.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dua anak kecil, hari yang dingin dimana musim dingin bermula. Todoroki menatap datar ke sosok anak kecil seumuran disana. Ia memegang tangan milik ibunya dengan enggan dan menatap tidak peduli kearah lainnya dengan cuek. Todoroki juga tidak melakukan apapun. Hanya melihat anak kecil yang bersurai pirang di depannya. Dengan tangan kirinya yang mungil yang mengenggam tangan sang ibu agar tidak terpisah.
"Bakugo. Ayo kenalan sama todoroki ya" seru ibunya. Bakugo mendengus. "Gak mau!" Serunya dan ia menoleh kearah lain.
"Bakugo!, Dasar anak ini. maaf ya. Dia memang stundere" seru ibunya. Bakugo tidak peduli dan menatap kearah lain. Todoroki hanya diam memegang tangan ibunya itu. Tidak terlalu bereaksi seperti biasanya. Todoroki baru pertama kali bertemu dengan dirinya. Dan sepertinya ia juga tidak menyukai todoroki. Dia bahkan tidak mau menatapnya.
"Ajak todoroki jalan jalan ya. Dia adalah anak seumuran-mu!" Tegas ibunya kesal seraya memgoyangkan tangannya itu kepada bakugo yang bertingkah bodoh amat disana. Bakugo mulai gak nyaman dan berteriak begitu saja pada ibunya.
"Cih, aku mau beli dango!" Seru bakugo melepaskan tangannya yang dipegang ibunya. Dengan angkuh, dia pergi begitu saja tidak mempedulikan todoroki yang tertinggal disana.
"Hei!" Panggil ibunya kesal. Todoroki mengeleng pelan, dan melepaskan genggaman ibunya dengan tenang. "Aku akan menyusulnya" katanya sebelum ia beranjak pergi mengikuti bakugo yang sudah jauh disana.
.
.
.
.
.Langkah kaki mungilnya segera kehilangan jejak kaki bakugo yang berjalan cepat. Todoroki melihat kearah kiri dan kanan yang tampak sepi dan dingin. Dia merapatkan syal yang ia kenakan dilehernya itu dikala malam yang sudah larut. Melihat ke arah pinggir jalanan yang sepi dan memutuskan untuk duduk saja disana sementara.
"..." Tanpa berkata apapun. Sudah biasa bagi todoroki, segala masalah akan dia hadapi dengan tenang dan datar. Ia melihat kearah jalanan yang sudah mulai tertutupi dengan salju putih yang berjatuhan membuat udara semakin dingin. Tatapan todoroki sedikit menyipit saat merasakan rasa dingin yang mulai terasa menusuk. Nafasnya yang mulai terlihat sesak.
"Hei!, Kau ngapain disana!. Mau mati kedinginan?" Seru sebuah suara keras disana membuat todoroki tersadar. Ia menarik wajahnya keatas melihat bakugo yang berdiri di depannya dengan pakaian jaket khasnya itu. Satu tangannya memegang kue yang masih panas. Dan satunya lagi dia letakkan disaku dengan cuek. Ia lagi-lagi menatap todoroki dengan wajah pemarahnya seperti biasanya. Dengan kedua mata merahnya menatap tajam todoroki yang lagi-lagi hanya bereaksi tenang biasanya.
"..." Dia hanya diam saja. Melihat sosok bakugo yang ada di sana. Tepat di depannya itu. Padahal tadi ia yakin kalau bakugo sudah meninggalkannya. Bakugo kesal saat melihat ekspresi todoroki yang datar melihatnya. Kedua manik matanya yang terlihat begitu mempesona. Menatap datar sedingin es ketika terbuka dan menatap langsung dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
*Milikku* (BakuTodo)
Short Story"Akan kulakukan apa saja untuk menjadikan-mu milikku" "JUST MINE!" "Berhenti bermimpi, bakugo" . . ---Tamat--- . . Bakugo sudah menetapkan hak miliknya pada todoroki sejak ia melihat bagaimana imutnya sosok yang selalu minim ekspresi itu. Dan apapun...