tanpa suara kami pulang. keadaan mobil benar-benar hening.
aku merasa tidak enak karena ternyata aku berbelanja selama beberapa jam hingga ketika kami kembali ke tempat semula hanya beberapa menit bermain air, kami sudah harus berkemas. selupa waktu itu diriku hanya karena berbelanja.
perlengkapan kami sudah kembali tertata di bagasi, mereka semua juga sudah masuk, termasuk matsukawa yang sudah duduk di kursi sopir.
kami pulang. dengan keadaan hening yang tidak terkendali, karena biasanya, aku akan memecahkan keheningan ini dengan pertanyaan-peryanyaan random, tapi karena aku masih merasa tidak enak, dan juga kesal aku memilih diam saja.
sampai pada lampu merah, aku hendak bertanya, "acara malam in—
"jadi." baru saja aku ingin menoleh, tapi jawaban mereka serempak. walau serempak, wajah mereka benar-benar tidak mengatakan hal yang sama dengan yang mereka ucapkan.
"tidak perlu memaksakan, kita bisa melakukannya minggu depan." ucapku
"kita juga sudah merencanakan ini minggu lalu bukan?"
jawaban dari iwaizumi membuatku diam di tempat, aku melirik matsukawa yang fokus ke jalannya. dia tidak merasa bersalah sama sekali kepada ku ya?
aku menggeleng kecil menghilangkan pikiran aneh itu dari otakku, dia saja tidak tahu aku menyimpan rasa, mana bisa ia merasa bersalah.
tanpa membantah ucapan iwaizumi, aku berusaha menutup mata. aku ini sangat sensitif, jadi takut kalau tiba-tiba menangis.
kami sampai pada pukul satu, ya kami masih bisa berberes disini dan beristirahat sebentar sebelum menyiapkan acara bakar-bakaran untuk nanti malam.
aku turun dari mobil dan di susul mereka, aku sudah cukup melupakan kejadian di pantai tadi yang membuat kami mati kutu di mobil. aku sudah melupakannya. sungguh. malah aku yang tidak enak karena merasa menggangu momen mereka.
"baiklah, baju kotornya biar aku yang cuci saja ya. taruh semuanya di dekat mesin cuci." ucapku sambil membuka pintu rumah oikawa yang memang sedari kami berangkat kunci itu ada padaku.
"kalian, bersihkan tubuh sampai bersih setelah itu istirahat."
aku mulai menghidupkan mesin cuci dan memasukkan semua pakaian kotor mereka walaupun sedikit memalukan karena ada celana dalam mereka tentunya.
kemudian aku mencepol ulang rambutku, dan mengikat baju oversize ini hingga ke perut sehingga terlihat seperti croptop, itu karena aku begitu gerah.
mereka semua pergi ke kamar oikawa, dan aku yang menghela. sembari menunggu mesin cucinya berhenti aku menuju ke dapur dan mencari air dingin karena tenggorokan rasanya sangat kering.
aku hapal betul seluk beluk rumah oikawa, tidak ada yang berubah, hanya furniture yang berpindah tempat atau cat tembok yang lebih terang.
mesin cuci berhenti, segera aku menjemuri pakaian itu.
saat sedang menjemur, aku mendengar langkah kaki menuruni tangga, dan ternyata itu iwaizumi, dia menghampiriku.
"sudah mandi, hajime?"
"pikirkan dirimu dulu baru orang lain."
"ah, aku tidak terlalu kotor, jadi nanti saja mandinya."
dia menghampiriku lebih dekat, mengambil baju dan membantuku menjemur, "biar ku bantu." katanya.
"tidak usah, istirahatlah. nanti malam akan jadi acara yang melelahkan, tau."
pakaiannya habis terjemur, aku hendak masuk untuk membereskan hal-hal lainnya.
"arigatou, hajime-kun."
tapi sebelum melewati iwaizumi, kepalaku dibawa ke dadanya, tangannya menarik pinggangku mendekat.
"h-hajime-kun?"
"maaf, [name]. bukan hanya oikawa yang khawatir padamu. aku juga. aku hampir pingsan ketika oikawa memberitahu bahwa kau tidak ada di sana. sungguh, kalau saja kau tidak kembali mungkin aku akan menyalahkan diriku sendiri."
"tapi aku kembali, hajime. sudahlah, lupakan saja. aku rasa ini salahku."
"padahal aku sahabat kecilmu juga."
"aku tahu bagaimana kau memperlihatkan kekhawatiranmu, hajime."
dia mengecup pelipisku seperti kakak kepada adiknya, "kau sebaiknya pedulikan tubuhmu juga." ucapnya lalu naik kembali ke tangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
different, mattsun
Fanfictionthis is a short story about falling in love with mattsun for a while. she said "aku suka orang yang gak disukain siapapun." ©haikyuu! belongs to haruichi furudate !story idea belongs to me