Part 29

655 74 5
                                    

"Jadi gitu ceritanya" Lea menutup ceritanya dan menatap ke arah Arkan yang tidak bereaksi apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi gitu ceritanya" Lea menutup ceritanya dan menatap ke arah Arkan yang tidak bereaksi apa-apa.

"Kok nggak kaget?" Lea bertanya karena Arkan tidak bereaksi dari tadi.

Arkan membalas tatapan Lea dengan tatapan bingungnya dan alisnya yang berkerut.

"Emang aku harus teriak-teriak nggak jelas karena terlalu terkejut?" Arkan balik bertanya kepada Lea.

"Ya nggak gitu juga kali"

Arkan tertawa pelan melihat ekspresi Lea yang sangat kentara sekali sedang kesal kepadanya.

"Lucu banget sih" Arkan mengacak-acak rambut Lea yang semakin membuat Lea menekuk wajahnya.

"Udah ah. Berantakan tau" Lea menepis tangan Arkan yang masih sibuk mengacak-acak rambutnya.

"Sejujurnya aku emang kaget sih. Nia kan orangnya termasuk pendiam, banget malah. Tapi, mau gimana lagi. Rasa suka atau cinta sama seseorangkan nggak bisa di tepis atau di tahan. Mungkin beberapa ada, contohnya aku sama kamu. Kita berdua sama-sama saling suka tapi kita cuma bisa mendam sendiri, karena takut di tolak, kan?"

"Iya, juga sih. Tapi, aku masih nggak nyangka kalau Nia juga suka sama kamu. Bahkan dia rela bantuin aku kalau mau naruh bekal di loker kamu"

"Kita nggak bisa nebak pikiran seseorang. Jadi, kita nggak tau apa yang mereka rencanakan. Mungkin Nia bantu kamu juga pasti punya alasan tersendiri. Bagaimana pun cinta tidak harus memiliki. Dengan melihat ia bahagia dengan pilihannya kita juga ikut bahagia. Setidaknya pilihannya tidak mengecewakan"

"Jadi, kamu stop mikir macem-macem sama Nia. Dan coba di omongin lagi baik-baik. Bukankah Nia udah bilang kalau dia bahagia kalau lihat aku bahagia sama kamu? Seperti kata Nia dan aku tadi, cinta tidak harus saling memiliki"

Lea mencerna perkataan Arkan yang memang benar adanya. Dan Lea bertekad untuk mengajak Nia berbicara besok.

Lea sudah rindu dengan celotehan Nia yang tidak seberapa karena karakternya yang memang pendiam dan jarang berbicara.

Satu hari tidak saling berbicara dan bertegur sapa terasa seperti satu tahun lamanya. Begitu lah hubungan antara persahabatan. Tidak bisa lama-lama berantem satu sama lain. Salah satu pihak pasti saling merindukan.

"Mending sekarang kita pulang. Takutnya ke sorean" Arkan menggandeng tangan Lea dan berjalan menuju motornya.

Sore berganti malam dan malam berganti pagi. Kini Lea sudah siap dengan seragamnya dan sedang menunggu Arkan menjemputnya.

"Maaf lama" Arkan melepas helmnya dan menatap Lea dengan tatapan bersalahnya.

"Nggak papa. Lagian nggak bakalan telat juga, kok" Lea tertawa pelan melihat Arkan yang merasa bersalah seperti ini.

"Berangkat sekarang?"

Lea menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Arkan. Dan Arkan langsung menjalankan motornya menuju sekolah.

Secret Admirer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang