"Oi, tangkap bocah Mugiwara itu!"
Seorang warga menunjuk atap rumah dengan tongkat kayu. Dimana di sana seorang pemuda dengan topi jeraminya tengah memakan daging yang baru saja ia curi dari pasar.
"Shishishi, sepertinya ini menyenangkan!" meloncat dari atap rumah adalah hal yang mudah bagi Luffy, si pencuri daging.
Ia berlari menghindari kejaran warga, bersembunyi di balik pohon besar, dan duduk di sana dengan tenang.
"Kupikir, aku akan tertangkap," gumamnya, ia kembali memakan daging sisa yang sudah matang itu.
Kembali lagi ke Desa Fusha, seorang pemuda dengan 3 Katana yang di gantung di ikat pinggangnya berjalan menuju mini bar, dia duduk di kursi pelanggan, memesan satu Sake yang akan diminumnya.
"Ini, tuan." wanita berambut biru berikat kuda itu memberikan Sebotol sake kepada pemuda tersebut.
"Hm-"
"Makino-san! Luffy-mu itu sudah membuat banyak masalah!" menghiraukan ucapan seorang warga, Pemuda itu meminum sakenya dengan tenang.
"Ah, Gomen. Aku akan memberinya hukuman, jika dia sudah kembali ke rumah." jawab Makino dengan kekehan kecilnya. Makino sendiri seorang wanita yang menjaga bar, ia juga orang yang mengurus Luffy dari kecil.
"Aku tak akan segan membunuh anak yang kau urus untuk ku bunuh, Makino!" ancam pria itu, sembari menodongkan tongkat kayu ke arah Makino. Makino hanya tersenyum, dia sudah berapa kali memberi Luffy hukuman, seperti mencuci piring seharian penuh, mengepel lantai toko tanpa bantuan, dan hukuman makan tanpa daging.
Sehabis meminum sake, pemuda berambut hijau itu memilih pergi, ia menyimpan uang di atas meja untuk membayar pesanannya.
"Terimakasih, datang kembali, ya."
...
"Kemana aku harus melangkah?" memakai Topi jeraminya, Luffy menaiki pohon, duduk di sana dan menatap pegunungan.
Ia tak memikirkan apapun, kecuali; 'Kemana ia harus melangkah?'
Suara langkah kaki, tidak membuatnya terusik, Luffy masih asik dengan dunianya.
"Oi, kau!" tanpa dipanggil dua kali, Luffy menoleh ke bawah, "Ada apa?" tanyanya tanpa minat.
"Apa ini jalan menuju rumah Ketua Desa?"
Luffy mengangkat alis kirinya, "Ketua Desa?" beo Luffy. Ia turun untuk berhadapan dengan pemuda berambut hijau itu. "Apa kau tersesat?"
"Urusai! Aku hanya bertanya."
"Kau baru saja melewati rumahnya." Luffy menunjuk rumah besar ber-cat abu yang sebenarnya jauh dari tempat mereka.
Tanpa mengucapkan terimakasih, pemuda itu meninggalkan Luffy untuk pergi menuju tujuannya.
Luffy menatap tak peduli pada pemuda itu, ia kembali menaiki pohon untuk tidur.
Baru saja mata Luffy terpejam, panggilan untuknya kembali terdengar. "Oi! Bisakah, kau tunjukkan jalannya?"
...
"Aku Luffy, dan kau?" tanya Luffy pada pemuda itu, namun tak ada satu kata, pun untuk menjawab pertanyaannya.
"Oi!"
"Zoro," jawabnya dengan datar.
"Zoro, ya? Kau ada urusan apa, hingga datang ke Fusha?"
"Urusai!"
Luffy tertawa, dia menangkup wajahnya. Meledek Zoro dengan wajah yang ditangkup.
"Urusai! Hahahaha."
Zoro tidak peduli pada ledekan itu, ia terus berjalan tanpa sadar ia mengambil arah yang salah.
"Oi, Kau!" Zoro menoleh kebelakang, dimana Luffy berada jauh dibelakangnya.
Zoro mendecih, kekurangannya membuat harga diri miliknya jatuh.
"Kau seorang buta arah, ya?" ujarnya ketika Zoro sudah mendekat.
Zoro menatap tajam Luffy, ia sebenarnya malu untuk menjawab, apa boleh buat jika dijawab dengan 'Ya, aku buta arah' atau 'Ya, memangnya kenapa?' ia pasti akan di tertawakan di tempat.
Perjalanan mereka tidak jauh, dari tempat Zoro tersesat.
"Dekat sekali, " komentarnya dalam hati.
"Yosh, jika begitu aku akan pergi, Zoro." Luffy berlari dan melambai, namun belum begitu jauh, Luffy berteriak.
"Yo, Zoro! Jika kau membutuhkan teman! Aku siap jadi temanmu, jaa-ne!"