Perlu bukti, gak? Kalau kita berdua, jadian?
-Alaya
=AlayaFobia=
Hujan menyambut pagi SMA ANGKASA beberapa murid terlihat berlarian menutupi kepala mereka dengan tangan, walau tetap akan basah setidaknya make up mereka tidak luntur.
Tapi, berbeda dengan gadis berpayung kuning masih dengan aksen matahari yang menghiasi sekitar payungnya. Gadis itu terlihat asik bermain hujan tanpa alas kaki membuat beberapa siswi menatap iri juga bisikan-bisikan terdengar mendesis di sekitarnya.
"Alaya lagi ngapain, sih?" tanya Eko penasaran saat menatap gadis itu berdiri di tengah lapangan dengan payung sebagai penghalang hujan agar tak menyentuh langsung kepalanya.
"Aduh! Lo gak lihat dia lagi main hujan, itu artinya dia lagi mandi." Agus yang berada di sampingnya menyentil pelan dahi Eko.
Eko menggangguk paham. "Mandi kok, pakai baju, ya, Lan?" tanya Eko menatap Alan yang sedang memandang datar Alaya.
"Mana gue tahu," ketusnya.
"Gimana, Gus?" Gantian Eko menyenggol bahu Agus membuat pria itu mendengus.
"Berarti dia masih punya malu, gitu aja gak tahu." Eko menggangguk mendengar jawaban Agus.
"Lah? Berarti gue gak punya malu dong? Kan, gue kalau mandi gak pakai baju." Alan menatap sinis pria yang tololnya natural.
"Orang lo biasanya malu-maluin," cibir Agus menahan tawanya.
"Gue tahu bego gratis, tapi gak usah serakah." Alan berujar sinis hendak melanglah pergi sebelum si biang rusuh menyerukan namanya.
"PACAR!" Bukan teriakan yang menjadi pusat perhatian tetapi, kata yang terlontar dari bibir manis Alaya. Belum lagi perhatian gadis itu tertuju pada Alan yang berdiri dengan pandangan tajam pada Alaya.
Bisikan-bisikan ghaib mulai terdengar lirih hingga menyatu menjadi sebuah naskah berjudul kepo. Seluruh murid yang awalnya menjalankan aktifitasnya masing-masing kini berhenti menatap satu-satunya gadis yang menikmati hujan dengan payung nyentriknya.
"Beneran mereka pacaran?"
"Alan doyan juga, ya?"
"Mana mungkin. Itu si, Alaya lagi halu, kali."
Alaya mendengus mendengar bisikan itu. Tatapannya kembali tertuju pada Alan yang menatapnya datar di koridor pinggir lapangan. Gadis itu berniat menghampiri pria yang sejak beberapa hari lalu ber-status menjadi kekasihnya itu.
"Selangkah lagi lo mendekat. Gue buat lo pergi dari sekolah ini." Ancam Alan yang tentu saja dihiraukan begitu saja oleh Alaya.
"Berhenti Alaya!" bentak Alan membuat langkah gadis itu berhenti beberapa meter di hadapannya.
"Kenapa, sih? Gue ini pacar lo, apa salahnya nyamperin pacar sendiri?" Gadis itu mendengus sebal menatap puluhan pasang mata yang memperhatikannya terlebih wajah mereka terkesan merendahkan Alaya.
"Sejak kapan gue pacar, lo!" Alan berdecih, "gue gak sudi pacaran sama cewek yang setiap hari buat kuping gue sakit, yang kalau berdekatan bikin badan gue gatal-gatal."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAYAFOBIA
Roman pour Adolescents••END•• Dia, Alaya. Gadis dengan sejuta sikap alay yang melekat dalam dirinya. Sikapnya itu membuat dirinya terkenal dalam waktu singkat. Dia, Alan. Cowok yang sangat alergi dengan sikap alay Alaya. Jika bertemu ia lebih memilih menghindar, berhadap...