April memegang tongkat golf nya, lalu mengarahkan tubuh nya kepelukan Steven. Bokong nya yang lebar sengaja menggesek ke area junior Steven. "Seperti ini apa sudah benar?" Tanya April pada Steven yang berpura-pura sedang mendapatkan telpon.
Steven berpamitan pada Darwin untuk segera kembali karena ada urusan yang sangat mendadak. Darwin menyetujui nya dan membiarkan Steven pulang. "Sampai jumpa lagi." Ucap Steven
Steven berjalan keluar sembari melirik celana bagian depan nya. "Tidak merespon sama sekali." Ucap Steven pasrah seperti biasanya.
Steven menaiki mobil nya dan melihat Ashila yang baru saja mengisi bensin nya di tepi jalan. Pria itu tidak menghiraukan nya, hingga Steven sampai di penginapan.
Steven sengaja menunggu Ashila didepan penginapan, hingga saat wanita itu nampak tengah memarkirkan motor nya. "Hai, murid ku." Sapa Steven pada Ashila yang cukup terkejut ketika melihat nya berada dihadapan wanita itu.
"Ha-hai pak." Balas Ashila dengan kaki nya yang semakin menjauh seperti ingin kabur dari Steven.
"Mau kemana?" Tanya Steven pada wanita yang hendak kabur dari nya itu.
Ashila menggelengkan kepalanya. "Sarapan pagi." Ucap Ashila berbohong, padahal dirinya sudah makan tadi dirumah Darwin.
"Kalau begitu saya temani." Ucap Steven membuat Ashila memukul kecil mulut nya karena telah memberikan alasan super bodoh.
Kini mereka berada di cafe dekat penginapan. "Hanya kopi?" Tanya Steven yang dibalas anggukan oleh Ashila.
"Saya memang biasa sarapan dengan kopi saja, dan ada urusan apa bapak sampai harus menemui saya?" Tanya Ashila.
"Kamu kenal pak Darwin dari mana?" Tanya Steven.
Ashila menelan salivanya lalu tersenyum kecil. "Saya sebenarnya kerja paruh waktu disana, kurang lebih setiap akhir bulan saya selalu kesana." Ucap Ashila berbohong, semoga saja Steven sang dosen percaya padanya.
"Bersih-bersih rumah nya begitu?" Tanya Steven.
Ashila mengangguk kencang, lalu meminum kopi nya yang panas hingga mulut nya terasa melepuh karena terburu-buru. "Ah!" Lenguh Ashila.
Steven mengeluarkan ponsel beserta sapu tangan nya, lalu memberikan sapu tangan itu kepada Ashila. "Tunggu disini, saya akan pesankan es." Ucap Steven.
Ashila mengangguk sembari menerima sapu tangan pemberian Steven. Baru beberapa detik Steven pergi, ponsel pria itu berbunyi menandakan adanya panggilan masuk.
Lama tidak terjawab, akhirnya Ashila memutuskan untuk pergi menemui Steven dengan ponsel pria itu. Tetapi tak sengaja ia kembal di senggol seorang anak kecil hingga panggilan ponsel Steven kembali terjawab oleh nya.
Ashila meruntuki dirinya sendiri yang bodoh, lalu segera melihat layar ponsel Steven bertuliskan papa's calling. "Baik, jawab seadanya saja." Ucap Ashila meyakinkan diri sendiri.
"Halo om?" Ucap Ashila menyapa Samuel.
Samuel yang berada disebrang sana melebarkan matanya karena kembali terkejut. "Kamu pasti Ashila lagi ya, dengar dari suara nya sih begitu. Lagi bareng sama anak saya, padahal masih pagi ya?" Tanya Samuel.
"Kalau gitu, saya gak mau gangguin. Lanjutin saja dengan hal-hal menyenangkan yang enak dilakukan pada pagi hari. Saya juga suka gitu sama kok sama istri saya, dan lagi setelah ini panggil saja saya dengan sebutan papah." Ucap Samuel lalu mematikan telpon nya sepihak.
Ashila mengangguk nurut ketika Samuel meminta untuk dipanggil papah oleh nya, sedangkan Samuel disebrang sana sedang menyusun sebuah rencana agar bisa bertemu calon menantu nya.
Kalau Samuel gak salah dengar, suara Ashila seperti wanita yang habis kelelahan melayani pria. Siapa lagi kalau bukan Steven yang membuat nya seperti itu, walau kenyataan nya mengapa suara Ashila begitu karena air panas.
Ashila melihat Steven yang berjalan kearah nya, ia mengulurkan ponsel pria itu dan hendak berkata perihal Samuel yang baru saja menelpon.
Akan tetapi Steven keburu mengubah topik dengan memberikan es yang sudah dibalut kain. "Ini, kompres dengan ini saja." Ucap Steven yang diangguki Ashila.
"Makasih pak." Ucap Ashila.
Melihat Ashila yang kesusahan, Steven dengan niat baik ingin membantu wanita itu. "Sini, biar saya bantu." Ucap Steven.
Steven mengambil es batu yang sebelum nya berada ditangan Ashila. "Buka mulut mu." Ucap Steven membuat Ashila menuruti nya.
Saat Ashila membuka mulutnya, tak sadar Steven melihat bibir pink ranum milik murid nya itu. Belum lagi lidah Ashila yang bergerak kesana-kemari karena merasakan sakit. Steven jadi tidak fokus dan pikiran nya jadi membayangkan yang tidak-tidak.
Hingga tak sadar milik nya yang berada dibawah terasa mengeras, Steven melepas es batu dari lidah Ashila dan menyadari sesuatu. "Kenapa selalu mengeras karena es batu?" Gumam Steven.
"Apa nya yang mengeras pak?" Tanya Ashila sembari melihat apa yang sedang dilihat Steven.
Wah, besar banget.
komen kayak biasa aja, nanti aku pilih yang bakal dapet pulsa!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Impotent Boyfriend [DEWASA]
Romance⚠️21+ Dosen ku impoten dan aku yang menjadi dokter nya??!! -Ashila Romance, agegap, komedi, dewasa