enam; beach (2)

284 70 4
                                        

"mana bagian tidak adil, hanya mattsun yang membawa pacar?"

"ish, berisik sekali kau, tooru!" ucapku sambil memukul bahu oikawa.

oikawa dan aku sedang duduk di pinggir, sedikit menjauh dari air pantai, melihat matsukawa, iwaizumi, dan hanamaki yang menikmati momen mereka.

baru lima menit matsukawa menyeretku ke pantai untuk menikmati liburan ini. tapi siapa sangka, ternyata pacar hanamaki dan iwaizumi membawa beberapa temannya.

seperti mimpi buruk ketika melihat matsukawa malah bercanda gurau di pantai dengan teman pacar mereka dan juga iwaizumi serta hanamaki. melihat mereka saja beberapa orang akan menduga mereka berlibur dengan pasangan masing-masing. ah sialan.

aku menekuk senyum kemudian melihat ke arah oikawa, "tooru, jangan tinggalkan aku ya?"

di sana ada dua teman perempuannya tama-chan, dan dipikir-pikir kalau oikawa juga ikut nimbrung, mereka seperti kelompok grup dengan kekasih masing-masing yang tengah menikmati keindahan laut. aku tidak menginginkannya. setidaknya ada oikawa di sini sehingga aku tidak sendirian.

"hee? tidak mau. mau ku tinggal, bye bye [name]-chan."

mimpi buruk menjadi kenyataan. oikawa dengan wajah yang ingin sekali ku pukuli sampai babak belur itu meninggalkan aku sendirian. sengaja, dia itu sengaja. setelah mengejekku dia malah memilih untuk meninggalkan aku. huh dasar.

aku dengan posisi saat ini tidak bisaa untuk marah kepada siapapun. marah ke iwaizumi dan hanamaki, toh itu pacar mereka, aku hanya sebatas teman. kalau oikawa, aku tidak peduli sih, mungkin dia hanya melepaskan jeratan kenangan dengan mantannya. lalu kalau matsukawa, ya memangnya aku ini siapa ingin marah-marah. tapi aku cemburu.

sikapku mungkin tidak marah, tapi dengan begitu aku akan sedikit pendiam.

niatku dekat dengan pacar mereka ku urungkan ketika aku memanggil iwaizumi malah mendapat tatapan tak suka dari gadisnya. yah bagaimanapun aku tidak bisa marah.

rasanya ingin kabur pergi seperti di sinetron-sinetron, kemudian sang pria mengejarku kemudian menangkapnya dan memelukku sambil meminta maaf untuk tidak mengulangi hal itu lagi.

lagipula ku rasa itu sedikit kekanak-kanakan. tapi, meninggalkan aku sendirian juga merupakan pilihan mereka yang tidak tepat.

"ah sialan. kalau tau begini aku tidak ikut." dumelku sambil berdiri, menepuk pantatku menghilangkan pasir yang menempel di celana pendek ini. aku memang sengaja tidak memakai bikini, bagiku cukup celana pendek dan baju oversize.

aku melihat kakiku yang bahkan baru setengahnya basah. aku menghela, "daripada aku marah dan mendrama, lebih baik menghindari pemandangan yang seperti itu." batinku.

aku beranjak dari sana, berniat berjalan-jalan sebentar melihat pernak-pernik serta baju-baju pantai yang mungkin akan ku beli. ku cepol rambutku tinggi-tinggi dan segera melangkah pergi.





setelah ku rasa cukup lama berkeliling, dengan tanganku yang sudah menenteng beberapa belanjaan, aku berniat kembali. ah aku juga membeli topi pantai, tidak ku pakai sih, hanya ku sampirkan ke belakang.

ada barang yang bagus tertangkap indera pengelihatanku. ketika aku menghampirinya, memilah milih mana yang cocok untukku, terdengar pengumuman dari pusat pelayanan.

"pemberitahuan, untuk yang bernama [fullname] harap datang ke pusat pelayanan, atau yang melihat perempuan dengan baju abu-abu harap melapor."

begitu pengumumannya. diulangi beberapa kali membuat aku diam di tempat. "hee? aku salah apaa?"

aku mengingat kembali apakah aku membuang sampah sembarang, pipis tidak bayar, atau menjatuhkan barangku. sambil memikirkan itu semua aku melangkahkan kakiku ke sumber suara.

"permisi pak, saya [fullname] ada ap—

aku berhenti berbicara ketika tubuhku berhasil dipeluk erat, hampir terjungkal kebelakang namun ia berhasil menahannya, badannya bergetar, memelukku dengan sangat erat, aku meliriknya, "tooru-kun?"

aku menatap bingung sekitar, ada tujuh orang yang mengitariku. tatapanku terhenti di matsukawa yang melihatku tanpa raut wajah yang bisa aku jelaskan, dan itu hanya beberapa detik sebelum ia kembali berbicara ke gadis yang ada di sebelahnya.

aku mulai paham situasinya, aku memegang pundak oikawa, berusaha melepaskan peluknya yang begitu erat, "tooru, kenapa?"

dia enggan menjawab, hanya menyimpan wajahnya di ceruk leherku.

"sudah ketemu kan? ayo kembali ke pantai."

"dicari sampai panik, dikira kemana ternyata berbelanja."

ah gila. aku mendengar celotehan itu secara jelas. ingin sekali membalas kalau kegiatan ini juga karena mereka yang mengucilkanku.

"maaf." ucap oikawa lirih.

aku menempelkan daguku diatas kepalanya sembari mengelus rambutnya, memerhatikan satu persatu dari mereka yang pergi dari hadapanku.

aku saat ini sudah begitu emosi dengan tingkah mereka, tangisku tak tertahan tepat ketika iwaizumi membalikkan badannya dan menyusul gadis-gadisnya. aku memang tak bisa menangis di hadapan iwaizumi, tapi aku lupa kalau matsukawa belum beranjak dari sana.

tatapan dengan penuh air mata ini segera ku palingkan. aku tidak ingin melihat matsukawa, rasanya begitu menyesakkan.

"maaf, [name]-chan."

"aku yang seharusnya minta maaf karena membuatmu panik dan khawatir."

dia menggeleng, "tidak. ini salahku."

"sudahlah, tooru." bahunya masih bergetar, dia benar-benar menangis.

different, mattsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang