chapter 8

112K 5.2K 230
                                    

(Kaiden on mulmed)

🖤

"Dimana Lucy?" Tanya Kaiden pada salah satu asisten rumah tangga nya.
"Nona belum bangun,tuan" Jawab nya
"Ooh..kalau ia sudah bangun,bilang padanya. Aku ingin dia ke kantor. Aku ingin bicara dengan nya" Pesan Kaiden. Wanita itu mengangguk

"Baik tuan" Ucap nya. Kaiden mengunyah sandwich nya lalu berjalan keluar menuju mobilnya. Ia sudah terlambat untuk sebuah meeting.

🐻

Lucy membuka lemari dan meraih sebuah sweater berwarna pink yang Kaiden beli untuknya minggu lalu. Ia pun memakai nya lalu mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer

Tok..Tok..

Lucy segera membuka pintu,menampakkan seorang asisten rumah tangga.

"Nona,tadi tuan berpesan agar nona segera ke kantor. Kata beliau,ada yang ingin di bicarakan" Ucap nya.

Lucy terdiam mendengar nya.

"O..Oh iya. Aku akan kesana" Ucapnya setelah diam beberapa saat. Wanita itu mengangguk lalu keluar.

Lucy kembali duduk di tepi kasur dan mengingat kejadian malam itu. Dimana Kaiden membentak nya hanya karena hal itu.

Lucy pun segera meraih dua buah klip rambut miliknya. Ia memakaikan nya di rambutnya. Ia juga meraih gelang pink favoritnya,dan memakainya di pergelangan tangan nya.

Tiba-tiba suara kericuhan terdengar dari lantai satu. Lucy bergetar seketika saat mendengar suara peluru tertembak. Ia mematung ketakutan. Tak bisa melakukan apa apa.

Suara peluru tertembak pun semakin banyak. Banyak juga suara pria-pria yang datang bergerombolan. Lucy segera mengintip dari tirai jendela.

Ia terbelalak melihat banyak nya pria berjas hitam yang membawa pistol. Mereka menembaki para bodyguard dan asisten rumah tangga disana. Tentu saja bodyguard di rumah Kaiden melakukan perlawanan,mereka menyiapkan banyak pistol untuk menyerang pria asing itu.

Tiba-tiba peluru tertembak ke salah satu jendela kamar yang Lucy tempati. Tapi untung nya,Lucy mengelak.

Jantung nya berdetak sangat cepat. Tangan nya berkeringat dan ia semakin takut.

"B..Bagaimana ini.." Dengan tangan yang bergetar,Lucy meraih handphone nya dari meja. Ia kesusahan untuk menekan kontak Kaiden. Ia sangat sangat ketakutan

"Jangan bergerak!!" Seorang pria berjas hitam mendobrak pintu kamar itu dan menodongkan pistolnya ke arah Lucy.

Dor!!

Handphone Lucy terjatuh. Di ikuti tubuh gadis itu yang juga langsung terjatuh saat sebuah peluru tertembak tepat mengenai pundak kanan nya. Lucy tak sadarkan diri saat itu juga. Pria itu segera pergi dari sana.

🐻

"Tuan!" Seorang bodyguard langsung masuk ke ruangan Kaiden tanpa mengetuk pintu.
"Ada apa?!"
"N..Nona Lucy.."

"Lucy? Kenapa Lucy?" Tanya Kaiden yang langsung bangkit
"Nona Lucy..tertembak di rumah,tuan"

Kaiden membisu seketika saat mendengar hal itu.

"Robert dan anak buah nya datang dan menembak semua orang termasuk nona Lucy" Jelasnya

Rahang nya mengeras,wajah nya memerah. Kaiden memukul meja kaca hingga pecah dalam sekali pukulan. Ia pun meraih pistolnya.
"Serang mereka sampai habis.."
"...tak tersisa" Bisik Kaiden lalu berlari keluar

🐻

Dor!!
Dor!!
Dor!!
Dor!!!!

Dengan amarah yang belum mereda,Kaiden tak henti-henti nya menembak mayat Robert,musuhnya. Walaupun ia sudah mati,Kaiden masih tetap menembaki tubuh pria itu.

"Tuan,para bodyguard nya sudah habis kami tembaki. Ayo pergi tuan" Pesan salah seorang bodyguard Kaiden yang bernama Austin. Kaiden mengangguk pelan dan menurunkan pistol nya.

Kaiden segera keluar dari sana bersama para bodyguard nya,mereka menuju mobilnya masing-masing. Kaiden pun melajukan mobilnya ke rumah sakit dimana Lucy di rawat.

Kaiden sangat frustasi saat ini. Masalah nya dan Lucy belum selesai,tapi gadis itu tertembak hari ini di rumah itu. Kaiden semakin merasa bersalah.

"Kalau aku tak pulang kesana dua hari yang lalu,mereka tak akan tau bahwa itu rumah ku" Batin Kaiden dengan frustasi

"Dan...ini semua karena aku. Karena aku,Lucy tertembak. Ini semua karena aku" Tanpa Kaiden sadari,air mata nya jatuh membasahi pipinya. Ia segera menghapus nya.

Kaiden segera memarkirkan mobilnya saat ia sampai di rumah sakit itu. Ia segera berlari menuju resepsionis.

"Lucy Gabriella ada di ruangan nomor berapa?" Tanya nya
"Berada di ruangan nomor 93L,pak"

Kaiden segera berlari menuju ruangan yang sudah di beritahu. Ia pun akhirnya mendapatkan ruangan bernomor 93L. Tepat sekali,dokter baru keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana dengan Lucy?" Tanya Kaiden sambil mengatur nafas nya.
"Tuan Kaiden, kita harus melakukan operasi pengangkatan peluru pada nona Lucy. Ada sebuah peluru di dalam bahu kanan nya" Jelas nya

Kaiden mengusap wajahnya

"Lakukan apapun asal dia tetap hidup. Lakukan yang terbaik" Ucap Kaiden. Dokter itu mengangguk
"Kita akan melaksanakan operasi nya besok. Saya permisi" Ucapnya lalu ia pergi.

Kaiden menatap Lucy yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Dan di kelilingi alat-alat itu.

"Aku mohon...aku tak mau kehilangan gadis ku untuk kedua kalinya" Batin Kaiden memohon

Tbc..

hello everyone 😚
vote and comment yaa! thank you 🖤
-author

A Gangster For A Babygirl [18+]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang