Terlalu banyak hal yang terjadi beberapa tahun ini. Dari mana aku harus menceritakannya. Kupikir aku harus menceritakannya dari awal bukan? Kalian tau, keputusanku untuk meninggalkan jieun saat itu tentu saja bukanlah keputusan yang mudah
Aku yang saat itu sangat mencintai jieun, terpaksa harus melepaskan jieun dan anak anakku untuk kebahagiannya mereka. Itu adalah pemikiran awalku, tapi nyatanya orang tua jieun sangat bergerak cepat untuk memisahkan ku dari jieun.
Tanpa mendengar apapun lagi, kunjunganku setelah aku menemui jieun menjadi kunjunganku yang terakhir. Saat itu, orang tua jieun membawa jieun seperti perkataannya. Dan jika kalian mengira, orang tua jieun akan ikut membawa cucu mereka bersama dengan jieun kalian salah.
Nyatanya, sebuah surat dari mereka mewakili untukku menjaga kedua anakku seorang diri. Aku tentu saja, tak menyalahkan apapun disini. Tapi aku sedikit menyangkan karena kedua anakku tak bisa merasakan kasih sayang ibunya bahkan sejak lahir. Akan lebih baik rasanya, jika sejak awal mereka bersama ibu mereka di bandingkan denganku
"Tuan jeon, apa tak apa bibi tinggal?" Aku tersenyum menangapi bibi yang selama ini membantuku mengurus keperluan si kembar. Umurnya memang tak lagi muda, aku tak bisa memaksanya untuk tetap tinggal dan mengurus keperluan anak anakku di usianya yang tak lagi muda
"Tak apa bi. Aku yang akan menjaga jiena dan jiehoo untuk sementara. Bibi pulang saja dan perhatikan kesehatan bibi. Terima kasih atas kerja keras bibi selama ini"
"Bibi juga terima kasih tuan. Kalau begitu bibi pamit pergi"
Kepergian bibi membuatku harus berpikir keras bagaimana aku mengurus keperluan anak anakku selanjutnya. Tentu saja aku bisa mencari pengasuh yang bisa mengurus keperluan anak anakku. Tapi itu sungguh tak mudah. Banyak yang harus ku pertimbangkan sebelum mencari pengasuh yang benar benar cekatan sama seperti bibi nam.
"Ap-appa..."
Panggilan itu selalu membuatku tersenyum. Dengan perlahan aku menghampiri si kecil jiena yang berada di dekat kakaknya jiehoo
"Kalian pasti bosan bukan berada di rumah. Mau keluar sebentar?" Seperti mengerti perkataan ku mereka mengangguk dengan semangat.
Usia jiena dan jiehoo hampir menginjak umur 3 tahun. Di usianya yang sekarang, terkadang mereka berbicara dan memahami perkataan ku. Aku sangat bahagia bisa melihat setiap perkembangan mereka setiap harinya
Dengan mobil yang sengaja ku beli untuk berpergian dengan si kembar, kami berangkat pergi ke suatu taman yang mungkin akan di sukai jiena dan juga jiehoo. Baru saja keluar dari mobil, mereka langsung berlari dengan tertatih melihat pemandangan dan juga arena bermain yang pastinya sangat mereka sukai
Aku memang tak sering membawa jiena dan jiehoo berpergian. Tapi sebisa mungkin aku selalu meluangkan waktuku untuk berpergian ke tempat tempat yang berbeda seperti saat ini
"Ap-appa, eskrim eskrim"
"Jiehoo mau eskrim?" Mulutnya bahkan masih penuh dengan camilan yang baru saja ku beli. Tapi lagi lagi, perhatiannya selalu tertuju pada benda dingin kesukaannya
Pertanyaan ku di jawab dengan antusias oleh keduanya. Aku dengan tersenyum mengacak rambut keduanya dan mengandeng jiena dan juga jiehoo di kedua sisiku
"Baiklah, ayo kita beli" tangan jiena yang baru saja ku pegang, kembali di tarik olehnya yang membuatku secara otomatis menatap jiena
"Kenapa sayang?"
"Ji-jiena di-disini saja. Appa"
"Jiena mau menunggu?" Jiena kembali mengangguk dan kembali mengambil camilan miliknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Past
FanfictionPerceraian mungkin jalan terbaik bagi keduanya. Tapi jika pada akhirnya Jungkook harus kehilangan segalanya ia tak akan dengan mudahnya mengatakan ya saat itu Ini adalah kisah ku, bagaimana aku belajar untuk tak mudah memberikan hatiku pada seorang...