: [17] mémoire :

550 127 20
                                    

[memory]

•••

"Kamu ini nggak inget punya kakak, ya?" Ayu langsung mengomel saat melihat adiknya yang sekarang sedang duduk di sofa ruang tamu rumahnya sambil menikmati secangkir teh.

"Inget, makanya sekarang dateng." jawab Jendra santai.

Ayu berdecak. "Iya, dateng, tapi harus dipaksa dulu."

"Mas Agus kemana, Mbak?"

"Udah tiga hari lagi dinas di NOLA dia. Kenapa?"

"Nanya aja."

"Kamu gak kerja hari ini?"

"Shift hari ini rada siang, jadi pagi ini rencananya mau belanja bulanan dulu."

"Oh iya," Ayu mencondongkan tubuhnya ke arah Jendra dengan senyum lebar di wajahnya. "Kamu udah punya pacar, ya?"

Jendra menggeleng. "Belom. Kok tiba-tiba nanya gitu, Mbak?"

"Kemaren temen Mbak yang kerja di Utama bilang liat kamu lagi makan berdua sama cewek di restoran yang ada di lantai satu The Synergy Building. Emang bener?"

"Bukan pacar itu."

"Terus siapa? Masih calon pacar?"

Jendra meletakkan cangkir teh kembali di atas meja lalu berdiri. "Mbak, aku pamit dulu mau belanja bulanan. Soalnya bahan makanan di rumah udah pada habis." pamitnya sebelum pergi. Meninggalkan Ayu yang berteriak kesal karena adiknya itu belum menjawab pertanyaannya.

•••

Jendra menyusuri lorong yang berisi buah dan sayuran lalu memasukkan barang-barang yang menurutnya penting dan sudah habis di rumahnya.

Saat merasakan handphone di sakunya bergetar, dia langsung mengeluarkan benda tersebut dan melihat nama 'BAGAS' di layarnya.

"Halo, Gas."

"Halo, Ndra. Lo lagi dimana?"

"Di FoodHall, lagi belanja bulanan. Emangnya kenapa, Gas?"

"Ah, pas banget. Gue mau nitip cokelat apa aja buat Lisa. Kalo bisa sih yang Lindt."

"Kenapa lagi lo berdua? Masa baru sebulan pacaran berantemnya tiap hari."

"Gak usah bawel lo. Pokoknya tolongin gue, ya. Demi kesejahteraan hidup gue ini. Gak betah gue diamuk begini sama dia."

"Iya, iya, ntar gue beliin. Mau nitip berapa?"

"Tiga, deh. Yang gede ya, Ndra."

"Oke."

"Yaudah, gud tutup dulu, masih mau ngebujuk Lisa gue."

"Iya. Udah sana cepet baikan, jangan ribut lagi. Lo berdua yang ribut nanti si Rose sama Joanna yang turun tangan."

"Sip. Thanks ya, Ndra."

"Ya, sama-sama."

Setelah memasukkan kembali handphonrnya ke dalam saku celana, Jendra memutuskan untuk berjalan ke lorong yang berisi aneka cokelat dan peemen untuk membelikan cokelat titipan Bagas. Dan saat itulan matanya melihat mango jelly yang dulu sering Rose makan saat mereka masih kecil. Tanpa berpikir panjang, Jendra langsung memasukkan beberapa bungkus mango jelly tersebut ke dalam troli belanjanya sebelum mengambil cokelat pesanan Bagas.

•••

Rose yang sedang sibuk dengan laptopnya di halaman belakang Forest Cafe dikejutkan dengan sebuah keranjang berisi buah apel dan mango jelly favoritnya yang diletakkan di atas tumpukan majalah di atas mejanya. Dan pelakunya adalah Jendra yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum di wajahnya.

(un)expecting the unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang