Kesepakatan (3)

364 57 133
                                    


Warning : hati-hati sama typo nya... Gak sempat revisi lagi... Mon maap ya...

______________________________________________________________

Matahari sudah hampir terbenam saat Dice dengan susah payah menyeret lengan Gentaro yang terus bersungut-sungut bilang sudah lelah. Didepan keduanya, Ramuda dengan ringan bersenandung sambil sesekali melompat-lompat seolah tidak pernah merasa lelah.

"Dewasalah, Gentaro. Sebentar lagi kita sampai!!" Ujar Dice setengah kesal.

"Oya-oya, sebentar itu berapa jam ya??" Cerutuk Gentaro. "Kau ingin membuat kaki ku putus ditengah jalan?"

"Baka! Kau terlalu berlebihan!"

"Tega nya memperlakukan hime-san seperti ini..." Gentaro memulai akting ala hime-hime nya dan sukses membuat Dice merinding disko.

"H-hentikan!! Aku gak akan tertipu lagi!"

"Souka~ Ternyata tuan muda Daisu-sama tidak mempercayaiku lagi... Saya sangat sedih, tuan muda~"

"Gentaro!!"

"Hyahahahaha~ Kau tega sekali, Dice!! Gentaro nangis tuh!" Ramuda tertawa terpingkal-pingkal melihat Dice yang salah tingkah.

Kepala Dice cenat-cenut sanking pusingnya. "Aku frustasi!! Baiklah, kita istirahat sebentar!"

Senyum cerah mengambang dibibir tipis Gentaro. Tanpa berlama-lama dia langsung duduk di pembatas jalan dan meluruskan kaki yang terasa kaku. Sudah 5 jam lebih mereka berjalan tanpa henti, dan itu bukanlah hal yang muda bagi kaum rumahan seperti Gentaro.

"Fwaahhh~ enaknya~✨" Seru Ramuda riang saat duduk disamping Gentaro. "Aku kedinginan Gentaro, peluk akuu!!"

"Haik-haik..." Ujar Gentaro sambil merangkul Ramuda lembut.

"Hangatnyaaa~~"

Dice yang melihat itu merasa aneh. Ada gejolak perasaan yang asing ia rasakan. 'Perasaan apa ini?'. Batinnya. Secepat kilat di duduk disisi tubuh Gentaro yang lain dan berkata. "Aku juga kedinginan! Peluk aku!"

Gentaro yang melihat itu menatapnya sangsi. 'Ada apa nih? Gak biasanya'. Agak bimbang sebentar, tetapi tiba-tiba muncul niat jahil di kepalanya. "Apa kau yakin?"

"Tentu saja!"

"Kamu tahu? Di kehidupanku sebelumnya aku adalah seorang petani yang baik hati. Aku suka berbagi, dan semuanya menyayangiku. Mereka semua berlomba-lomba mendapatkan perhatianku." Gentaro berkata dengan nada yang meyakinkan, membuat Dice memperhatikan setiap detail kalimat Gentaro dengan sungguh-sungguh.

"Tapi nasib. Diantara mereka selalu aja ada yang iri denganku. Mereka mengfitnahku yang bukan-bukan, berkata bahwa aku tidak tulus dan seorang munafik. Setelah itu semua orang membenciku. Menganggapku tidak ada sampai mereka mengutukku..."

"Eehh?? Jahat sekali~~" Sembur Ramuda yang ternyata juga mendengarkan cerita Gentaro.

Gentaro tersenyum tipis. "Aku dikutuk sebagai pembawa kesialan. Siapapun yang mendapatkan perhatian dariku akan mendapatkan kesialan beruntun. Aku merasa kutukan itu masih ada...jadi kamu yakin mau kupeluk?"

Dice menelan ludah, menatap Gentaro dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Apakah dia merasa sedih? Terharu? Dice sendiri tidak mengerti. Tapi pemuda bersurai biru menggenggam tangan Gentaro. "Aku tidak menyangka kau melewati hari-hari berat dikehidupan sebelumnya. Tapi tenang aja, aku dan Ramuda tidak pernah menganggapmu sebagai kesialan! Ya 'kan, Ramuda ?"

"Yep-yep!! Kalian adalah keberuntunganku! Kita berkumpul untuk berbagi keberuntungan!!" Ucap Ramuda penuh semangat.

Gentaro terdiam. Reaksi Dice benar-benar diluar dugaannya. Dia pikir Dice akan ngamuk dan berkata kalau dirinya sedang berbohong. 'Astagah-, apakah dia memang sepolos ini?'

Apartement HypmicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang