Bagi-Bagi Tugas

166 46 21
                                    

Nb: maaf jika terdapat typo

...............................................................................

Kedua belas rapper dari 4 divisi masih terpana melihat tenda-tenda pengungsian yang berjajar rapi di halaman apartemen. Padahal saat mereka pertama kali datang halaman itu kosong melompong, tapi sekarang...

"Jadi...kita mulai dari mana?" Ichiro yang pertama kali bersuara.

"Sebaiknya kita bagi-bagi tugas. Bagian memasak, merawat korban luka lalu menjaga anak-anak." Jakurai berkata pelan.

"Cih, aku gak mau denger kata-kata tiang ungu °^°)"

"Sebaiknya kau jangan menambah masalah, boncel! Semakin cepat kita kerja semakin cepat ini semua berakhir!" Samatoki menimpuk kepala Ramuda dan dihadiahi rengekan histeris.

"Aww, ittaii-!! Gentaroww....liat, kuda albino galak banget." Tangis Ramuda sambil memeluk pinggang Gentaro.

Gentaro menepuk-nepuk kepala Ramuda, "Ya, kamu pantas menerimanya."

"Tega banget, huwee~"

"Uso desu yo, apa yang dikatakan Jakurai-sensei itu benar. Sebaiknya kita bagi-bagi tugas. Kamu ikut aku jaga anak-anak. Dice juga."

Dice menggeleng tegas mendengar penuturan Gentaro, kemudia ia lari ke samping Riou. "Tidak-tidak, aku bisa masak! Aku dan Riou bisa masak bareng!!"

"Kalau kau di dapur semua makanan akan lenyap dan kita kelaparan. Mending aku aja yang masak, ya gak Doppochin ~?" Hifumi mengedipkan mata kearah Doppo dengan centil.

Doppo : "...." Seandainya dia mati tertimbun tanah saat gempa tadi...

"Ichi-nii, apa tugasku?" Saburo mengerjap-ngerjap kepada Ichiro.

"Anak kecil mending main sama bocah di sana. Biar aku dan Nii-chan yang kerja." Jiro menunjuk anak-anak pengungsian yang tengah bermain bola.

Saburo menarik dan menghembuskan napas panjang. Kesekian kalinya ia mulai berpikir serius untuk membungkus saudaranya dengan karung dan melemparkannya ke kolam buaya. Dalam hati ia mencoba menenangkan batin dan pikiran, 'Sabar....orang sabar di sayang Ichi-nii...'

"Tidak perlu bertengkar kalian berdua. Kalian ikut Ichi-nii membangung tenda. Masih banyak tenda yang dibutuhkan pengungsi ini." Ichiro menepuk kepala Jiro dan Saburo.

"Oke, Ichi-nii! Liat saja, aku akan membangun lebih banyak tenda dari pada si baka Jiro."

"Woi! Jangan mimpi di siang bolong! Kali ini aku akan membantu lebih banyak dan mendapatkan pujian dari Nii-chan! ~(°o°~)" Jiro kebut lari sprint 100 meter untuk mengambil tenda, meninggalkan Saburo.

Saburo : '-_-)>

Ichiro : "...." Apakah sudah terlambat bagiku untuk memberi tahu Jiro kalau tendanya sudah di tanganku...?

"Anak-anak keluarga Yamada sepertinya terlalu bersemangat. Ramuda, Dice, kalau kalian gak mau ikut aku tinggal loh." Gentaro entah sejak kapan sudah berjalan 5 meter dari posisi awal.

"Gentarow~ Tungguu~!! Ayo Dice~♪" Sambil menyeret Dice yang sedang ngemis makanan sama ibuk-ibuk yang kebetulan numpang lewat, Ramuda pun berhasil mengejar Gentaro.

"Sensei, aku dan Doppochin akan memasak makan siang. Sensei mau ikut kami?" Tanya Hifumi.

Jakurai menggelengkan kepala lalu menjawab. "Aku akan membantu staf medis. Siapa tahu ada yang terluka dan butuh bantuanku."

"Okey~ Ayo Doppochin ~!"

Jyuto yang dari tadi masih diam aja menghembuskan asap rokok yang tebal. "Kita ngapain nih. Masa grup kita nganggur."

"Gue pengen balik ke apartemen. Sarapan. Lapar." Perut Samatoki berdengung tanda lapar.

"Oh...kalau lapar shoukan masih punya makanan..." Riou menunduk, merogoh kantong celananya. "Dari pada balik ke apartemen dan buang-buang waktu, lebih baik bawa perbekalan..." Riou menyodorkan makan, tetapi dua mahluk bertampang kuda dan kelinci sudah lari menuju pos perawatan.

"Gak usah repot, woi! Gak baek nunda-nunda pekerjaan. Kesian Jakurai-sensei merawat pengungsi sendirian. Ya enggak, Jyut?"

"Bener. Kalau kerja harus serius. Kita gak boleh menikmati hasil kerja orang lain selagi kita santai-santai."

Riou menatap lurus kepulan debu yang ditinggalkan kedua rekan se tim se perjuangannya. Perlahan ia memberi hormat ke arah kepergian mereka, berkata. " Shoukan bangga bertemu dengan rekan yang penuh dedikasi untuk negara."

Samatoki dan Jyuto yang penuh dedikasi : "...." Kami hanya ingin hidup, oke?!

Berbeda dengan hiruk-pikuk di halaman apartemen, ruang suit di lantai teratas apartemen sangat tenang dan terorganisir. Otome Tohoten membuka pintu, dan melihat Ichijiku serta Nemu yang sedang mengawasi halaman apartemen dari balik dinding kaca tebal.

"Bagaimana situasi di bawah?" Tanya Otome sambil duduk di kursinya. Wanita itu membalik data-data laporan keuangan yang disusun para bawahannya.

"Sejauh ini masih cukup terkendali." Jawab Ichijiku singkat. "Tapi kenapa kita harus mengumpulkan mereka? Dengan kekuatan kita sendiri, Chuohku bisa mengurus pengungsi di bawah dengan lebih baik."

Otome hanya tersenyum sekilas. "Alasannya sederhana. Hanya untuk mengurangi biaya penguaran."

Ichijiku dan Nemu : "...." Chuohku itu tidak kekurangan uang!!

To be continue...    

Ha ha ha

Maaf telat update!! Alasan? Gak mood, ide mentok, kelupaan, dll.

Tapi anehnya masih ada aja yang baca, makasih loh ya.

Trus trus, buat yang komen-komen....makasih jugaaa. Lumayan nambah hiburan. Tapi jika ada yang komennya gak ter-reply oleh saya, saya minta maaf. Sudah tenggelam dan saya malas scrool ke bawah =_=

Kali ini enggak update banyak karena mengejar dan dikejar waktu. Ini aja sebenarnya harus begadang ngerjain tugas, tapi karena...yah....salah buka aplikasi, ya ngetik aja lah. Hehe....

Sampai disini dulu!
Selalu jaga kesehatan! Semoga bisa bertemu di update selanjutnya!


See you!

19-09-2021.          

Ichilita/Xiouzhy.        



Apartement HypmicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang