Zombie?! [3]

52 20 6
                                        

Nb: maaf jika terdapat typo

Warn : Adegan berdarah dan mungkin membuatmu mual :'

...............................................................................

Saburo memandangi pucuk-pucuk pohon di luar jendela mobil. Matahari sudah terbenam, menghasilkan siluet yang indah. Tapi tidak ada yang berniat untuk menghargai pemandangan itu. Meski udara hening, tapi perasaan tertekan di hati akan membuat siapa pun tidak bisa tenang.

Sudah 5 jam sejak Jiro dan Saburo terpisah dengan Ichiro. Karena langit semakin gelap, Jiro menghentikan mobil di sebuah tanah lapang di desa terpencil. Zombie semakin aktif di malam hari. Meski sudah berada jauh dari pusat kota, raungan zombie dan teriakan orang-orang dari arah kota masih terdengar sayup-sayup.

Di luar, Jiro mengumpulkan kayu bakar. Menghidupkan api unggun, dan meletakkan panci berisi air mineral diatas api. Seolah ini hanya piknik, ia mencoba untuk santai sebanyak mungkin, meski untuk beberapa detik matanya pasti akan kosong saat melamun.

Saburo menghela napas melihat kakak keduanya. Ia pun membawa sekantong plastik mie instan yang sempat mereka 'rampok' dari supermarket dipinggir jalan. Saburo berujar pelan, "Airnya mendidih."

"Oh!" Lamunannya terputus mendengar suara Saburo. Jiro menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kau benar. Kemarikan mie instan nya, aku akan masak untuk malam ini. Dan kau harus masak untuk sarapan besok!"

Saburo ber-hmm tanpa komitmen. Menyerahkan kantong plastik ke Jiro lalu mencari tempat untuk duduk.

Hening lagi. Selain suara jangkrik yang terdengar sahut menyahut dan suara mie yang mendidih tidak ada lagi yang bisa membuktikan kehidupan.

"Seharusnya besok aku membantu si Paman polisi kelinci dari Yokohama itu untuk mengawasi pasokan makanan di tempat pengungsian. Sepertinya kali ini aku bisa mengabaikannya dan tidur sampai siang." Jiro bergumam sambil mengaduk mie supaya matang merata.

"Meski begitu apapun yang terjadi kau memang tidak berniat untuk membantunya 'kan?" Saburo mencibir.

Jiro terkekeh, menggeleng kan kepala tak berdaya, " Itu benar. Emangnya siapa yang mau berkerja sama dengannya. Aku tidak mau jadi korban kecabulan nya."

Mereka berdua tertawa pelan. Mengingat apa saja yang terjadi sebelum semua hal buruk ini terjadi. Mungkin apa yang dulu mereka anggap menyebalkan di masa lalu, kini mereka merindukan dan berharap itu terjadi sekali lagi. Semua tawa, teriakan, cercaan, dan godaan tak berarti, terlintas dibenak mereka. Tapi mengingat sekarang semua hal itu tidak akan terulang kembali, mata keduanya mulai berkaca-kaca.

Jiro diam lagi. Menyajikan mie yang sudah matang kedalam mangkuk. Saburo mengelap sudut matanya sampai merah sebelum berterima kasih sambil mengambil mangkuknya.

Makan malam itu sangat tenang sampai mereka bisa mendengar suara nafas masing-masing. Tapi Jiro tidak tahan dengan ketenangan itu. "Uhuk, aku mau buang air kecil dulu."

Saburo menoleh ke kanan dan kiri, hanya ada padang rumput dan beberapa pohon sepanjang mata. "Dimana?"

Sudut bibir Jiro berkedut, "Yang pasti bukan didepan mu!"

Pengetahuan Saburo tentang kehidupan alam liar hampir negatif, otomatis dia bingung dimana tempat buang air sementara toilet tidak ada. Tapi seketika dia ingat sebuah iklan yang pernah dia lihat saat sedang meng-hack situs pribadi asing. Sepertinya ada sekelompok 'pejuang liar' yang buang air di balik pohon? "Di.....balik pohon?"

Jiro : "......"  (─.─||)

"Apakah itu sangat aneh di mata mu?! Itu wajar, tidak ada toilet di padang sabana seperti ini! Tentu saja harus di belakang pohon supaya tidak dianggap sebagai perilaku tidak senonoh!!" Seperti semut di atas panci panas, Jiro panik menjelaskan dengan wajah merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apartement HypmicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang