TWENTY-THREE

5.1K 527 48
                                    

Yang masih baca chp ini. Fiks kalian sangat sabar:)









Hari berikutnya Mew kembali mengunjungi kuburan ayahnya. Alasan sederhana. Ia masih belum puas berada di dekat sang ayah.

Mew menaburkan bunga mawar merah yang dibawanya tadi. Senyum hangat ia layangkan selagi memandang kuburan yang baru terbentuk itu.

"Besok aku akan datang lagi yah, istirahat yang tenang"

Mew mengambil langkah menjauh. Ia harus mengurus beberapa hal. Ia yakin selamatnya ia di masa lalu tidak merubah banyak hal dimasa depan kecuali ingatan orang orang bahwa dirinya masih hidup sampai sekarang.

Kemarin ia sudah bertemu dengan Tongk. Dan benar saja, kakaknya itu bersikap seolah tak terjadi apapun. Tak jauh beda dengan orang orang terdekatnya yang lain. Mereka menyapanya seperti biasa, mengajaknya mengobrol seputar pembicaraan yang memang pantas di bahas di usianya yang sekarang.

Rasa penasaran tentang kehidupan di masa ini juga telah terbayarkan kemarin. Dirinya masih begitu begitu saja, menjadi pemilik bar yang sukses dengan banyak orang yang mengenalnya.

Namun, semua itu tidak begitu berarti. Karena salah satu orang yang sangat berharga dihidup nya justru tidak mengingatnya sama sekali. Itu wajar.

Sekarang ia sangat berambisi untuk mengembalikan ingatan Gulf. Membawa Gulf kedalam hidupnya lagi.

Satu hal yang sudah ia tau tentang pemudanya itu. Seorang YouTuber. Sangat terkenal malah. Pantas saja sewaktu bersamanya dulu, Gulf sangat pintar bicara dan selalu mengajaknya berdebat.










*






Tengkurap - telentang - tengkurap lagi - menukik - telentang lagi.

"Hufffffttttttttt" Gulf membuang napas bosan.

Sama halnya dengan hari hari lalu. Ia tak bisa mengendalikan pikirannya sendiri. Tubuhnya terus saja bermalas-malasan padahal waktu sangatlah berharga bagi seorang YouTuber sepertinya. Berdiam diri akan membuat para penontonnya jengah menunggu kontennya.

Banyak berita yang bisa ia ulik, banyak kejadian aneh yang bisa ia ungkap tapi tidak ada satupun yang bisa menarik minatnya untuk kembali merekam video.

Berbaring, menonton tv, makan, tertidur, dan melamun di kamar adalah kegiatan barunya akhir² ini. Semuanya terjadi begitu saja seakan ia sudah terbiasa melakukannya.

"Aku perlu hiburan" ucap Gulf menghela nafas sekali lagi.

Jemarinya sibuk men scroll layar digenggaman nya. Matanya juga teliti menelisik setiap nama nama bar terkenal yang tertera disana.

SUN BAR.

Tanpa melihat ulasan lebih lanjut ia langsung bangkit. Meraih kunci mobil dan segera turun menuju garasi. Satu hari ia luangkan untuk minum minum mungkin tidak begitu buruk.

Tak begitu jauh. Jalanan juga lancar. Dengan petunjuk arah yang ia ikuti, ia berhasil sampai di tempat tujuan dengan cepat.

Sore hari adalah waktu ramai pengunjung, simpulnya setelah melihat keadaan di dalam bar itu.

Sungguh banyak wanita yang berpakaian kurang bahan berjalan lenggak-lenggok memperlihatkan lekuk tubuhnya. Gulf mengerutkan kening.Seingatnya ia jarang sekali mengunjungi bar manapun tapi ntah mengapa ia merasa tidak asing sama sekali dengan pemandangan seperti itu.

Gulf santai² saja melewati banyaknya kerumunan orang yang berdiri sambil menggoyangkan tubuh mereka. Beruntung tidak ada yang mengenalnya disini. Jadi dia tidak harus sembunyi sekedar menghindar.

Alunan musik menggema begitu kencang. Bahkan jika kau berteriak, nihil orang akan mendengarnya.

Gulf yang terbawa pengaruh minuman mulai merasa pusing. Kadar alkoholnya tinggi dan dia sudah melewati kadar itu dari tadi. Hanya butuh segelas lagi jika ia ingin kesadarannya benar benar menghilang.

Sebelum dirinya tak mampu berdiri lagi, ia memutuskan masuk ke dalam salah satu ruangan yang tersedia disana. Sangat mudah menemukan ruangan yang tepat karena kakinya berjalan menuntunnya seakan sudah hafal setiap sudut di bar itu.

Gulf langsung menghempaskan tubuhnya di sofa panjang nan empuk di ruangan yang bertuliskan MEW'S ROOM itu. Tidak lupa ia juga melepas bajunya karena merasa gerah. Sudah merasa nyaman dengan baringnya, akhirnya kesadarannya menghilang. Bukan pingsan tapi tertidur.

*

"Phi Mew" teriak Jom menyambut kedatangan sang kakak.

"Kenapa kau belum pulang Jom" tegur Mew ikut duduk di depan bartender.

"Semakin malam semakin menyenangkan phi" cengir Jom berusaha mencairkan suasana.

"Awas saja kalau kau macam macam" ucap Mew memperingati.

"Tidak bakalan kok. Kedua kakakku sungguh menakutkan. Aku tidak berani" ucap Jom memperlihatkan ekspresi ngerinya.

Mew selalu percaya dengan adiknya. Dari dulu sampai sekarang pun adiknya memang hobi berada di bar miliknya bahkan tidak segan untuk minum minum sampai larut malam. Asal tidak melewati batas Mew dan Tongk masih mengizinkannya. Toh adiknya itu juga sudah dewasa. Sudah bisa membedakan hal benar dan salah.

"Eh mau kemana phi?" teriak Jom yang melihat Mew beranjak dari kursinya.

"Istirahat"

Sahutan singkat dari Mew dibalas anggukan mengerti dari Jom.

Mew punya ruangannya sendiri di bar ini. Ruangan itu tidak sembarang dimasuki siapapun. Jika bukan karena ia atau adiknya yang membukanya maka ruangan itu pasti selalu terkunci rapat.

Disaat kakinya melangkah masuk, ia tidak heran jika ruangan itu tidak terkunci, mengingat adiknya juga berada di bar ini. Pasti adiknya yang telah membukanya lebih awal tadi.

Tapi...

"Gulf"

Mew berdiri mematung. Mengira ia berhalusinasi, ia menampar pipinya sendiri. Sakit. Berarti nyata!

Mew tersenyum bahagia. Jika ia tidak menahan egonya mungkin ia akan melompat keatas tubuh Gulf yang terbaring nyaman didepannya. Jangan salahkan dirinya. Rindu itu begitu menyiksa.

Pelan pelan Mew mendekat. Kemudian berjongkok. Memperhatikan lekat wajah  tidur Gulf yang damai.

"Jadi begini rasanya bertemu gebetan" gumam Mew malu malu.

Mew mengangkat tangannya ingin mengelus pipi Gulf. Tapi tidak jadi. Takut sentuhannya akan membuat Gulf terjaga.
Tapi sungguh! Tangannya sangat gatal untuk tidak menyentuhnya.

Mengumpulkan keberanian sedikit. Ia memajukan telunjuknya dan menoel hidung mancung Gulf. Setelahnya ia terkekeh sendiri menikmati ekspresi Gulf yang tampak risih meski sedang tertidur.

"Kebiasaan ku mengapa pindah padamu?" Ucap Mew sambil memungut baju Gulf di lantai.

Dengan hati hati Mew menyelimuti bagian atas Gulf yang polos dengan selimut kecil yang memang tersedia di sana. Dengan jahil ia menoel hidung Gulf sekali lagi. Belum puas. Ia menoelnya lagi.

"Sweet dreams, tuan kedua" bisik Mew diakhiri tiupan ringan di wajah Gulf.



































Tbc.

OUR WORLD 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang