01

1.4K 64 9
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

Pov : Jisoo

"Terimakasih ya untuk yang tadi malam." Kata Jen sambil mengecup keningku.

Aku hanya terpaku melongo. Kemudian Jen beranjak ke kamar mandi meninggalkanku masih dalam keadaan polos tanpa sehelai pakaian.
Sudah kesekian kalinya hal ini terjadi padaku. Jen menunaikan kewajibannya saat aku tertidur.

Sungguh aku tak mengingat apa yang terjadi semalam. Jangankan menikmati hubungan intim, merasakanya pun aku tidak. Begitulah keanehan yang kurasakan pada diriku. Hingga aku memiliki 2 anak hal itu masih terus berlanjut.

Setelah semuanya selesai, Jen akan kembali menjadi dirinya lagi. Dingin dan cuek seperti biasa. Sangat berbeda jauh dengan sikapnya yang hangat ketika mengecup keningku di pagi hari.

"Jen, ini kopi dan pisang goreng." Kataku sambil mengusap manja kepalanya. Tetapi kemudian dia tepis tanganku.

Sudah 7 tahun kami bersama. Aku belum juga dapat meluluhkan hatinya. Kami menikah karena dijodohkan. Jen kala itu sedang patah hati, tetapi keluarganya memaksanya untuk menerimaku.

Karena itu selama 7 tahun pula aku bersusah payah mengambil hatinya. Aku urus rumah dan anakku dengan baik. Tak pernah sekalipun aku mengeluh atau menuntut kepada Jen.

Aku hanya ingin mendapatkan hatinya tetapi orang bilang aku seperti budak cinta yang rela melakukan apapun demi Jen.

"Mba Yun, memangnya bisa ya seperti itu?" Tanya ku siang itu pada mba Yuna.

Mba Yuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mba Yuna

Yuna, tetangga dekatku yang rajin mendengar curhatanku.

"Ya bisa lah. Makanya kamu tuh tiap hari jangan borong kerjaan. Jadinya kalau tidur ya kayak kebo" Seloroh mba Yun sambil tertawa.

"Mba. Aku serius loh nanya. Masa di colek pun aku ngga berasa sih mba?"

"Jen-mu itu loh Ji. Diajarin bantu-bantu kerjaan rumah. Biar kamu tuh bisa rileks, bisa peka sama rangsangan. Gimana bisa peka, tiap hari badan kamu kecapean ngurus apa-apa sendirian. Jen taunya makan sama tiduran"

Benar apa yang dikatakan mba Yuna, sejak lahiran anak ke 2 aku sering merasa kelelahan. Sampai-sampai ingin menangis. Keluargaku jauh di kampung. Kalau mereka dekat pasti aku bisa sejenak melepas penat mengunjungi mereka.

Keluarga Jen di sini hanya tinggal orang tuanya saja. Yang lain sudah pergi merantau.

"Eh aku pulang dulu ya mba Yun, Takut si abang nyariin." Kataku pamit teringat anakku yang paling besar, Limario.

"Eh Jisoo, Jangan lupa ya besok pengajian bulanan di rumah bu RT" Mba Yuna mengingatkan ku.

"Baik mba. Aku usahakan datang."

Kumpulan Cerita Horor Pendek || JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang