Bab.3b

203K 6.2K 99
                                    

Esok hari nya, Steven bangun dan segera bersiap diri untuk menemui klien baru nya. "Dari kemarin aku belum sempat tahu nama klien ku." Gumam Steven sembari mengancingkan kemeja nya.

Selesai menggunakan dasi senada, Steven memakai jas nya untuk sentuhan terakhir. Kaki nya mulai melangkah ke luar bersama dengan sekretarisnya yang sedari tadi telah menunggu nya didepan pintu kamar hotel.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya sekretarisnya didalam lift, ketika melihat wajah tak nyaman dari bos nya.

Steven menggelengkan kepalanya, ia hanya mengingat dirinya yang tadi malam hampir di lecehkan seorang pria penyuka batang. "Siapa nama klien kita kali ini?" Tanya Steven.

"Pak Darwin, fakta nya dia memiliki sebuah penyakit yang aneh. Tapi sampai sekarang belum ada yang bisa membongkar itu, jadi diharapkan untuk tidak menyinggung soal penyakit-penyakit." Ucap sekretaris Steven.

Steven mengangguk. "Aku juga tahu rasanya memiliki sebuah penyakit." Gumam Steven.

Ia juga baru ingat, perasaan sebelum wanita asing disupermarket itu menggoda nya. Sore hari nya, juniornya dapat berdiri karena sebuah air dingin. Steven pikir dirinya sudah sembuh, akan tetapi saat di supermarket dirinya tidak sama sekali merasakan ketegangan itu.

"Sudah sampai pak." Ucap sekretarisnya memecahkan lamunan Steven.

Jadi, alasan apa yang bisa membuat diriku bersitegang?

Steven melangkah dan mencoba melupakan lebih dulu masalah nya, karena ini adalah salah satu klien penting papa nya Samuel dari era tahun-tahun sebelum nya.

Saat Steven baru saja melangkah masuk kedalam rumah besar Darwin, tidak pernah dirinya menyangka akan bertemu dengan Ashila disini.

"Berhenti." Ucap Steven pada beberapa pekerja yang mengawal dirinya beserta sekretarisnya.

"Ashila." Panggil Steven dari sana.

Ashila menoleh pada Steven yang gaya nya nampak terlihat berbeda dari biasanya. Hari ini Steven lebih rapih dan maskulin, juga wajah nya yang semakin tampan.

Ashila menggigit bibir nya, karena bingung dengan alasan apa yang harus ia utarakan. Kalau mungkin saja Steven bertanya kenapa dirinya tentang keberadaan nya di kediaman Darwin.

Darwin adalah salah satu pasien ayah nya yang harus ia jaga kerahasiaan nya, begitupun identitas nya tentang seorang asisten dokter kelamin pria.

Ashila menghampiri dengan ragu Steven. "Pak Steven?" Sapa Ashila.

"Ada urusan apa kemari?" Tanya Steven pada anak murid nya.

Ashila menggaruk kepala belakang nya. Sebelum dirinya sempat menjawab pertanyaan Steven, dari belakang Darwin sudah memanggil pria itu lebih dulu. "Steven." Sapa Darwin membuat Ashila memiliki kesempatan untuk pergi dari sana setelah hormat pada Steven.

Ashila berjalan keluar dengan cepat dan segera mengambil napas yang banyak. "Wah, kenapa bisa ada dia disini?" Tanya Ashila pada dirinya sendiri.

Ashila mengacak rambutnya. "Hampir saja identitas ku ketahuan!" Ujar Ashila sembari memukul kecil kepalanya.

Entah apa  yang akan Ashila lakukan saat Steven berhasil mengetahui identitas dirinya. Ashila menaiki motor nya, dan berniat kembali ke penginapan nya. "Hari ini lebih baik istirahat seharian di kamar, karena besok pagi harus langsung pulang." Ucap Ashila.

Kembali pada tempat Steven, pria itu telah banyak mengobrol dan berhasil mendapat tanda tangan dari Darwin untuk proyek baru nya. "Bagaimana jika bermain golf lebih dulu dihalaman belakang?" Tawar Darwin pada Steven yang mengangguk setuju.

Steven sudah berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, sekarang giliran Darwin yang harus ia senangi. "Pegang ini." Ucap Steven pada sekretaris nya sembari memberikan jas kerja nya.

Steven menggulung kedua lengan kemejanya dan mulai bermain bersama Darwin. "Kalau berhasil menang dari saya, kamu bisa bebas memilih wanita di sana untuk bersenang-senang." Ucap Darwin sembari melirik beberapa wanita untuk bersenang-senang.

Steven tersenyum kecil, hanya sebagai penghormatan saja. Lalu mulai main dan tidak sengaja memenangkan nya. "April!" Panggil Darwin pada salah satu wanita di kejauhan.

Wanita yang berama April itu menghampiri Darwin dengan senyuman lebar. Bokong seksi juga dada yang menggumpal tidak mungkin seorang pria dewasa tak menyukai itu, dan merasa terangsang.

Akan tetapi bukan Steven namanya kalau tergoda, matanya memang tidak bisa berbohong bahwa ia menyukai pemandangan didepan nya. Tapi percuma saja kalau yang di bawah tidak memberikan respon apapun.

"Temani dia sekali untuk bermain golf." Ucap Darwin memerintah April untuk bermain bersama Steven.

Steven tersenyum kaku, sedangkan April mulai mendekati nya dengan pakaian yang seterbuka itu. "Bisa ajarkan saya?" Tanya April pada Steven.

April memegang tongkat golf nya, lalu mengarahkan tubuh nya kepelukan Steven. Bokong nya yang lebar sengaja menggesek ke area junior Steven. "Seperti ini apa sudah benar?" Tanya April pada Steven yang berpura-pura sedang mendapatkan telpon.

Sekembali nya di hotel, Steven berhasil mendapatkan Ashila yang berada tepat di hadapan nya. "Mau kemana?" Tanya Steven pada wanita yang hendak kabur dari nya itu.







Yuk tembusin 450 vote, bab berikutnya ada kejutan!

My Impotent Boyfriend [DEWASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang