01

183K 5.5K 343
                                    


Halo... Hadir lagi nih😻
Bukan ekstra chapter ya, melainkan ini versi terbaru.

Setiap chapter akan ada banyak perubahan, dan beberapa cerita yang alurnya mungkin aku ubah🙌

Masih semangat buat next chapter??? 🤟

✨✨✨

Haii.. perkenalkan. Aku Sisil, orang-orang sekitarku panggil aku Sisil juga. Oh iya, aku alumni gap year selama 2 tahun.

Lama, ya?? Lama banget emang. Tapi, ya. Mau bagaimana, sudah jalannya.

Disekitar lingkungan tempat tinggalku, aku sudah menjadi artis lokal mereka, hanya gara-gara berdiam diri saja dirumah. Ah, namanya tetangga.

Tidak sedikit dari mereka yang menyarankan "kamu mending nikah aja, dari pada nganggur terus dirumah"

Dan ada yang lebih menusuk kedalam hatiku " 2 tahunan nganggur, mending kerja daripada jadi beban keluarga".

Andaikan aku bisa sulap, inginku sulap bibir ibu ibu tetangga di sekitar menjadi rata. Ya, biar sekalian gak bisa ngomong.

Jika saja aku tidak sekuat besi dan baja pun, mungkin sekarang aku sudah mati muda. Bagaimana tidak mati muda, mental kalian di jadikan leluconan bagi tetangga sekitar rumah.

Ini hanya beberapa mengenai aku yang masih betah berdiam diri dirumah pada saat itu, belum lagi tentang yang lain.

Akan ada banyak hal yang akan kalian tahu.

Ternyata aku sekuat itu, masih bisa hidup dengan sehat. Meskipun beberapa  di luar sana mencoba melukai .

Terlahir dari keluarga broken home, dari usia 10 bulan. Konon waktu itu, ibu bercerita aku menjadi rebutan dua keluarga. Keluarga ibu dan bapak.

Sejak perpisahan mereka aku lebih banyak meluangkan waktu dari keluarga ibu.

Kalimat yang tidak harus didengar oleh anak kecil, sudah biasa aku telan sejak dini.

Bayangkan saja, masih Sekolah Dasar, aku harus mengalami hal yang mungkin tidak orang lain alami.

Seperti kata, "loh, Sil. Bapakmu kemana? Kok gak dianter?"

"Sil, ibumu nikah lagi, ya?"

"Bagaimana rasanya punya ibu dan bapak banyak. Waah pasti seru"

Tiap kalimat tersebut, masih tersusun rapi dalam ingatanku. Bagaimana aku melihat teman temanku diantar oleh kedua orang tuanya, dan aku hanya diantar oleh Kakek dengan sepeda tuanya.

Memiliki keluarga yang selalu memberikan ku respon postif dan selalu mendukung ku agar menjadi anak yang lebih baik, membuat ku merasa bersyukur, mereka selalu menjadi rumah untuk aku kembali.

Lalu sekarang, apakah aku masih diam saja dirumah?

Tidak, saat ini aku masuk jurusan kebidanan, di salah satu politeknik negeri kesehatan di daerahku.

Jurusan yang tidak pernah aku bayangkan . Bagaiman bisa? Sampai sekarang rasanya masih tidak percaya.

Jurusan yang orang orang bilang "ah gajinya tidak seberapa "

" Kuliah mahal mahal, tidak sebanding dengan gajinya nanti"

" Bidan sudah penuh, mu kerja dimana nantinya?"

"Cari seragam"

Dan masih banyak lagi komenan tetangga.

Aneh saja rasanya, jika jurusan ku di kaitkan dengan "cari seragam" ya ampun, apa mereka tidak tahu bagaimana susahnya kuliah dijurusan ini.

Menolong nyawa seorang ibu dan bayi dalam satu waktu bersamaan.

Kuliah capek, tekanan batin di setiap ujiannya, eh malah di kira kejar seragam.

Dan lagi, mengenai pekerjaan nantinya. Aku teringat pesan Nenek

" kalaupun nantinya kamu gak dapet kerjaan, setidaknya ilmu kamu tetap kamu bisa gunakan untuk merawat keluarga"

Salah satu kalimat yang bisa menenangkan jiwa dan raga. Dan membuatku bisa survive hingga saat ini.

Dulu keluargaku sangat ingin, melihatku masuk politeknik yang selesainya langsung jadi PNS.

Namun karena aku sudah mencoba sampai 2 tahun, akhirnya mereka nyerah. Aku sudah berusaha dengan baik, namun Rizki ku mungkin tidak dengan PNS. Masih banyak cara lain buat sukses.

waktu itu rasanya aku ingin mengakhiri semuanya, tidak ada kesempatan lain lagi. Pernah berfikir buat menghilang dari keluarga, sempat berfikir juga buat mengakhiri hidup.

Menatap langit kamar, lalu menangis, nangis dan nangis, entah sampai tangisan yang mana. Karena sungguh, hati ini belum ikhlas dan sebagainya. Terbesit fikiran, "kenapa ya jalan orang kok mulus mulus banget, kok aku kayak gini".

Aku dari kecil udah sulit, pas udah besar kok makin sulit ya, makin rumit dan ruwet juga.

Kok gak ada jalan keluar? Kok jalanku buntu terus?

Padahal aku anak baik, aku gak pernah neko neko, aku gak pernah jahat banget ke orang. Aku gak pernah bully orang, dan sebaginya.

Dan entah sampai mana aku harus membandingkan hidupku lagi.

✨✨

Lebih ngebadutnya secara bersamaan, waktu pengumuman seleksi dan dinyatakan tidak lulus pada saat itu, seminggu setelah pengumuman aku kehilangan pacarku. Lucu, kan? Dobel gak tuh?

Rasanya bagaimana? Yang jelasnya rasanya sakit, sakit yang sampai saat ini aku tidak bisa jabarkan.

Lelaki brengsek, sialan yang sudah membuatku takut menatap cermin selama setahun. Takut melihat cermin, karena disana ada bayanganku. Aku selalu merasa, aku layak untuk ditinggalkan dengan cara seperti itu, aku layak disakiti.

Kami pacaran  4 tahun, lama ya. Mending 4 tahun aku gunakan buat perbaiki diri, dibanding bucin dengan orang salah.

Tingkat kurang percaya diri ku pun semakin bertambah, tidak bersyukur dengan nikmat Tuhan kepadaku.

Kenapa? Kenapa harus aku, apa yang udah aku lakuin, sampai untuk bahagia pun rasanya aku tidak di izinkan.

Aku juga manusia, udah capek. Capekk banget. Capek dengan drama yang orang perbuat dengan melibatkan aku disana, capek dengan segala topeng kebahagiaan yang aku tunjukkan ke orang sekitarku.

Hingga akhirnya aku tahu alasan tersebut, kenapa harus aku?

✨✨✨

Memulai kuliah dengan darin rasanya sedikit aneh.  Perkenalan kami hanya melalu hp yang di sponsori oleh aplikasi zoom.

Dari awal pkkmb sampai akhirnya memasuki pembelajaran.

Tidak pernah ada tatap muka, kami saling tahu pun hanya lewat camera zoom.

Aku kira dengan adanya kuliah online tugas dan sebagainya akan lebih ringan dibanding yang offline. Namun aku salah, yang ada malah makin menumpuk.

Notifikasi dari classroom sudah melebih doi, yah baru sadar. Aku ga punya doi :(.

Dari sekian tugas yang di berikan dosen, membuat tugas dengan mem videokan terus di upload di YouTube dan ig adalah hal yang kami sekelas hindari.

✨✨✨





Mari kita mulai kisah ini 💜

Cerita ini langsung dibuat, ketika saya selesai melaksanakan ujian anatomi.

Ceritanya masih fresh, dengan dokter muda yang menjadi pembimbing kami :(

21/November /2020

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang