Dua Belas

4 1 0
                                    


Kediaman Ackerley tidak sama sejak malam itu. Keesokan paginya Sebastian terlihat sibuk dan bingung, sama bingungnya dengan Susie beserta enam gadis pelayan dan satu koki lainnya. Semuanya terlihat ke sana ke mari, membantu Florence dan George menyiapkan keberangkatan mereka. Namun Florence dan George sendiri tidak pernah bilang pada siapapun ke mana mereka akan pergi. Mereka juga tidak memperbolehkan siapapun di dalam rumah itu untuk memberitahukan rencana keberangkatan ini pada siapapun. Pagi-pagi sekali, George sudah pergi ke kota untuk mengambil uang dan emas yang ia bank dan tempat-tempat lainnya.

Florence tahu ia tidak bisa pergi begitu saja. Apa yang akan terjadi dengan segalanya di rumahnya? Selama ini ia dan George bertanggung jawab atas hidup Sebastian dan semua pelayan. Namun, di sisi lain, Florence ingin sekali cepat-cepat pergi. Florence mengantar kepergiannya dengan sebuah kecupan, kemudian menatap punggung George dari belakang yang perlahan-lahan menjauh.

Mereka tidak membicarakan kemarin malam bagaimana untuk menghadapi Alford. Florence sempat berpikir untuk diam saja kemudian melarikan diri beberapa hari setelah hari ini, yaitu juga berarti beberapa hari sebelum hari pernikahan mereka. Namun hal itu tidak mungkin, karena Alford membunyikan bel kediaman Ackerley siang itu untuk menanyakan hal yang sangat penting pada Florence, yang membuatnya tidak bisa berkelit lagi.

"Jawab aku," Alford menggenggam lengan Florence, memaksa Florence untuk menatap ke dalam matanya. "Florence!"

Florence benar-benar berharap ada seseorang masuk ke dalam ruang duduk itu untuk mengganggu percakapan ini, sehingga setidaknya ia mempunyai waktu untuk memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada Alford. Ketika ia sampai pada saat ini, ia tidak bisa berpikir bahwa ia masih bisa berbohong.

"Phoebe Churmond mendengar kakak angkatmu melamar dirimu. Apa itu benar? Atau itu semua hanya omong kosong?"

"Alford... lepaskan aku," Florence menarik lengannya dari cengkraman tangan Alford. Alford terlihat seperti seorang Cromwell lebih daripada biasanya hari ini. Sesuatu dalam dirinya memaksamu untuk menurutinya, di saat yang sama memintamu untuk takut padanya. Florence mundur selangkah, tetap diam walau hujaman tatapan Alford meminta kejelasan Florence.

"Jawab aku!" Alford meraih kedua bahu Florence, seruannya kental dengan amarah. "Apa itu benar?! Jika itu benar, apakah selama ini kau melakukannya di belakangku? Selingkuh?!"

Florence tidak menjawab apa-apa, membuat darah Alford naik ke kepala. Ia mengangkat tangannya dan menampar Florence keras-keras. Florence terjatuh ke atas karpet, pipinya berdenyut begitu hebat hingga ia merasa matanya berair. Sebastian yang berdiri di pintu, berjaga jangan-jangan majikannya perlu sesuatu, kini kaget dan spontan memasuki ruangan. Suaranya berseru karena kaget, "Nona!" dan Sebastian segera mendekat untuk membantu nonanya berdiri kembali. "Tuan Cromwell! Apa... apa yang sedang Anda lakukan?"

Alford mendekat dan melayangkan tamparan lain pada pipi Florence. Florence memekik dan terlempar kembali karena kekuatan Alford, namun ditangkap ke dalam pelukan kebapakan Sebastian. Alis Sebastian yang putih naik, kepala pelayan itu tidak tahan melihat adegan kekerasan yang dilakukan pada nonanya. "Tuan! Saya tidak bisa membiarkan ini!" Sebastian mendekap Florence yang bergetar dan melindunginya dari Alford.

"Florence, tatap aku! Katakan padaku kalau itu tidak benar!" Alford berteriak keras. "Katakan!"

"Aku akan menikah denganmu, Alford! Hanya dalam dua minggu aku akan menikah denganmu! Mengapa kau masih meragukanku, bahkan meragukanku dengan kakakku sendiri?!" Suara Florence yang berseru terdengar bergetar dan parau, tidak meyakinkan dan ketakutan.

"Kau benar-benar melakukannya selama ini?! Berkhianat padaku?!"

"Hentikan ini, Tuan, saya mohon!" Sebastian berseru.

Fleur (BACA LENGKAP DI WATTPAD!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang