kejahilan ketiga

1 0 0
                                    

.
.
.
Hari ini bertepatan dengan hari Jum'at dimana hanya ada dua mata pelajaran saja di kelas karena biasanya setelah selesai adzhan dhuhur akan dilakukan ekstrakurikuler untuk kelas X dan XI. Dan bagi kelas XII hanya akan berleha-leha dikelas kantin ataupun di masjid untuk sekedar menumpang tidur.

Bagi sekolah yang tidak full day school mungkin sudah bersantai ria dirumah bahkan bisa berjalan-jalan sedangkan Smanse yang menerapkan full day school dari dua tahun lalu harus tetap belajar sampai waktu sore hari.

Jika sekolah lain akan terus sekolah sampai hari Sabtu dan hanya libur di hari Minggu berbeda dengan Smanse karena mendapat dua hari libur Sabtu dan Minggu.

Dua hari itu bagi murid Smanse adalah sebuah keanugerahan karena mereka bisa bersantai ria dalam waktu lama dan bisa berjalan-jalan sepuas-puasnya.

Nadira dan Dewi sudah berada di koridor sekolah mereka baru saja sampai tepat 10 menit sebelum Bel masuk kelas.

"Untung aja gw punya kekuatan extra buat ngelewatin pagar depan kalau gak pasti dah dapet amukan dari buk Desi si guru BK Ter killer itu" celoteh Dewi.

" Ya kalau tadi Sampek telat elu yang gue tampol wik, udah maksa buat berangkat bareng dibuat hampir telat lagi" dengus Nadira yang sedikit kesal dengan Dewi.

Pasalnya temen sekelasnya itu pagi-pagi sudah berada di depan rumahnya dengan alasan ingin mengajak Nadira bareng dan sialnya saat di tengah perjalanan ban motor Dewi kempes dan dengan terpaksa harus ke bengkel untuk mengisi angin.

"Hehe ya tapi kan kita bisa lolos sayang" jawabnya dengan cengiran.

Nadira memang tidak pilih-pilih dalam berteman meskipun sahabatnya hanya Elsa dan Rizal tapi temannya cukup banyak seperti Dewi contohnya.

Mereka memang sengaja memilih mengambil jalan yang tidak seperti biasanya lebih tepatnya itu perintah dewi yang tidak mau ditinggal oleh Nadira dengan alasan tidak mau masuk ke kelas sendirian.

Jika biasanya Nadira lewat pohon belakang kelasnya kini dengan terpaksa melewati jalan pada umumnya dan harus berdesakan dengan murid lainnya yang berbondong-bondong untuk menuju kelas masing-masing. Dan semua itu sangatlah menyebalkan baginya.

Keduanya berjalan beriringan melewati koridor-koridor kelas yang masih ramai karena penunggunya yang masih berkeliaran bel memang sudah berbunyi namun guru-guru belum menampakkan batang hidung mereka.

"Nad Lo diliatin sama vino tuh"
Bisik Dewi yang menyenggol bahu Nadira.

Karena penasaran Nadira menatap kearah depan dan benar saja didepannya terdapat beberapa gerombolan laki-laki yang sedang duduk di kursi.

Beberapa dari gerombolan itu ada yang sedang bercanda gurau ada juga yang memiringkan handphonenya yang sudah pasti sedang bermain game dan ada ada juga yang hanya berdiam diri seperti alvino.

Ia hanya duduk berdiam diri dengan tatapan yang sulit di artikan ke arah Nadira, bukan salah tingkah atau apa Nadira malah bingung dengan tatapan itu apa ada yang salah dengan penampilannya?

"Wi emang penampilan gw ada yang aneh ya?" Tanya Nadira kepada Dewi yang sudah sibuk bermain handphone.

Dewi yang merasa ditanya menatap Nadira heran menurutnya penampilan Nadira sama saja seperti biasanya kenapa dia bertanya seperti itu?

"Lo gak ada yang aneh dir Lo kayak biasanya kok" jawab Dewi.

"Tapi kok vino mandangin gw gitu amat" ucap Nadira yang membuat Dewi terkekeh. Ia memang menyadari bahwa tatapan alvino kepada Nadira itu adalah tatapan kagum atau suka tapi apalah daya Nadira yang tidak peka oleh arti tatapan itu, malah ia mengira jika dirinya lah yang aneh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

janji nadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang