NINETEEN

5.7K 502 56
                                    

Aku up udh ga sesuai jadwal yh. Krn terlanjur terbengkalai:))









"hm baiklah. aku akan pulang sekarang phi"

Nada suara Mew begitu lemah mengakhiri panggilan itu. Pagi ini ia dikabari oleh sang kakak bahwa Mama mereka berkunjung di Mansionnya. Dimana itu berarti ia harus segera pulang sekarang.

"Enghhhh" lenguh Gulf sambil merenggangkan kedua otot lengannya.

Mew yang sudah terduduk kembali membaringkan tubuhnya dan melingkarkan lengannya di perut Gulf.
Matanya memandang seksama wajah bantal pemuda manisnya.

"Phi bisa pulang sekarang kok" Gulf mengukir senyum tulusnya.

"Meninggalkan mu sendirian?"

"Memangnya kenapa? Phi... Gulf  sudah banyak mengenal daerah sini kalau phi lupa"

"Aku tidak lupa. Tapi kau juga jangan lupa mengenai larangan ku"

"Tidak kok. Tidak boleh bergerak sedikitpun tanpa sepengetahuan phi Mew. Itukan?"

Mew terkekeh dan mengangguk.

"Sekarang phi pergilah mandi, lebih cepat lebih baik"

Mew menggeleng, lebih memilih menempelkan pipinya di dada Gulf.

Tangan Gulf terangkat mengelus Surai hitam Mew. Tatapan matanya berubah menyipit.
'meskipun aku lebih ganteng darinya tapi kenapa dia terlihat lebih seksi?'

Seakan mampu mendengar batin Gulf. Mew mendongakkan kepalanya dan bertanya

"Kau mengejekku?"

Gulf terkekeh. Tak merespon tuduhan Mew malah memajukan bibirnya beberapa centi meminta jatah.

Mew tertawa gemas, mendekatkan wajahnya dan

Cup!

Morning kiss tuntas!











>>>











Mew melanjutkan perjalanannya balik ke Mansion setelah mengantar Gulf ke apartemen. Meskipun perasaannya tidak enak seakan bahaya sedang membayang bayanginya tapi akan lebih bahaya jikalau ia tidak pulang menemui mamanya sekarang.

Mamanya adalah orang yang paling berharga dihidupnya. Disaat ia dulu dengan putus asanya sampai sampai ingin bunuh diri, Mamanya datang bahkan hampir membahayakan nyawanya sendiri demi menolongnya. Maka dari itu tidak ada seorang pun yang boleh membuat Mamanya tersakiti bahkan menunggu seperti sekarang ini.

Mew menancapkan gas sampai mentok. Waktu sangat berharga jika itu berhubungan dengan mamanya.

Sementara di tempat lain, Gulf mondar mandir kesana kemari memikirkan sejuta alasan kedatangannya ke masa depan. Jikalau tau begini seharusnya ia memikirkannya pas diawal awal ia terbangun di tahun ini.

Nafasnya terhembus berat. Kakinya lelah berjalan di tempat itu itu saja. Dengan lemas ia melangkah menuju dapur. Haus menjadi alasan utamanya.

Gulf meneguk sebotol penuh hingga tandas. Ia sampai ngos-ngosan hanya karena minum air. Setelahnya ia meremas botol kosong itu sampai tak berbentuk, mengarahkannya pada tempat sampah di depan. Satu kali lemparan tepat mengenai sasaran.

Ia beralih duduk di atas meja makan. Jemarinya ia mainkan di permukaan meja itu. Pandangannya masih tidak bisa tenang. Memandang sana sini bak sesuatu telah mengundang matanya.

Dan bertepatan di sebelah lemari makanan, matanya menyipit. Memperhatikan benda tergulung disana dengan jeli. Ingin segera menghilangkan rasa penasarannya, Gulf mendekat.

Ia akui menarik gulungan koran yang terjepit disana butuh tenaga yang tak sedikit. Sepertinya itu koran lama yang benar benar sudah lama. Atasnya acak acakan dan warnanya memudar di beberapa bagian seperti telah terkena air namun sudah mengering. Debu juga tak luput di tiap lembarannya.

Tak penting juga ia penasaran akan hal kuno itu tapi lagi lagi sesuatu menariknya untuk membaca setiap kalimat yang tercetak disana. Banyak huruf yang sudah tak jelas tapi sambungannya masih utuh untuk dibaca.

Satu foto yang berada ditengah tengah berita trending di koran itu sukses membuat Gulf menegang. Kaki dan tangannya membeku, bibirnya bergetar merapalkan keterangan di bawah foto itu. Bola matanya bergerak ke pojok paling atas.

Tidak tidak. Dia tak sedang berada di masa depan tapi di masa lalu.

Gulf dengan cepat berlari keluar apartemen dengan masih menggenggam erat gulungan koran itu. Dengan panik ia mengepalkan tangannya. Tangisnya pecah, cairan bening itu semakin membanjiri area wajahnya.

Laju larinya semakin cepat. Gulf tak peduli pandangan orang orang yang ia lalui. Disaat seperti ini mengapa tak ada satupun kendaraan yang bisa ia tumpangi. Ia yakin Mew akan segera sampai di Mansionnya.
Ia harus kesana juga tepat waktu.






*







"Ma, Mew sudah datang" ucap Tongk menyadarkan Mamanya dari lamunan.

Nyonya Vee membalikkan tubuhnya. Menatap ke bawah. Benar saja mobil Mew sudah terparkir dibawah sana.

"Apa semuanya sudah siap?"

Tongk mengangguk mengiyakan.

Nyonya Vee berlalu keluar dari ruangan kecil itu. Tongk segera meraih ponselnya dari saku dan mencari kontak Gulf.

Setelah nama Gulf tertera, ia menekan tombol call. Tak ada jawaban. Tapi Tongk masih berusaha menelpon nomor itu.

Banyak dendam yang bersemayam di tubuh Mamanya sekarang. Satu satunya orang yang bisa menyelamatkan Mew hanyalah Gulf seorang.

Tongk gelisah karena Gulf bahkan tidak mau menjawab panggilannya. Tidak mungkin ia menelpon Mew di keadaan seperti ini. Bisa bisa ia makin membahayakan nyawa adiknya itu.

Tongk mengintip di celah pintu ruangan yang ia tempati. Ada 3 penjaga dengan tubuh luar biasa besarnya sedang berdiri menghalau pintu itu.

Tongk merasa putus asa. Dalam otaknya dipenuhi doa doa agar adiknya baik baik saja setelah ini.



















Tbc.

MVD kupending dulu. Fokus namatin acting. Semangat!!!! Dikit lagi🙃

OUR WORLD 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang