𝑩𝒊𝒆𝒏 𝒒𝒖𝒆 𝒕𝒓è𝒔 𝒍𝒐𝒊𝒏, 𝒎𝒂𝒊𝒔 𝒍𝒆𝒔 𝒄œ𝒖𝒓𝒔 𝒂𝒑𝒑𝒓𝒐𝒄𝒉𝒆𝒏𝒕.
𝑫𝒆𝒖𝒙 𝒄œ𝒖𝒓𝒔 𝒔𝒆 𝒓𝒂𝒑𝒑𝒓𝒐𝒄𝒉𝒆𝒏𝒕 𝒔𝒂𝒏𝒔 𝒍𝒊𝒎𝒊𝒕𝒆.(18)
Kali ini warna oranye dan cokelat sedang menjalani tugasnya untuk mewarnai bumi. Jalanan dipenuhi oleh dedaunan yang sudah tidak tahan terlalu lama bertengger di rumahnya sendiri sehingga menghasilkan suatu suara setiap orang-orang menginjakkan kakinya di jalanan. Dau kering yang terlihat rapuh itu terlihat menyesal karena sudah meninggalkan rumahnya, padahal masih banyak kawanan daun yang masih diam di atas sana. Sama seperti lelaki yang sedaritadi sibuk mengambil foto pemandangan sekitarnya, ia juga merasa menyesal karena telah pergi jauh meninggalkan rumahnya. Foto-foto yang ia ambil barusan bertujuan untuk menunjukkan warna yang dihasilkan oleh musim gugur kepada seseorang yang ia rindukan. Musim gugur di matanya adalah satu hal yang istimewa, musim gugur adalah dia, wanitanya.
"Apa kau sudah melihat foto-foto yang kukirimkan padamu?"
"Belum semuanya. Aku baru saja mau memperhatikan satu persatu foto darimu, tapi oppa malah meneleponku." Sahut Goeun yang berada jauh dari tempat dimana Minho berada sekarang.
"Aaah... bagaimana ini?" Minho menghela nafasnya yang terasa berat.
"Bagaimana apanya?"
"Aku tidak semangat bekerja."
"Oppa tidak bo—"
"Iya-iya, aku mengerti. Aku hanya merindukanmu. Sayang sekali pemandangan yang indah seperti ini tidak dilihat bersama denganmu." Kepala Minho menghadap keatas melihat pohon-pohon dan langit yang begitu cerah. Kakinya sedaritadi tidak berhenti bergerak menendang-nendang daun kering yang menumpuk di bawah kakinya. "Aku jadi ingat tahun lalu, musim gugur yang kita lewati bersama."
"Berkat itu, aku melihat sesuatu yang cantik?" **(The King-Ep3) Goeun membicarakan satu kalimat milik Minho yang ada di drama mereka sebelumnya.
"Tapi sekarang aku tidak melihat suatu hal yang istimewa. Hanya pemandangan indah yang kosong. Aku harap kau disini bersamaku melihat semua ini."
"Memangnya di Seoul tidak ada pohon dan daun kering yang berguguran? Aku juga bisa melihatnya disini." Goeun tertawa kecil. "Oppa, begini saja. Bagaiamana kalau kau membuat satu video untuk youtubemu yang menunjukkan keindahan disana? Jadi aku bisa melihatnya lewat videomu." Minho terdiam sejenak.
"Benar juga. Baiklah aku akan mengambil video ditempat yang lebih bagus daripada disini. Aku akan menunjukkannya padamu tempat yang lebih indah. Lalu, agar tidak terlalu terlihat sendirian aku akan membawa Choco."
"Jangan lupa berikan baju hangat untuk Choco."
"Bagaimana denganku? Apa aku pakai baju yang tipis saja?"
"Terserah kalau kau mau kedinginan pakai saja baju yang tipis." Goeun yang berada di kamar tidurnya hanya bisa menggelengkan kepalanya karena Minho yang mudah merasa cemburu bahkan terhadap Choco. Kali ini, topik yang mereka bicarakan tidak jauh berbeda dengan pasangan lainnya. Tentang makanan apa yang dimakan saat sarapan, apa sudah minum vitamin, apa waktu tidur tercukupi, bagaimana kondisi hatimu hari ini dan yang paling utama untuk Goeun adalah mendegar segala keluh kesah Minho yang dari dulu sama saja. Minho hanya terlalu sering merindukan Goeun. Goeunpun juga begitu, tapi ia selalu berusaha mengontrol perasaannya, rasa rindunya. Berbeda dengan Minho yang tidak mempunyai rem untuk selalu mengungkapkan segala perasaannya terhadap Goeun.Telepon diakhri dengan suara Minho yang mengeluh karena managernya memanggil dirinya untuk mulai bekerja, dengan terpaksa Minho harus mengakhiri perbincangannya. Setelah berbincang cukup lama dengan Minho lewat handphone, Goeun bergegeas menuju kamar mandi. Selesai mandi, dia memilih baju yang cocok untuk pertemuan kali ini. Hari ini ia punya janji untuk bertemu seseorang. Sejujurnya, Goeun juga punya keluh kesah yang ia ingin sampaikan ke Minho lewat telepon tadi, tapi ia memutuskan untuk tidak memberitahunya.
"Kenapa aku hanya punya beberapa dress sih? Kenapa aku selalu membeli jeans dan baju atasan besar seperti ini?" Goeun menyesali perbuatannya yang selalu mengutamakan pakaian kasual daripada pakaian feminin. Padahal dress yang cantik juga terkadang dibutuhkan seperti saat ini. Akhirnya Goeun memilih satu dress berwarna putih gading yang menutupi sampai bagian bawah lututnya. Hari ini, ia ingin terlihat lebih feminin dan manis di hadapan orang yang akan ia temui nanti. Tadinya dia ingin mengikat rambutnya, tapi pikirannya berubah dan memutuskan untuk menggerai rambutnya saja karena ia berpikir akan lebih terlihat feminin jika rambutnya digerai. Tidak lupa dia memakai makeup tipis yang jarang ia pakai jika keluar rumah. Setidaknya lipstick berwarna peach ini cukup membuatnya puas akan tampilannya. Tapi tetap saja, sepatu yang ia pakai adalah sepatu yang membuatnya nyaman untuk berjalan bukan yang membuat kakinya terasa pegal. Goeun berdiri menghadap kaca melihat tampilannya yang sangat jarang terlihat ini, bahkan Minhopun jarang melihatnya seperti ini. Ia berusaha menenangkan dirinya yang gugup dengan menarik napas yang panjang lalu membuangnya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Ours
Fiksi PenggemarCerita tentang mereka yang di satukan oleh takdir. Cerita tentang 'kita'. Cerita milik 'kami'. "𝐂'𝐞𝐬𝐭 𝐩𝐚𝐬 𝐦𝐨𝐢 𝐪𝐮𝐢 𝐭𝐞 𝐜𝐡𝐞𝐫𝐜𝐡𝐞, 𝐌𝐚𝐢𝐬 𝐥𝐞 𝐝𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧 𝐪𝐮𝐞 𝐧𝐨𝐮𝐬 𝐫𝐞𝐭𝐫𝐨𝐮𝐯𝐞 ...."