dua; tap tap

418 88 3
                                        

kebiasaan. ini kebiasaan ku. entah judulnya aku menunggui hajime dan tooru latihan, atau aku menunggu hajime dan tooru sampai selesai latihan agar bisa pulang bersama, ataukah aku menunggu issei?

sepertinya tiga-tiganya tidak masalah asalkan ada issei-kun. sungguh, bagiku sekarang ini menatapnya yang sedang bermain voli itu kesenangan duniawi yang tiada tara.

sedari tadi hajime sudah menyuruhku untuk tidak terus tersenyum. tapi aku tidak bisa menahannya. aku hanya duduk disebelah sensei yang sedang mengamati jalannya latihan kali ini.

"oi [name]! ku bilang berhenti tersenyum seperti itu."

"aah hajime! berhenti melarangku!"

"[name], kau terlihat tidak waras. berhenti tersenyum seperti itu, itu menakuti anak kelas satu."

aku menatap datar matsukawa, sang empu yang mengejekku hanya terkekeh dibarengi dengan oikawa dan iwaizumi. sial. ini gara-gara matsukawa tidak tahu aku suka padanya

matsukawa itu manusia tersantai, ter-easy going, dan terbaik. yang terakhir, aku menambahkannya sendiri.

kadang teman dekatku bertanya heran mengapa aku menyukai matsukawa, secara gadis-gadis biasanya akan lebih tertarik dengan iwaizumi ataupun oikawa.

latihan berjalan dengan cepat kali ini. mereka diperbolehkan pulang sebelum terlalu malam.

"ada turnamen lagi, kapan?" tanyaku memecah hening diantara kami berlima.

"dua bulan lagi? entahlah..."

"[name]-chan mengapa bertanya seperti itu?"

"entahlah, aku hanya ingin menontonnya."

"oh ya bicara tentang kekasih, iwa-chan sedang masa pendekatan dengan gadis tau!"

mataku berbinar mendengarnya. seorang iwaizumi hajime yang terkenal dengan sifat tegasnya itu sedang dekat dengan wanita. aku harus tau siapa wanita itu.

"benarkah? apa aku tahu orangnya?"

"tidak. tidak ada. siapa juga yang sedang dekat. mulut oikawa saja yang mengada-ada." ada kalimat penolakan. tapi aku yakin wajah hajime sedang memerah, hanya saja tertutupi gelapnya malam.

"gadis yang seperti apa dia, tooru?"

"gadis yang pemalu, ku rasa."

aku antusias, "benarkah? cocok sekali dengan hajime!"

oikawa mengangguk tak kala antusias dariku. "kalau makki, ku rasa dia sudah ada persiapan untuk segera jadian."

aku melirik hanamaki dengan tatapan yang menggodanya, "eeh? benarkah? biar ku tebak! adik kelas?"

"tepat!"

"sialan. dari mana kau tau, [name]!"

aku tersenyum remeh menatapnya, "kalau makki, aku sering melihatmu bersama gadis itu berdua."

aku merona sendiri mengingat kembali ketika tak sengaja bertemu dengan hanamaki yang sedang berduaan dengan kekasih ataupun calon kekasihnya itu.

aku menangkup pipiku sendiri, "aaah indahnya cinta."

"lalu, kalau mattsun bagaimana?"

matsukawa tanggap dengan pertanyaan ini, ia mengerti apa yang ditanyakan oleh oikawa.

aku diam kemudian menoleh ke kanan dimana matsukawa berjalan tepat di sebelahku. aku penasaran, dia sebenarnya tahu tidak aku suka padanya.

"em, entahlah aku tidak tertarik." ucapnya

"issei-kun! denganku saja bagaimana?"

aku cukup berani mengatakan itu, karena suasananya kali ini cukup mendukung, seperti suasana tengah bergurau. iya, seperti itu.

ketiganya juga penasaran dengan jawaban matsukawa, hingga mereka menoleh bersamaan.

"hilangkan sifat bodohmu dulu."

semuanya tertawa mendengar jawaban itu, jawabannya matsukawa sekali. kemudian kami kembali berjalan. aku sudah menyangka ia akan menjawab seperti itu. tapi, hey aku tidak sebodoh itu. dasar pria tinggi.

ketika kami mulai kembali berjalan sambil mengobrol ringan, telapak tangan kiri milik matsukawa berada di atas kepalaku sambil mengacak puncak kepalaku tanpa berkata-kata, dia bahkan masih berbicara dengan hanamaki dan iwaizumi.

mattsun, itu sangat beresiko terhadap jantungku, kau tahu!

different, mattsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang