Puisi terakhir malam ini.
=AlayaFobia=
Aku mencintaimu...
Sejak saat itu, pertemuan pertama yang membuatku berkesan.
Diantara gerimis hujan malam minggu.
Disaksikan gemintang saat itu.
Dibawah sinar rembulan yang tersembunyi dibalik awan.Aku mencintaimu...
Seperti langit, bumi dan udara.
Langit yang setia menunggu jingga menghiasi cakrawala.
Langit yang setia menemani cintanya tenggelam.Bumi yang tak pernah pergi sekalipun air hujan mengikisnya.
Bumi yang setia pada langitnya sekalipun matahari membakar habis kulitnya.
Sedangkan, udara tempat kau sampaikan rindumu.
Tempat kau kirimkan arti kebahagiaan yang tak terungkap.Aku mencintaimu lebih dari yang terlihat.
Apa kau tau?
Aku membenci diriku sendiri saat tak bisa mendapatkanmu.
Apa kau tau?
Aku mencoba bersembunyi dari kenyataan.Sore itu, disinari cahaya jingga dari matahari.
Ketika aku butuh asupan bukan harapan.
"Salam manis. Kamis," ungkap Alaya diakhir puisinya.
Prok... Prok... Prok...
Suara tepuk tangan terdengar diseluruh penjuru sekolah. Alaya menyampaikan beberapa bait puisi yang ia minta tadi sewaktu berada di mall pada gadis manis bernama Arum.
Dari jutaan orang yang tercipta
Tuhan memilihmu sebagai pemilik rasa
Pertemuan pertama menjadi antologi rasa
Angin dari barat menghembuskan daun yang sulit menjangkau tanah
Kata yang terpendam mampu membungkam angan
Tapi, kau adalah definisi bahagia
Kau adalah pemilik hati yang sesungguhnya
Aku menyayangimu semenit lebih lama darimu.Sesuatu dalam dirimu membuatku terpikat
Layaknya kumbang pada bunganya,
Layaknya angin pada daunnya
Kita seperti langit dan bumi
Dan angin adalah jalan tengah kita bertemu.Prokk! Prokk! Prokk!
"Terima kasih," ujarnya sebelum berjalan menuruni panggung.
Kembali mendapatkan tepuk tangan saat ia membacakan dua puisi sebagai pembuka malam wisuda kali ini. Tanpa sadar saat ia membaca puisi itu tatapan matanya bertemu dengan tatapan penuh arti milik Alan yang berada di depan panggung.
Tatapan mereka sama-sama memiliki arti kerinduan dengan jalan yang berbeda, yang satu sudah memilih untuk berhenti sedangkan yang satunya lagi sudah memutuskan untuk melangkah menjauh.
Baru saja ia melangkah menuju belakang panggung, ia kembali dipertemukan dengan Alan yang berada beberapa langkah di hadapannya. Mata mereka saling menatap selama beberapa menit sebelum suara dering ponsel Alaya menyadarkan keduanya dari lamunan.
Mereka berjalan semakin dekat sebelum akhirnya saling melewati tanpa ada kata yang terucap. Alaya yang sibuk dengan ponselnya sedangkan Alan yang terus menjaga jarak meski tak dapat membendung sebuah kata bernama ridnu.
"Halo," sapa Alaya ketika sambungan telepon itu tersambung.
"Kapan kamu berangkat?"
"Beberapa hari lagi. Kenapa?" Alaya yang paham jika seseorang yang berada di sana sedang menahan emosi menggumamkan kata maaf berulang kali hingga embusan napas kasar terdengar di pendengarannya.
"Ingat! Sebuah janji yang telah kau berikan beberapa waktu lalu."
"Iya, pergi menjauhi Indonesia." Sedikit ragu masih terlintas dibenaknya ketika mengingat betapa bodohnya ia memutuskan sesuatu tanpa kebahagiaan nantinya.
"Bagus. Persiapkan segala kebutuhan kamu."
"Semuanya sudah siap tinggal menunggu tiket," ujarnya setwlah menghela napas berat. Jarinya memainkan bunga plastik yang berada tepat di meja sampingnya.
"Biar itu menjadi urusan saya. Jangan lupa tinggalkan kenangan menyakitkan dan mulai membuka lembaran baru."
"Iya."
Tut.
Saat akan berbalik ia dibuat terkejug dengan kehadiran seseorang yang menatap intens ke arahnya.
"Siapa?"
Alaya tersenyum menatap raut keingintahuan dari wajah Alfin. "Bokap," ujarnya.
Alfin menggangguk meski sedikit keraguan tertanam dalam hatinya. "Bentar lagi kelas kita bakal di panggil maju ke depan pakai baju dan juga topi toga," ujarnya diangguki Alaya.
"Ayok!" ajaknya berjalan mendahului Alfin yang berdiam menatap punggung gadis itu sendu.
=AlayaFobia=
![](https://img.wattpad.com/cover/248838752-288-k627335.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAYAFOBIA
Teen Fiction••END•• Dia, Alaya. Gadis dengan sejuta sikap alay yang melekat dalam dirinya. Sikapnya itu membuat dirinya terkenal dalam waktu singkat. Dia, Alan. Cowok yang sangat alergi dengan sikap alay Alaya. Jika bertemu ia lebih memilih menghindar, berhadap...