※ Sudut Pandang Yumi
Aku ingin tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak pernah segugup ini seumur hidupku. Keringat yang membasahi punggungku bukan karena kepanasan.
Aku tidak bisa mendengar suara apa pun dari pintu masuk lagi. Kegiatan belajar seharusnya sudah berakhir sekitar satu jam yang lalu, jadi satu-satunya orang yang tersisa harus berpartisipasi dalam kegiatan klub mereka di wilayah masing-masing.
Aku membungkus perasaanku dalam amplop putih seperti hati murni gadis itu. Menggunakan bintang sebagai segel, mewakili semua maksudku dan mencegahnya dibaca oleh orang lain.
Suara bukaan kotak sepatu bergema di seluruh pintu masuk yang kosong. Aku melihat ke rak atas dan dengan lembut meletakkan perasaanku di atas sepatunya.
Semuanya menjadi sunyi setelah aku menutup loker, pikiranku dipenuhi dengan kenangan pertama kali aku bertemu dengannya. Aku mengingatnya seolah-olah baru kemarin, dia tiba-tiba melompat tepat di depan mataku dan sejak saat itu, di dalam hatiku, keberadaannya menjadi besar.
Karena pekerjaan orang tuaku, kami harus pindah dari pedesaan ke kota dan aku harus mengikuti ujian lulus untuk sekolah ini. Sampai saat itu aku tidak memiliki teman di sekolah, aku memiliki beberapa orang yang dapat akur dengan ku tetapi tidak ada yang aku anggap sebagai teman. Mau bagaimana lagi, sejak aku masuk sekolah aku tahu akan berakhir seperti ini tapi aku merasa sedikit kesepian.
Sendirian di tempat asing tanpa teman satupun, memikirkan apa yang bisa terjadi pada seseorang sepertiku di sini membuat aku khawatir tentang 3 tahun ke depan.
Namun pada akhirnya, waktu membuat segalanya berjalan lancar seperti biasa. Aku bukan satu-satunya yang menemukan dirinya di lingkungan baru, semua orang juga, meskipun tinggal di kota yang sama, kebanyakan orang terpisah dari teman sekelas dan teman lama mereka. Semua orang dengan hangat menyambutku jadi di kelas juga aku mendapat cukup banyak teman. Aku masuk ke salah satu group perempuan dan menghabiskan sebagian besar waktu istirahat dengan mengobrol dengan berisik.
Saat-saat itu tidak berlangsung lama karena di tahun kedua aku terpisah dari gadis-gadis yang biasa ku ajak bicara dan akhirnya duduk di tepi ruangan sendirian. Suasana hatiku berubah 180º saat aku menyadarinya, dia yang duduk di sebelahku, menyelamatkan diriku yang kesepian dari rawa tak berujung tempat aku berada.
Kelas dimulai tanpa mempedulikan moodku, “aku sudah menjadi siswa kelas 2 SMA” aku dengan paksa dibuat untuk menyadarinya. Dengan tes ulasan singkat yang sudah dikirimkan, kelas mulai menjadi berisik seperti di waktu istirahat. Lembar jawaban dikembalikan dan ketika aku melihat penjelasannya, tiba-tiba aku mendengar suara dari kursi tetangga.
「Hei, apakah kamu mengerti bagian ini? Bahkan melihat penjelasannya, aku tidak mengerti sama sekali. 」
Itu adalah Risa-san, kursi tetanggaku. Soal yang dia kerjakan akan segera selesai tetapi dia lupa sesuatu.
「Ah, yang ini? Coba gunakan hukum kosinus di sudut i-…. 」
Sambil melihat jawabanku, aku mencoba menemukan cara untuk mengajarkannya kepadanya dengan cara yang bisa dimengerti. Untuk beberapa alasan aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya saat Risa-san dengan sopan menulis apa yang aku katakan padanya dengan pena merah.
「Ooh! Aku mengerti sekarang!」
Dia menatapku dengan mata terbuka lebar, "imut", tidak ada hal lain yang bisa kupikirkan yang membuatku panik ketika aku mencoba untuk menghapus gagasan di kepalaku tapi selama aku mencobanya, itu menempel di kepalaku dan tidak mau mengerti.
「Terima kasih, Yumi!」
Kata sesederhana itu membuat jantungku berdegup kencang.
「U-ummm, Risa...... san?」
「Kamu bisa memanggilku Risa, semua orang melakukannya.」
Detak jantungku bertambah cepat, aku ingin tahu apa yang terjadi denganku?
「R-Risa…?」
Wajahku memerah, aku tidak ingin dia melihatnya jadi aku menunduk dan mendengar suaranya yang bersemangat.
「Ya terima kasih!」
Aku yakin dia memiliki senyum lembut, itulah yang ku yakini. Wajahku masih memerah jadi aku tidak bisa mengangkat kepalaku, padahal aku sedang memikirkan hal seperti itu, gagasan wajah tersenyum Risa muncul di benakku dan sebelum aku menyadarinya, mataku bertemu dengannya. Aku tidak tahu apakah ini kebetulan, tapi fakta bahwa setelah pergantian kursi dan dia ada di sampingku membuatku sedikit bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Loving You ( WN Bahasa Indonesia ) END
RomanceSinopsis : Sepucuk surat di rak sepatu. Hal itulah yang mengubah hubungan kedua gadis sahabat ini. Mengubah perasaan mereka satu sama lain. Ini adalah kisah cinta dua orang gadis dari sudut pandang mereka masing-masingー Genre : Romance, School Life...