TWENTY-FOUR

5.1K 532 24
                                    







Pening. Gulf berusaha membuka kelopak matanya. Tak ada cahaya menyilaukan yang menyapa paginya kali ini. Gulf menengadah sekeliling.

"Beginilah kalau bepergian sendiri" ucapnya asal menyadari kenyataan ia malah bermalam di bar karena tidak ada yang bisa mengantarnya pulang semalam.

Satu hal yang membuatnya bernapas lega, yaitu selimut ditubuhnya. Ternyata masih ada orang yang berbaik hati tak membiarkannya menggigil semalaman. Setelah berterimakasih kepada udara, Gulf mulai menyipitkan matanya mencari baju yang ia lempar sembarang tadi malam. Ia menggeleng tanda tak ada hasil dari pencariannya padahal ia sudah berjongkok mencari di kolom bawah meja bahkan di bawah sofa. Dengan kedua tangan yang bersedekap Gulf menghela nafas menyerah. Alhasil ia kembali menyelimuti dirinya dengan selimut kecil tadi.

Masih pagi, pasti tak banyak orang di bar ini atau malah tak ada seorang pun jadi ia tidak akan malu jika berjalan keluar, pikirnya. Langkahnya berhenti tepat di depan pintu.

"WTH! Bagaimana caraku membukanya semalam?" Umpat Gulf yang tak mengingat password pintu didepannya.

Kalau begini ceritanya, sampai malam pun ia tak kan bisa keluar. Dengan kesal Gulf menendang sekali pintu itu dan mengurungkan niatnya keluar. Ia berbalik, kembali berjalan ke arah sofa panjang disana.

Gulf langsung menghempaskan badannya dengan posisi tengkurap. Kakinya ia mainkan dibelakang, alisnya berkerut, bibirnya ia majukan beberapa centi. Entah kepada siapa ia merajuk dan apa yang ia kesalkan.

"Hufttt, Mama tolong Gulf" ucapnya manja yang tak seorangpun bisa mendengar kecuali....

Flushhh!!!

Sebuah baju mendarat tepat di kepala Gulf. Tak dipungkiri wajahnya juga ikut tenggelam akan baju besar yang menutup sebagian kepalanya. Tentu saja hal itu membuat Gulf dengan cepat bangkit dan siap meledak.

"Berani..." Ucapannya terputus. Telunjuk yang ia layangkan tadi kembali ia tarik. Tatapan mengintimidasi dari Mew membuatnya terdiam.

Suasana terasa canggung. Harus ada satu yang memecah keheningan. Yang pasti bukan Gulf, karena ia terlalu gugup untuk bicara.

"Kau ingat aku?" Mew menaikkan satu alisnya menunggu jawaban dari pertanyaannya barusan.

Gulf ingin menyahut tapi belum berani bersuara. Bahkan sekarang ia menyibukkan matanya melihat kearah lain. Salahkan sorot mata Mew yang terlalu tajam.

Tak mendapat respon, Mew berdehem panjang menyadarkan sang lawan bicara. Dan tanpa izin ia dengan sigap menarik tubuh Gulf yang belum berkaos itu ke dalam pelukannya. Alasannya ingin menenangkan Gulf yang terlihat gelisah.

Gulf terkejut, matanya membulat dengan mulut ternganga. Lelaki asing yang baru dua kali bertemu dengannya itu sudah kelewat batas menurutnya.

"Khun. Bukankah ini berlebihan?"

Mew menyeringai. Peringatan dari Gulf tidak berefek apapun. Ia malah semakin leluasa menjelajahi punggung polos Gulf dengan elusan tangannya.

Gulf menggigit bibir bawahnya.

"Khun. Aku bisa melaporkanmu"

"Itu kalau kamu berhasil keluar dari sini"

Mata Gulf tambah membulat. Apapun yang ia katakan tidak berpengaruh. Dari sini Gulf bisa simpulkan lelaki yang sedang memeluknya ini termasuk jejeran orang keras kepala. Yah itu valid no debat.

Belum puas macam macam, Mew kembali berulah dengan meniup niup daun telinga Gulf. Sebelum berbisik ia tidak lupa menggigitnya.

"Kalau kau tidak suka mengapa kau tidak berontak?"

OUR WORLD 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang