3.Ketua Osis

121 84 78
                                    

Assalamualaikum wr.wb
I'm come back
Gimana ada yang rindu gak nih
Ada yang nunggu cerita aku kah?

Udah pada siap ngehalu gak nih
Wkwk

Happy Reading

***

Tampak kini Arles tengah terburu buru turun dari tangga dengan ransel yang ia sampirkan di sebelah bahunya.

"Bun Arles gak sarapan dulu ya," ujarnya sambil mencium punggung tangan Resa.

Resa menatap bingung putranya ini, jarang sekali dia bangun terlambat seperti ini. Bahkan Ara, Virgo serta ayahnya saja sudah berangkat.

"Kamu jangan lupa makan ntar!" pekik mamanya saat Arles sudah beranjak keluar.

Arles itu adalah anak kedua dari tiga bersaudara.Sedangkan Virgo, abangnya itu sudah menginjak semester lima di salah satu Universitas negri tersohor di ibu kota ini.

Dan Ara ia adalah salah satu siswa kelas sepuluh SMA swasta. Ia sengaja merengek ke orang tuanya agar tidak satu sekolah dengan abangnya Arles.

Ara ini pintar sama seperti Arles dan Virgo. Memang mereka ini memiliki gen otak diatas rata-rata. Hanya saja ia tidak mau jika harus dikejar-kejar oleh para fans Arles.

Kalau kata Resa, Ara bukan takut dikejar-kejar oleh fans Arles, ia tidak mau jika harus dibanding bandingkan oleh tetangga dengan abangnya itu.Padahal Resa dan Bimo tidak pernah membeda-bedakan anak mereka.

"Lo kok telat si!, perjanjian nya kan jam enam tiga puluh!" ketus Revan wakil ketua osis itu.

"Gue kesiangan," ujar Arles segera melepas jaketnya dan mengambil almamaternya. Memang begini jika ada kegiatan apalagi acara Mos semua angggota osis akan memakai almet.

"Lyra mana?"

"Tadi katanya keluar bentar."

Ceklek

"Wah pak ketua osis nya baru datang," kekeh Lyra.

"Ketos mah bebas," cibir Sam yang baru saja masuk.

Arles menatap galak Sam.

"Santai pak," kekeh sam.

Seperti biasa Arles akan mendapat sapaan dan bisikan
dari manusia manusia ini. Namaun ia hanya mengangguk saja.

Arles ini memang sudah patut di sebut dengan sebutan the perfect boy atau pria yang nyaris sempurna, wajar seperti itu dia bukan hanya modal tampang doang, selain tampan, pintar, famous, ketua osis pria ini juga penuh dengan kharisma dan tanggung jawab.

Namun hanya satu yang salah,dirinya masih saja betah dengan status jomblonya. kalau kata Ara adiknya, mana ada wanita yang tahan dengan sifat kaku abangnya itu.

Setibanya di lapangan, Mereka langsung berdiri di tempat khusus para panitia.

Tidak lama sang kepala sekolah turun dari podium, Arles naik ke atas podium saat salah satu panitia menyebutkan namanya.

Ia berdiri menatap seluruh siswa baru ini. Bahkan ia menyaksikan beberapa kaum hawa sedang senyam senyum. Namun ia sudah terbiasa dengan hal ini, apalagi jika bukan sedang membisik-bisikkan dirinya.

Bahkan hampir dari mereka semua kini malah sibuk berbicara dan kasak kusuk.

Revan yang melihat sang ketua osis itu belum juga berbicara, ia langsung mengambil toa dan langsung angkat bicara.

"TOLONG SEMUANYA DIAM!" ujar Revan. Namun hasilnya nihil, hanya beberapa diantara mereka yang diam, yang lainnya mungkin telinganya sedang tersumbat.

ARLEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang