sepuluh; loves

317 67 3
                                        

satu hari sebelum hari kelulusan serta acara malam kelas dua belas.

"malam-malam begini?"

"apa salahnya?"

"yasudah, ayo."

matsukawa yang tiba-tiba datang ke rumahku dan mengajakku keluar. dan sialannya, ini malam minggu. matsukawa benar-benar pengendali hati yang hebat.

dia mengajakku berjalan-jalan, malam mingguan katanya. kami berencana menonton dan entahlah, aku tidak tahu rencana selanjutnya apa.

"apa kau menghubungi yang lainnya, issei-kun?"

"tidak. mereka malam mingguan sendiri-sendiri."

"jangan-jangan kau hanya ke rumahku karena kalau ke rumah oikawa pasti bakalan jadi nyamuk?"

"tidaklah. aku sengaja ke rumahmu."

benar. tadi sore di grup yang berisikan kami berlima yang sepi itu tiba-tiba oikawa mengajak kami untuk kumpul bersama di rumahnya.

oikawa yang sedang menjalankan masa pendekatan itu pun mengajak iwaizumi dan hanamaki untuk mengajak pacarnya kerumahnya dalam judul malam mingguan.

oikawa terang-terangan mengajak mereka berdua tanpa mengajakku dan matsukawa. katanya, "kalian cari pacar dulu, baru nanti aku ajak ke rumahku. kita quintuple date."


sialan. oikawa tooru, sialan.

jadi seperti itu kami bisa berdua malam mingguan. tapi sebelumnya pun kami tidak saling mengabari akan pergi bersama.

kami menonton bersama. filmnya cukup seru dan tidak terlalu horor untuk seseorang yang ingin modus. tapi ketika kami keluar, keadaannya cukup ramai sampai kami harus berdesakan kalau ingin keluar dari sana.

dengan badanku yang kecil, mau tidak mau aku harus terombang-ambing dengan lautan manusia ini. hingga akhirnya aku menggenggam ujung baju yang dikenakan matsukawa agar aku tidak tertinggal jauh darinya.

"maaf, issei-kun. kalau tidak seperti itu, aku akan mati disini."

dia tertawa, kemudian mengusap puncak kepalaku dengan lembut. "tak apa, ayo."

walaupun sudah sepi dan orang yang melintas disini tidak banyak. tapi matsukawa menggenggam tanganku dengan tangan besarnya itu.

"issei-kun, kau menggenggam tangaku."

"memangnya kenapa? atau seperti ini saja?" dia menarik tanganku agar mendekat padanya. kemudian tangannya ia rangkulkan ke pinggangku.

"lebih baik kau genggam tanganku saja." ucapku dengan semburat merah di pipi.

dia tertawa kemudian mengaitkan tanganku dengan tangannya. "mau makan apa?"




kami sampai di depan rumahku tepat ketika oikawa, hanamaki, dan juga iwaizumi keluar dari mobil selepas mengantarkan kekasih mereka. aku mendengus, bikin iri saja mereka.

"ne, pacarnya tooru itu temannya pacar taka-kun dan hajime?"

"iya, yang waktu itu di pantai bersama." ucap matsukawa.

"ne, issei-kun."

dia menoleh sembari melepas helmnya. "hm?"

"kau, tidak mau... seperti tooru?"

"maksudmu?"

"maksudku, berpacaran dengan salah satu temannya lagi. bukannya waktu itu kau cukup dekat dengannya? tooru saja yang tidak terlalu dekat bisa sampai menjadi kekasihnya saat ini." ucapku sambil menunduk.

aku ini suka sekali mencari penyakit hati. dengan menanyakan ini tanpa sebab, contohnya. aku hanya berharap, jawabannya tidak membuatku sakit hati. itu saja.

"jika itu terjadi. lalu, kau sendirian?"

"ya, bagaimana lagi. kalian sih cepat sekali lakunya."

"bukannya aku harus denganmu saja?"

"hei, itu bercandaan tau!" ucapku sembari menekuk bibir

matsukawa menangkup pipiku, "tidak. itu memang benar. nanti kau sendirian, kasihan."

"berhenti seperti itu, issei-kun." aku melepaskan tangannya dari wajahku.

"segeralah jadian, tidak usah memikirkan ku. dan tidak usah memedulikan ucapan ku itu hanya bercandaan, tau."

aku hendak melangkah pergi, sebelum tangannya kembali menyeretku jatuh ke dalam pelukannya. "arigatou, ne."

"tapi sebelumnya," dia kembali menangkup pipiku dengan kedua tangan besarnya. mata indahnya menatap mataku dengan senyuman.

dan satu detik kemudian, bibirnya berhasil mengecup bibirku. dia mengecupnya sekilas kemudian menatapku kembali.

"aku hanya suka dirimu, bodoh."

pluk

sandal jepit melayang dan mengikis jarak kami berdua. itu sandal oikawa. ia sedang menuju kemari bersama dengan iwaizumi dan hanamaki.

"mattsun, berani sekali!"

"matsukawa, kau perlu ku interogasi ulang nanti."

"are~ matsukawa sudah besar."

dan aku hanya terdiam dengan wajah memerah.

"lihat, [name]-chan. dia ini menyukaimu juga. jadi tidurlah dengan nyenyak malam ini."

"a-aku..."

"dia sudah tau kau suka padanya, [name]. sifat mu itu terlihat jelas sekali. bodoh kalau dia tidak menyadari kau suka padanya."

"eeeh? a-apa i-itu terlihat jelas?"

keempatnya mengangguk.

"la-lalu, hajime-kun. se-sejak kapan kau tau dia juga suka—"

"sudah sejak lama, aku sudah pernah menginterogasinya. tapi gara-gara dia menciummu di hadapanku dan di depan rumahmu, ku rasa dia akan ku beri pelajaran sedikit."

"iya! mattsun sangat tidak santai sampai-sampai melakukannya di depan rumahmu. kalau mamamu lihatnya, ku rasa kalian akan di suruh langsung menikah."

"sudah, hentikan. aku akan masuk. ini benar-benar memalukan."

aku melangkahkan kakiku yang bergemetar ini masuk ke dalam rumahku. tidak terduga ini benar-benar tidak terduga.

"ne, mattsun. kau sudah menembaknya?"

"apakah perlu?"

"perlu, bodoh!"

"[name], jadi pacarku ya?" ucapnya dengan lantang

aku berbalik, kaget tentu saja. padahal ku kira sebatas mengungkapkan perasaan saja.

"itu jawabannya iya." ucapnya kemudian tersenyum.

"ayo hancurkan kamar kusokawa."

dan mereka berempat kembali ke rumah oikawa. mereka berencana begadang bersama dan juga agar besok mereka bisa berangkat bersama ke acara kelulusan.

itu adalah hasil dari kerja keras modusku selama ini. dan matsukawa, dia benar-benar menjadi kekasihku.

END

different, mattsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang