Entah apa yang kulakukan dan apa yang kupikirkan. Rencana awal ku, berubah begitu saja sejak bertemu kedua anak kembar dan juga ayahnya. Seperti terbawa euforia yang begitu menyenangkan, aku terbuai dengan kebersamaan mereka. Hingga tanpa sadar aku melupakan tujuan awal ku kembali kemari
Satu atau tiga minggu berlalu begitu cepat. Sebenarnya Aku tak begitu yakin seberapa lama aku bersama mereka sejak pertemuan pertama kami. Yang pasti waktu terasa begitu cepat berlalu selama aku ada disini.
Ada begitu banyak yang terjadi di antara kami, Dengan berbagai alasan termasuk jiena dan jiehoo yang tak ingin berpisah dariku kini mereka tinggal rumahku. Ya mereka. Aku, jiena jiehoo dan juga jungkook. Jungkook mungkin bisa saja hanya meninggalkan jiena atau jiehoo di rumahku. Tapi aku menolaknya dan memintanya untuk tetap di sisi kami. Entah apa yang kupikirkan saat itu, rasanya selalu nyaman berada di dekat pria yang bahkan baru ku kenal.
Seperti ada perasaan aneh, tanpa sadar aku selalu terbuai suasana dan perlakuannya yang begitu manis. Tak bisa kupungkiri, jika mungkin secara perlahan aku telah jatuh pada pria itu
"Jieun-ah, bisa tolong bantu aku sebentar?" Suara teriakan jungkook kembali terdengar pada jam dan waktu yang sama. Hampir selesai dengan masakanku, aku meninggalkannya sebentar dan berjalan perlahan ke kamarnya
"Tolong bantu aku kali ini saja. Ini sangat sulit" suaranya membuatku tertawa melihat jungkook yang masih berusaha memakainya dasi yang sama sekali tak terikat
"Padahal ini sangat gampang, kenapa tak bisa memakainya sama sekali jungkook-ssi?"
"Jungkook-ssi??" Suaranya menaik dan terlihat kesal dengan panggilanku kepadanya
"Lee jieun, aku sangat sedih kau masih memanggil ku seperti itu---
Perkataannya terhenti bersamaan dengan aku yang menutup mulutnya. Dia selalu berisik hanya karena sebuah nama panggilan
"Kau berisik sekali oppa" barulah ketika aku memanggilnya seperti itu, jungkook tersenyum padaku
"Saranghae lee jieun" Lihatlah ucapannya yang begitu manis. Siapapun akan terjatuh dengan mudah begitu mendengar kata katanya dengan memberikan sebuah ciuman manis pada bibirku
"Kau tak menjawabnya?" Aku menaikkan pandangannya dan tersenyum
"Haruskah aku menjawabnya?" Jungkook menyenderkan kepalanya pada pundakku. Sedikit membuat apa yang ku lakukan terhenti dengan tingkahnya
"Kau seperti tak mencintaiku"
"Benarkah?" Aku menahan senyumku. Meski benar jika aku tak pernah menjawab setiap pernyataan cintanya, tapi kupikir aku juga merasakan hal yang sama meski tak mengatakannya secara langsung
"Lihatlah, aku seperti mencintaimu sendiri. Kau tidak mencintaiku bukan?" Aku bisa melihat wajahnya secara sepenuhnya. Ini terasa lucu rasanya. Bagaimana bisa wajahnya bisa seimut itu di umur nya yang sekarang
"Aku memang tidak mencintaimu" perkataannya sontak membuat wajahnya terkejut dengan perkataanku. Lihatlah, lihatlah wajahnya sangat lucu semakin aku mempermainkannya
"Kau serius?" Jungkook melepaskan pelukannya dariku
"Aku akan sakit hati jika kau mengatakan 'ya' lee jieun" Aku masih diam. Sebenarnya Aku ingin mempermainkannya lebih lama lagi, tapi tangan jungkook meraih tanganku membuat aku sedikit berhenti memasangkan dasi untuknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Past
FanfictionPerceraian mungkin jalan terbaik bagi keduanya. Tapi jika pada akhirnya Jungkook harus kehilangan segalanya ia tak akan dengan mudahnya mengatakan ya saat itu Ini adalah kisah ku, bagaimana aku belajar untuk tak mudah memberikan hatiku pada seorang...