: [03] destinée :

784 177 83
                                    

[destiny]

•••

Denise berlari dengan heboh ke arah Jendra yang sedang sibuk di dapur. "Chef Jendra!"

"Pelan-pelan aja, Nis. Bahaya lari-larian gitu di dapur." peringat Jendra. "Ada apa emangnya?"

"Orang dari majalahnya udah dateng."

"Oh iya? Tunggu sebentar, deh. Tanggung. Bilang 5 menit lagi saya ke sana."

"Tapi, Chef," suara Dennis menahan pergerakan Jendra. "Orang dari majalahnya itu..."

"Siapa, Nis?"

"Cewek yang tadi pagi kita omongin."

Jendra terbelalak. "APA?!"

"Iya, Chef. Yang hari ini dateng buat interview dari majalah Modèst ternyata Mbak Rose dan sekarang dia lagi duduk di bar."

Belum ada lima detik Denise selesai bicara, Jendra sudah mematikan kompor lalu melesat keluar dari area dapur.

•••

"Minumnya santai aja, Mbak. Gak bakal ada yang ngambil. Jangan gelasnya juga sampe keminum hehehe."

Rose menatap tajam Lucas yang kini sedang berdiri di hadapannya dengan senyum lebar di wajahnya. Duh, bisa gak sih ada orang lain dateng ke sini? Soalnya Rose udah risi banget disenyumin sama orang aneh dan creepy seperti si Lucas-Lucas ini.

"Bercanda doang, Mbak. Gak perlu tegang gitu mukanya." ucap Lucas lagi. Masih dengan senyum lebar di wajahnya. "Just kidding, Mbak. Just kidding."

Rose hanya memutar bola matanya malas.

"Mbak tahu, gak?" Lucas mencondongkan tubuhnya ke hadapan Rose. "Chef Jendra tuh ganteng banget, Mbak. Cocok sama Mbak Rose, kalo Mbak Rose single."

"..."

"Mbak Rose single gak?"

"..."

"Kalau single sayang banget, padahal Mbak Rose cantik."

"..."

"Mbak Rose kok diemin saya, sih?"

Senyum di wajah Lucas perlahan memudar saat menyadari kalau Rose tidak memberikan tanggapan atau reaksi apapun selain wajahnya yang tanpak lebih bete dari sebelumnya. Ternyata benar kata Bagas tadi, tipe perempuan seperti Rose adalah tipe perempuan yang berbahaya. Tatapan juteknya itu loh, bikin Lucas merinding disko. Lebih baik sekarang dia pura-pura fokus pada hal lain, deh. Daripada dibolongin sama tatapan laser milik Rose. Tapi itu tidak lama, karena sekarang Jendra sudah memasuki area bar untuk menghampiri Rose.

"Maaf Mbak Rose, tadi di dapur agak sibuk jadi agak lama."

Rose terbelalak saat melihat siapa yang kini ada dihadapannya. "Kamu?"

"Siang, Mbak Rose." sapa Jendra lagi sambil mengulurkan tangannya ke arah Rose. "Saya Rajendra. Head chef di sini."

Rose menerima uluran tangan Jendra lalu dengan cepat menariknya kembali. "Rose."

Jendra mengangguk.

"Actually one of my friend had to do this interview tapi karena dia lagi cuti jadi saya yang ganti." jelas Rose.

"What a luck." ucap Jendra tanpa sadar.

"Pardon?"

Jendra sedikit tersentak. "Maksud saya, you came all the way here. Thank you."

(un)expecting the unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang