6. Kau demam, Bam ?

1.3K 266 16
                                    


Khun Aguero Agnis yang berusia 10 tahun saat ini mendapati dirinya terbangun dengan perasaan panik.

Maria dan keluarganya sudah diasingkan.

Hal yang seharusnya tidak terjadi jika Maria lulus babak pertama seleksi kemarin.

Untuk menenangkan dirinya, dia mencoba menarik napas panjang dan menghembuskannya. Sayangnya tidak berhasil. Paniknya tidak berkurang.

Ini buruk. Sangat buruk.

Pertanyaan mucul di kepalanya. Apakah tindakannya benar dengan tidak membantu Maria kemarin ?

Apalagi jika Maria tahu dia bisa membantunya, mungkin hubungan mereka akan hancur berkeping-keping. Maria pasti sangat sedih.

Huh, dia tidak layak menjadi orang yang paling disayangi Maria.

Bagaimana dia bisa menghadapi Maria sekarang?

Khun menghela nafas. Apapun itu, lebih baik sekarang dia menemui Bam dulu. Mungkin dengan bertemu Bam, perasaannya akan menjadi lebih baik.

Dengan perlahan, dia mengangkat tubuhnya dari tempat tidur. Dia dengan cepat mengambil sweater besarnya yang tergantung di lemari dan tanpa mengikat rambut panjangnya, dia melangkah keluar dari kamar.

Perlahan, tanpa suara, dia keluar dari pintu belakang rumahnya. Dia sedang tidak ingin bertemu ibunya ataupun kakaknya. Moodnya sedang buruk.

Dia berjalan cepat menuju ke daerah luar tower tempat dimana dia bertemu Bam terakhir kali.

Setelah beberapa jam, dia akhirnya sampai. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar ketika tidak melihat siapapun disana. Hanya ada padang rumput dan bebatuan besar.

Dia memutuskan untuk duduk berpikir langkah selanjutnya. Pikirannya secara tidak sadar memikirkan Maria. Dia diam termenung sampai terdengar suara.

"Khun!" Bam tiba-tiba didekatnya, bersuara tepat disamping telinga Khun. Hal itu membuat bocah biru itu refleks hampir mengeluarkan pisaunya ke arah suara itu.

Mata Bam tampak bersinar-sinar saat melihat Khun.

Khun sendiri merutuki dirinya. Apa yang dirimu lakukan ? Kau hampir melukai Bam, Aguero.

"Yatuhan, kau mengagetkanku Bam!" Khun berkata kaget. Dia ngeri memikirkan dirinya akan melukai Bam. Perasaan itu hanya bertahan beberapa detik sebelum moodnya membaik setelah bertemu sahabatnya lagi.

"Bam, dia tidak suka kau kagetkan" Rachel datang dari belakang Bam. Gadis itu memberinya tatapan penasaran, tidak menyangka Khun akan kembali setelah pertemuan pertama dengannya dan Bam 4 hari yang lalu.

Tidak seperti pertemuan pertamanya, Khun menemukan bahwa dia tidak terlalu kepikiran tentang keberadaan Rachel. Dia hanya perlu waspada tentang gerak-gerik gadis itu. Selama dia tidak melakukan apapun pada Bam, well...Khun tidak akan bertindak.

"Maafkan aku Khun karena mengagetkanmu" Bam berkata lirih. Wajahnya merasa bersalah.

"Tidak apa-apa Bam. Aku baik-baik saja kok" Khun berkata cepat dengan senyum lembut. Entah kenapa wajah Bam menjadi merah setelahnya.

Aneh sekali

Mungkin Bam demam ?

"Kamu baik-baik saja Bam ?" Khun bertanya, nadanya khawatir.

"Eh, aku baik-baik saja. Memangnya kenapa Khun ?" Bam menggelengkan kepalanya dengan lucu

"Tidak, wajahmu merah sekali. Aku takut kau demam"

"Aku baik baik saja kok-"

Khun menatapnya menyelidik, tidak percaya pekataannya

"Benar kok khun, aku-" Kata-kata Bam terhenti saat melihat Khun menempelkan dahinya ke dahi Bam sendiri. Wajah mereka hanya berjarak beberapa centimeter.

Bam bisa merasakan jantungnya berdebar kencang berada sedekat ini dengan Khun.

Ada apa denganku ?

Bam berusaha mengingat-ingat pelajaran dari Rachel. Jika jantung seseorang berdetak kencang, bisa jadi orang itu punya penyakit jantung.

Mungkinkah aku terkena serangan jantung ??

Khun sendiri tidak menyadari pergulatan batin Bam. Setelah memastikan bahwa Bam tidak demam, bocah biru itu langsung melepaskan dahinya dari dahi Bam.

"Ternyata benar, kau tidak demam Bam" Khun tersenyum lega.

Khun sama sekali tidak menyadari pandangan dengki untuknya dari seseorang disana.


TBC or not ?

To The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang