Ashila mengedipkan matanya berkali-kali dengan cepat, lalu menggeleng kencang bahkan memukul tulang pelindung otak nya berkali-kali membuat nya merasa sedikit pusing. "Ashila." Panggil Steven berniat menyadarkan Ashila murid nya.
Ashila kembali tersadar ketika mendengar suara malaikat jatuh dari pohon, ah bukan!
"Iya pak?" Tanya Ashila sembari menatap Steven.
Steven terdiam sejenak, lalu memalingkan wajah nya karena malu telah mengakui senua nya dihadapan murid nya, bahkan meminta pertolongan segala. "Bisa rahasiakan apa yang kamu dengar sebelum nya?" Tanya Steven kembali menyadarkan Ashila.
Ashila kini sadar itu bukan sekedar mimpi atau hayalan nya saja. "Apa benar hanya berdiri karena saya saja?" Tanya Ashila perlahan.
Steven mengangguk dengan wajah memerah. "Saya juga tidak tahu alasan spesifik lain nya, yang pasti dari awal dia aktif selalu ada kamu di samping saya." Ujar Steven yang sudah mulai terbuka dengan Ashila.
"Saya tidak memaksa, hanya saja jika kamu berkenan—"
Ashila mengangguki. "Saya mau kok pak, jadi dokter bapak!" Ujar Ashila dengan semangat empat lima tanpa ia sadari sebelum nya bahwa dosen nya sendiri yang akan menjadi pasien berikut nya.
Steven melebarkan matanya, ia tidak menyangka semudah itu mendapat persetujuan dari Ashila. Karena, kalau dipikir-pikir wanita mama yang mau dengan mudah nya setuju perihal alasan seperti burung seorang lelaki. "Kamu gak terpaksa kan?" Tanya Steven pada Ashila.
Ashila menggeleng, bukan nya terpaksa Ashila malah merasa mendapat joki hari ini. "Sekarang bisa ceritakan awal mula bapak bisa seperti ini, kalau gak salah penyakit ti*it pak Steven namanya impotent kan?" Tanya Ashila tanpa di sensor nya lebih dulu, dan terkejut nya Steven ketika mendengar kata itu keluar langsung dari mulut murid nya tepat dihadapan nya.
Tapi dari cara bicara Ashila saat ini, Steven merasa murid nya ini sudah seperti seorang yang sangat berpengalaman. "Apa kamu sering membantu orang perihal ini?" Tanya Steven.
Ashila langsung menggeleng. "Sa-saya hanya tahu sedikit kok pak." Ujar Ashila sembari tersenyum kaku.
Steven mengangguk. "Saya punya beberapa treatment yang akan saya beritahu pada bapak." Ujar Ashila membuat Steven menganggukinya.
"Saya akan kabari bapak lagi dan juga jangan segan menelefon saja jika butuh bantuan." Ujar Ashila.
Steven memgangguk. "Sejujur nya, malam ini saya ingin mengundang Ashila ke rumah saya pribadi." Ujar Steven membuat Ashila menaikan satu alisnya penasaran.
"Apa ada acara keluarga lagi?" Tanya Ashila pada Steven sang dosen.
Steven menggeleng. "Malam ini, seperti nya saya butuh kamu untuk tidur bersama lagi." Ujar Steven yang mulai ikut blak-blakan.
"Tidur bersama?" Tanya Ashila mengulang pertanyaan Steven.
Steven mengangguk. "Tadi pagi, saat kita bangun disatu kasur yang sama dalam keadaan tak sengaja berpelukan. Milik saya ternyata bisa berdiri." Ucap Steven dengan polosnya membuat Ashila yang kini sedang mendengar alasan itu jadi merasa berdebar hati nya tak karuan.
"Be-benarkah?" Tanya Ashila tidak sangka bahwa dirinya yang akan menjadi obat bagi kesembuhan Steven.
"Tunggu. Jadi selama ini bapak disiram cewek setiap saat di cafe itu, jangan bilang karena alasan ini?" Tanya Ashila pada Steven.
Steven mengangguk tanpa mengelak lagi. "Ya, kurang lebih begitulah alasan nya." Ujar Steven.
Ashila mengangguk. "Boleh saya buktikan sendiri?" Tanya Ashila sebelum meneguk saliva nya.
Steven menaikan satu alisnya kebingungan dengan petanyaan Ashila. "Saya butuh kepastian tentang hanya diri saya saja yang bisa buat ti*it bapak berdiri." Ujar Ashila membuat Steven tersedak.
Steven mengangguk. "Hanya saja, bisa tidak kata ti*it diganti dengan yang lebih sopan Ashila." Ujar Steven membuat Ashila segera memukul bibir nya yang nampak bodoh dihadapan dosen nya.
Ashila mengangguk dan meminta maaf, lalu tangan nya kini tak tinggal diam lagi. "Ashila, kamu akan melakukan nya sekarang?" Tanya Steven sedikit panik.
Ashila memgangguki. "Kalau saya elus begini saja, apa bakal langsung berdiri?" Tanya Ashila sembari memperaktekan nya langsung.
Tangan Ashila kini bisa bergerak leluasa, karena telah mendapatkan izin dan bisa bergerak bebas semaunya. "Ah Ashila, seperti nya kamu bukan hanya mengelus nya tapi meremas nya juga." Ujar Steven kini mulai merasakan adanya rangsangan dalam dirinya.
"Bapak sudah horn*?!" Tanya Ashila lalu kembali memukul bibir nya yang kotor dan terdengar sangat mesum.
Ashila menggeleng lalu meminta maaf pada Steven. "Aslinya saya gak gini loh pak, mungkin ini efek saya belum gosok gigi." Ujar Ashila beralasan.
Steven mengangguk mencoba memaklumi murid nya itu, ada baiknya juga Ashila sudah mau menerima ajakan nya untuk menyembuhkan penyakit nya. "Saya harap kamu mau ikut bersama saya lagi malam ini." Ujar Steven yang diangguki Ashila.
"Ahshh shh—Ashila." Desah Steven tertahankan ketika tangan Ashila tanpa sadar telah masuk kedalam celana yang sedang dipakai nya.
Aku gak pernah tahu kalau tangan Ashila ternyata selincah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Impotent Boyfriend [DEWASA]
Romance⚠️21+ Dosen ku impoten dan aku yang menjadi dokter nya??!! -Ashila Romance, agegap, komedi, dewasa