudah siap kan?." tanya Bu Aini.

"Ii...iya bu sebentar." Adara menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskannya dengan tenang, tidak ada kata mundur, harus maju walaupun rasa takut lebih besar.

Perlahan kakinya bergerak memasuki kelas. Adara sudah memasuki kelas. Hawa dingin langsung mencekamnya, seolah tidak mengijinkan Adara keluar dari kelas. Menarik nafas sekali lagi, pasti Adara bisa melakukan ini, pasti!. Adara Graceva bukan lah perempuan lemah yang akan mundur karna rasa takut.

Sementara anak Graventas mulai ramai menggibah, sudah lama mereka tidak mendengar Adara membaca puisi. Lebih tepatnya saat Regal berkomentar buruk, Adara berhenti.

Mata Adara langsung mencari Regal, saat itu juga Regal sedang menatapnya. Adara mati rasa. tatapan itu, tatapan itu bisa membuat dia mati seketika. setelah beberapa detik bertatapan, dia langsung mengedarkan pandangannya ke arah lain, tidak boleh dia tidak boleh kalah dengan rasa takut.

Di lain sisi Regal yang dari awal hanya memperhatikan Adara, lelaki itu seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi rasa bencin pada perempuan masih ada. Regal merasa risih saat Adara menatap nya juga, tapi Regal tetap menatap Adara.

"Adara ayo mulai, jam pelajaran ibu sebentar lagi habis." Adara hanya menganguk.

Adara berdehem sebentar, mencoba menghilangkan gugup nya. Dia mulai membaca.

Tak bosan ku memandangmu

Memandang indah warna sayapmu

Meliuk terbang seakan menyapaku

Betapa indah hari karenamu

Ingin ku sentuh indah parasmu

Memberikan rasa ingin selalu bersamamu

Kupu-kupu...

Sungguh indah CintaanMu

Semilir angin membawa indah parasmu

Menyapa hariku yang sunyi

Merendah menghampiri sekuntum bunga

Tak jemu ku memandang indah sayapmu

Serasa ingin mencurahkan isi hatiku

Akan keluh ini, akan sesakku

Padamu, kupu-kupu...

Mungkin tak ada yang tahu

Aku ingin berbagi rasa ini

Mungkin dapat menghilangkan kesunyian hati

Kupi-kupu...

Sungguh indah sayapmu

Kupu-kupu terbang tinggi

Bunga-bunga dihinggapi

Adara selesai membaca, gadis itu masih mampu untuk membaca puisi dengan baik dan benar. Seluruh murid bertepuk tangan. Kemampuan Adara membaca puisi memang tidak perlu di ragukan. Memang hanya membaca. Adara tidak berbakat untuk membuat puisi dia hanya berbakat membacanya. Biasanya dia mengambil puisi dari Google atau pun Gurunya.

REGAL [Graventas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang