Bab.1a

330K 7.5K 767
                                    

Ashila kelewat kesal dengan papanya yang terus menerus menyuruh dirinya membantu klinik pria tua itu saat masih duduk dibangku universitas. "Pah, Ashila ngambil jurusan akuntansi loh." Ujar Ashila.

Sang papa yang bernama Subroto mengangguk. "Memang apa salah nya meneruskan menjadi dokter seperti papa, semua nya belum terlambat Shila." Ucap Subroto.

"Ta-tapi, Ashila kan perempuan. Masak jadi spesialis kelamin pria sih." Ujar Ashila dengan ragu.

"Tinggal pilih saja, mau tetap papa bayarin kuliah atau tidak?" Ujar Subroto.

Ashila terdiam dan masuk kedalam kamar nya untuk merenungi semua yang terjadi padanya malam ini. Wanita itu butuh sebuah percerahan atas apa yang akan dilakukan nya setelah ini.

Pagi harinya, saat dirinya duduk diatas bangku taman universitas nya. Ia mendapat pesan online dari beberapa pasien papa nya. "Huft." Lenguh Ashila meratapi kembali nasib nya.

Sebenarnya entah anugerah apa bukan, yang pasti Ashila sangat tahu tentang masalah kelamin pria. Dirinya bahkan lebih cepat tanggap ketika menjawab berbagai keluhan dan pertanyaan pasien dibanding menjawab soal akuntansi.

"Apa mungkin keturunan?" Gumam Ashila mengingat dirinya yang sudah membantu papa nya menjawab pertanyaan online dari pasien lewat rumah obrolan diponsel nya.

"Apa ereksi dari pria itu membahayakan?" Tanya salah satu pasien nya.

Ashila menggelengkan kepalanya. "Tidak, malah bagus. Tanda nya kelamin mu masih sehat." Balas Ashila lalu mematikan telpn genggam nya saat alarm tanda kelas dimulai berbunyi.

Ashila dengan celah berlari mencari arah ruangan tersebut. "Aw!" Tidak sengaja wanita itu mendadak seorang pria yang gagah dan tampan dihadapan nya.

"Kamu bisa melihat jalan kan?" Ucap pria yang sudah terlihat dewasa itu, akan tetapi pakaian nya terlalu rapih untuk datang kekampus.

Pria itu masuk duluan, sedang Ashila mengumpati nya didalam hati karena tidak keluar sedikitpun kata maaf dari mulut pria itu. "Ganteng doang gak cukup." Gumam Ashila sembari ikut memasuki kelas akuntansi.

Saat Ashila berhasil duduk dibangku belakang, terkejut nya ia saat melihat pria dewasa yang sebelum nya bertabrakan dengan nya ada di bangku dosen. Pria itu kini nampak ingin memperkenalkan dirinya. "Nama saya Steven, dosen akuntansi yang akan membimbing kalian di semester ini." Ucap pria yang katanya bernama Steven.

"Pelajaran hari ini bisa kita mulai dengan, wanita yang disana membaca modul halaman tiga puluh." Ucap Steven di hari pertama dirinya bekerja.

Ashila menunjuk dirinya, yang segera diangguki oleh Steven. "Dasar pria pendendam." Kesal Ashila.

Ashila memgangguk, lalu membaca nya dengan lantang. Sedangkan Steven terus menerus melihat jam ditangan nya, mengingat ada sebuah rapat penting yang akan diadakan sebentar lagi dikantor nya. Jangan tanya kenapa, karena ini semua adalah kerjaan papa kandung nya Samuel.

Samuel menyuruh anak nya untuk bertanggung jawab atas tanggung jawab kantor, sedangkan Steven punya kesibukan sendiri yaitu menjadi seorang dosen akuntansi.

Sedikit bercerita, hidup Steven dulu yang seharusnya diiringi dengan kehidupan seorang pria kandas saat itu. Karena Samuel yang selalu mengenalkan nya tentang hal berbau perempuan tanpa sepengetahuan ibu nya.

Dan saat dirinya sudah terbiasa hingga masuk bangku sekolah, Samuel dengan enaknya memarahi Steven yang tidak bisa bergaul dengan laki-laki sebaya nya dan hanya berteman dengan perempuan. Karena itu juga Steven jadi maniak belajar dari pada bermain bersama teman-teman.

"Kamar pink, juga gaun pink sewaktu kecil membuatku mual saat kembali memikirkan nya." Gumam Steven.

Dan satu rahasia terbesar ku, aku memiliki penyakit yang pasti nya jika seorang pria telah mengidapnya akan merasa sangat malu hingga ke sel-sel otak nya. Yaitu—

"Sudah pak!" Teriak Ashila dari belakang yang sukses menghancurkan lamunan Steven.

Steven menatap Ashila, lalu memiringkan kepalanya. Pria itu baru sadar, bahwa wanita yang baru saja ia suruh untuk membaca modul adalah wanita tadi didepan pintu masuk kelas.

"Tugas untuk kalian, pelajari bab dua. Kalau ada soal disana, berusahalah untuk mengerjakan nya. Kuliah kita sampai hari ini, saya bubarkan." Ucap Steven pada semua murid disana yang menatap nya dengan pandangan lapar dan haus akan belaian karena ketampanan nya.

Steven dengan langkah cepat keluar dari ruangan, meninggalkan kelas menuju ke parkiran mobil untuk mempercepat waktu agar tidak telat masuk ke kantor.

Sesampainya di kantor, beberapa orang menyapa nya dengan hormat karena status nya diperusahaan yang sudah diketahui banyak orang.

"Pak Steven, bapak bisa langsung ganti baju di dalam ruangan seperti biasanya. Waktu pertemuan lima belas menit lagi, untuk informasi." Ucap sekretarisnya sembari membukakan pintu ruangan.

Steven membuka kemeja nya disana dan menggantinya dengan yang lebih formal. Akhirnya dengan langkah cepat dirinya memasuki ruangan rapat beserta seorang investor kaya raya.

"Saya tidak menduga kalau hari ini investor nya adalah seorang wanita?" Ucap Steven sembari tersenyum manis.

"Lusi, panggil saja dengan nama itu." Ucap investor wanita itu yang bernama Lusi.

Steven mengangguk. "Mari kita bicarakan negosiasi secara terbuka." Ucap Steven yang ingin menyelesaikan proyek dengan cepat.

Akan tetapi Lusi menggelengkan kepalanya. "Saya mau hanya kita berdua yang berada diruangan ini." Ucap Lusi membuat Steven menganggukan kepalanya, lalu menyuruh semua asisten dan pekerja nya keluar meninggalkan mereka.

"Kita bisa lanjutkan kembali bukan?" Ujar Steven dengan sopan sembari melihat beberapa laporan ditangan nya.

Hingga pria itu tidak menyadari kalau Lusi kini tengah berada disamping nya. Dengan cepat wanita itu menarik kursi yang dipakai Steven, lalu menatap lelaki itu dengan buas.

Lusi mencoba mencium bibir Steven akan tetapi pria itu dengan cepat menghindari nya. "Kamu tahu aku cantik kan?" Tanya Lusi merasa tersinggung.

Steven mengangguk, lalu menelan salivanya sendiri. Lusi kembali beregerak dengan menduduki paha Steven yang keras, tangan wanita itu juga mulai aktif kembali merambat kebagian sensitif seorang pria.

"Tu-tunggu." Ucap Steven.

Steven tidak akan membiarkan siapapun mengetahui penyakitnya, apalagi seorang wanita. Karena itu dengan tenaga nya, Steven mendorong Lusi hingga terjatuh ke atas lantai.

Karena aku, seorang impoten!













___________________

Komen dan Vote kalian yang menentukan apakah cerita ini dapat dilanjutkan. Yuk ramaikan!

My Impotent Boyfriend [DEWASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang