12. Drama

1.3K 194 19
                                    


Setelah berpelukan beberapa waktu, Bam merasakan perasaan khawatirnya menghilang. Dia melepaskan pelukannya dengan Khun.

"Maafkan aku mebuatmu khawatir" Suara Khun tenang.

Bam tersenyum. "Tidak, Aku yang minta maaf karena bersikap berlebihan."

Khun menggelengkan kepalanya, "Kamu tidak salah apa-apa. Wajar jika merasa khawatir. Kita bersahabat kan ?"

Bam terdiam sebentar, Sahabat ya. Dia perlahan mengangguk. "Tadi pagi, saat kau tidak datang saat jam janjian, aku sangat gugup dan cemas. Aku takut ada seseorang yang menculik atau menyerangmu." Dia menjelaskan sambil bergeser lebih dekat ke Khun.

"Hah ?...haha" Khun tertawa mendengarnya. Memangnya untuk apa orang meculiknya ? Tidak ada yang bagus darinya selain otaknya. Dan Khun pastikan otaknya akan membuat penculiknya menyesal. "Aku yakin tidak orang yang mau menculikku. Tidak ada yang bagus dariku."

Rachel menghela napas. "Aku sudah bilang kau tidak kenapa-kenapa, Aguero. Tapi dia tidak mendengarkan."

"Tentu saja, karena itu salah!" Bam berteriak, suaranya lebih keras dari biasanya. "Bagiku, Aguero sangat hebat. Kau pintar, kau baik dan..." Rona merah muuncul di pipinya, "Kau juga terlalu manis."

Rachel tersentak. Ah perasaan menyebalkan ini lagi. Dia tidak pernah suka Bam memuji Aguero.

Khun sendiri tidak sepenuhnya yakin bagaimana harus bereaksi. Dia tidak terbiasa dipuji dan dikhawatirkan seperti saat ini. Bahkan di kehidupan pertamanya, dia lebih sering mengkhawatirkan Bam daripada dikhawatirkan oleh Bam.

"Tunggu ..." sela Khun, matanya melebar menyadari sesuatu "Jangan-jangan kau mengira karena wajahku seperti ini, aku lemah?"

Wajah Bam memucat, penuh rasa bersalah sebelum perlahan menganggukkan kepalanya sebagai konfirmasi, "Iya, maaf. "

Khun menghela napas panjang. Dia sedikit merasa kesal dengan pemikiran Bam.

"Kau tidak boleh meremehkan orang seperti itu, Bam." Khun menjawab sambil menatap tajam Bam. Pipinya menggembung kesal

"Bam ?" Khun memanggil sahabatnya saat tidak ada jawaban

Masih tidak ada jawaban.

"BAM!"

Bam tersentak sebelum engan cepat menganggukkan kepalanya setuju. Terdapat sedikit rona merah di wajahnya. "Aguero benar, Aku tidak akan berpikiran seperti itu lagi."

Khun tersenyum mendengar ucapan Bam sebelum menyadari betapa dekat jarak Bam dengannya selama percakapan mereka. Jarak di antara mereka benar-benar hanya beberapa inci. Bam cukup dekat dengannya sampai dia bisa merasakan kaki mereka dengan lembut bersentuhan satu sama lain.

Kapan dia sedekat ini?

Kenapa dia tidak menyadari?

Haruskah dia menjauh?

Tapi Khun benar-benar tidak mau menjauh. Dia terlalu nyaman berbicara dengan Bam seperti ini dan dia sedang tidak mood untuk mengakhirinya.

"Aguero," Rachel berkata, membuat Khun menoleh kearahnya. "Siapa dia?" Gadis itu menunjuk ke Wangnan.

Khun menjawab cepat sambil menatap Wangnan. "Dia sahabatku".

Mata Wangnan yang melebar kaget membuat Khun tersadar. "Ah, sebenarnya aku baru bertemu dengannnya hari ini. Aku belum tahu namanya." Sial, dia refleks menjawab Wangnan sahabatnya. Sahabat macam apa yang tidak saling tahu nama ? Bagaimana jika Bam sadar keanehan ini ?

Untungnya Bam hanya tersenyum ceria. "Ah, temannya Aguero temanku juga. Salam kenal. Namaku Bam"

Khun melihat Wangnan ragu-ragu menjawab dan mengulurkan tangannya. "Namaku Khun Aguero Agnis. Kau boleh menmanggilku Khun atau Aguero." Dia tidak peduli. Toh Rachel juga memangilnya Aguero.

Senyum mulai terbit di wajah Wangnan. "Ah namaku Wangnan. Salah kenal !!"

Khun mengangguk sebelum menoleh kearah Rachel, menunggu gadis itu memperkenalkan dirinya.

Dia melihat Rachel tersenyum kecil.

"Ne, Aguero, berarti kau tidak menepati janji ketemuan denganku dan Bam tadi karena bertemu sahabatmu ini ?"

Deg.

"RACHEL!!!"

"Bam, dia tidak datang tadi karena bersama dengan si rambut kuning. Dia lebih memilihnya daripada kita. Dia akan membuang kita juga suatu saat"

"AGUERO TIDAK SEPERTI ITU!"

"Yah, Buktinya dia tetap tidak datang pagi ini karena bertemu dengan bocah kan ?"

Khun baru akan menyanggah ucapat Rachel saat melihat tatapan Bam. Tatapannya terlihat sakit.

Sial kenapa aku merasa bersalah ?


TBC or not ?

Silahkan divote jika ingin dilanjut

Saya akan melanjutkan setelah 70 vote karena sudah tidak ada draf


Oh ya menurut kalian karakter Rachel seperti apa ? 

To The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang