AlayaFobia 05 - Amin Paling Serius

38 11 0
                                    

Menjadi tempat pelampiasan juga butuh istirahat ’kan?

-Alaya

=AlayaFobia=


Menjadi pelampiasan sebuah kesalahan meskipun kau tak melakukan kesalahan adalah rasa sakit tak terduga. Itulah yang saat ini ia rasakan, berulang kali menahan sebuah rasa sakit tanpa kesalahan yang jelas membuat hatinya benar-benar seperti dihantam sebuah bom.

Bumantara berwarna jingga menemani sore hari Alaya saat ini. Ia memilih untuk duduk di taman apartment-nya demi menikmati senja sendirian. Sejenak melupakan beberapa hal yang terjadi beberapa jam lalu. Ia yang begitu hancur karena sebuah luka membuat jiwanya benar-benar terguncang.

Angin sore menerbanhkan beberapa helai rambut dan juga dedaunan. Membawa jauh kenangan pahit yang tercipta sebelum senja kemudian menggantinya dengan angin malam yang begitu dingin menusuk kulit seolah ia adalah lembar baru dari sebuah naskah.

Setelah menghadiri pemakaman Aci--belalangnya-- dengan penuh khidmat gadis itu memilih untuk melangkah menuju taman terdekat. Tetapi, bukannya ketenangan ia justru mendapatkan kesakitan. Pria yang secara tiba-tiba menyeret lengannya kemudian memasukkan paksa dirinya dalam mobil membuatnya merasa begitu ketakutan.

Brakk!

"Ayah...," lirihnya saat menatap wajah merah padam ayahnya di kursi kemudi.

Tubuhnya gemetar hebat. Ia tahu jika ayahnya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja sekarang. Lihatlah bagaimana cara pria itu menahan emosi saat lampu jalanan berwarna merah.

Entah karena alasan apalagi Bentala harus siap dihukum saat ini. Mungkin Tuhan kembali mengujinya sebelum benar-benar membuatnya bahagia.

Berhenti pada sebuah rumah yang sangat ia kenali membuatnya kembali menahan napas. Ia tak ingin kembali lagi ke dalam rumah rasa neraka ini. Ia tak ingin kembali mendapatkan semua rasa sakit itu.

Ayahnya berjalan keluar dengan membanting pintu mobilnya kemudian membuka pintu samping Alaya. Menyeret gadis itu secara kasar lalu menghembaska tubuhnya ke dalam rumah hingga membuatnya tersungkur.

"Apa yang telah kau katakan pada Alio!" bentakan tajam itu menyambug kedatangannya sebelum langlah kaki terdengar tergesa-gesa dari lantai atas menampakkan ibu beserta kembarannya.

"Sudah kubilang, kan, jangan pernah muncul atau menemui keluarga ini, lagi! Kau tahu sendiri apa resikonya 'kan?" Pria itu melepaskan ikat oinggang yang ia kenakan membuat Alaya meringkuk ketakutan.

Alio yang melihat itu hanya bisa memeluk ibunya erat. Memejamka matanya saat suara cambuk terdengar. Mereka tak dapat melakukan apa pun saat ayahnya berada di batas emosi.

Ctarr!

"Kau telah membunuh sepupumu!"

Ctarr!

"Kau telah mempermalukan keluarga ini!"

Ctarr!

"Kau telah membuatku semakin membencimu dengan melanggar semua aturan di rumah ini."

Ctarr!

Ctarr!

Ctarr!

Alaya hanya bisa menangis dan menahan perih di punggungnya. Menggigit keras bibirnya hingga mengeluarka darah. Sekuat mungkin menahan isakan agar tak semakin membuat dadanya sesak.

ALAYAFOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang