Kenangan masa putih abu-abu adalah hal yang akan terus membekas dan selalu ingin terulang.
=AlayaFobia=
Kelas IPS sedang dalam mode dilema karena dibilang senang iya dibilang susah juga iya. Mereka senang karena guru mapel Sosiologi sedang berhalangan hadir, sedihnya mereka mendapat tugas mencatat semua yang guru itu rangkumkan dalam kertas yang saat ini sedang berada di tangan Gia.
Si sekertaris sedang asik menyalin tulisan dari kertas di tangannya ke papan tulis menghiraukan teman-temannya yang sibuk bergosip ria, bermain game, tidur diatas meja, diatas lantai ataupun diatas tubuh temannya. Eitt!!, Jangan salah kalau semua anak IPS tak ada yang mencatat, ada beberapa murid yang sangat rajin di kelas ini saking rajinnya ia akan meminjam salah satu buku temannya yang selesai mencatat materi Sosiologi membawanya menginap dirumah dan akan di kembalikan besok atau saat waktu pembelajaran.
Di kelas ini terbagi menjadi beberapa tipe khas anak IPS yakni.
Pertama, si tukang ghibah + tukang dandan bersatu.
"Kalian tahu gak? Kemarin gue lihat si Raka jalan sama cewek coy!" Heboh Niki si lambe turah Nebula yang selalu tau gosip terbaru.
"Gila, Raka kakak kelas yang gans banget itu?" tanya Miki tak percaya tangannya sibuk menyisir rambut dengan melihat cermin besar di hadapannya.
"Iya siapa lagi, Raka yang punya banyak pesona itu," jawab Tya memoles bedak di wajanya.
"Kalian tahu gak dia jalan sama siapa?" Niki kembali bertanya, kali ini ia memakai lip blam dengan meminjam cermin Miki.
"Siapa?"
"Sama kakak kelas kita yang body-nya beuh, Mantab banget!" teriaknya heboh.
"Aish. Kalo gitu kita kalah sebelum perang njirr!" Lesu Miki, karena ia tertarik dengan Raka.
Kedua, si tukang makan + sok rajin.
"Jan, bagi napa tuh keripik," pinta Aji melihat Ojan teman sebangkunya asik makan keripik disampingnya.
Belum sempat Ojan mengizinkan keripik itu sudah berpindah tangan, bahkan masuk ke mulut Aji yang masih santai menulis seakan tak terganggu dengan tatapan Ojan.
"Culametan metmet.... Culametan metmet!" sindir Ojan.
"Njirr, cuman minta dikit soang mainnya sindir-sindiran. Kayak cewek lo" sahut Aji menatap papan tulis sebentar lalu melanjutkan nulisnya.
"Nanti gue pinjem buku lo ya?"
"Ogah! Nulis sendiri dong!" Sewot Aji "WOY? KALAU MAIN JANGAN DI DEPAN PAPAN TULIS DONG! GAK TAU ADA ORANG NULIS! LO KIRA TUH PAPAN PUNYA BOKAP LO!" teriak Aji ketika satu sisiwi menghalangi pandangannya.
"Biasa aja dong! Lagian lo sok rajin banget, sih? Biasanya juga minjem!" balas Ojan menatap Aji sinis.
"Diem lo Jan! Gue lagi belajar rajin, nih. Gak kaya lo makan terus tapi gak gemuk-gemuk." Aji memeletkan lidahnya, meledek pria yang hobinya makan tersebut.
"Mati aja lo jangan hidup!" umpat Ojan kesal setengah mati.
Ketiga, selalu pengen pulang cepat + kebelet kencing terus-terusan.
"Itu jam mati apa gimana, sih? Dari tadi gue lihat jam sembilan terus, kapan pulangnya?" gerutu Mondy.
"Istirahat juga belum, udah kebelet pulang! Mending lo tadi gak usah masuk sekolah, oncom!" cetus Dika
"Kalo gue gak masuk, nanti lo kangen." Ia menggoda Dika dengan mata berkedip sebelah membuat Dika bergidik ngeri.
"Najis bego!" Dika menoyor kelas kepala Mondy.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAYAFOBIA
Teen Fiction••END•• Dia, Alaya. Gadis dengan sejuta sikap alay yang melekat dalam dirinya. Sikapnya itu membuat dirinya terkenal dalam waktu singkat. Dia, Alan. Cowok yang sangat alergi dengan sikap alay Alaya. Jika bertemu ia lebih memilih menghindar, berhadap...