08

156 19 2
                                    

"New heart?"





---o0o---

Coba kalian tebak sekarang aku ada dimana?

Yap, dikantor polisi Seoul.

Baru berapa jam aku datang ke negara ini, tapi masalah sudah menghampiriku, seperti layaknya aku adalah kutub magnet yang memikat. Ah, sebenarnya jika saja aku menolak tawaran pria akhlak 0,0% tadi maka sekarang bisa dipastikan aku ada dirumah bergelayutan dengan selimut tampan Huang Renjun ku yang sengaja ku bawa dari rumah.

Menikmati dinginnya malam ini sambil membuka tutup beranda, dari Tiktok, Instagram, sampai ke dunia fantasi Wattpad. Tapi sekarang itu hanya dalam bayanganku saja. Karena sejak 15 menit yang lalu aku sudah duduk sambil menundukkan kepalaku, kaku. Aku berani bertaruh siapapun yang melihat akan mengira kami sepasang suami istri yang bersekongkol mencuri atau digrebek karena pesugihan tumbal seperti di Tv-tv.

Tapi sungguh, tidak seperti itu. Seorang anak kecil mengadukan kami lalu polisi tiba-tiba saja datang dan menyeret ku dengan orang asing tidak masuk akal itu kesini. Dan disinilah, aku melirik orang itu sambil terus membunuhnya di kepalaku jika saja tidak ada orang maka itu akan menjadi hayalan yang nyata. Ah, aku masih waras, tidak mungkin membunuh orang kok.

Jari-jariku bertautan gelisah seakan mereka merasakan ketakutan ku sekarang. Pelipisku tidak henti-hentinya di jatuhi bulir keringat seperti anak sungai yang mengalir deras. Sedikit ku curi-curi pandang pada orang disampingku, aku melihat dia juga menunduk sambil meremat tangannya.

Dia yang notabenya orang disini juga ketakutan. Bagaimana orang asing seperti ku?

Ah, aku mau kentut please.

"Jadi, kenapa kalian ngerusuh di CVS tengah malam?"

Pak polisi yang dari tadi hanya diam sambil memijat pelipisnya sekarang membuka suara. Kedengaran frustasi di telingaku. Rasanya ingin sekali kujawab sambil menyangkal kalau kerusuhan itu bukan sepenuhnya salahku.

Aku hanya kesal saja, bisa-bisanya dia tidak menghargai atau toleransi pada orang yang berbeda kenyakinan dengannya. Saat suasana di antara kami mulai cair tadi, orang asing itu sekonyong-konyong meruqiyah ku dengan cara lain. Benar-benar rasanya ingin ku jadikan tumbal pesugihan ke desa Konoha. Jika saja bisa.

"Sorry pak, saya kira ni cewe kesurupan. Ketawanya keras banget kayak di pilem-pilem itu" Kata cowo dengan wajah tertutup setengah dan tudung jaket yang membalutnya, mirip anak beruang yang suka meringkuk di musim dingin untuk hibernasi.

Kutarik nafasku dalam-dalam. Dan saat ku hembuskan, bersamaan dengan jari-jari lentikku yang menoyor kepala cowo itu kesal dengan sepenuh hati ku.

Tentu wajahnya kaget, nyaris saja terpental ke samping jika tidak berpegangan pada meja milik Pak Polisi.

"KAN! LIAT KAN PAK! DIA KESURUPAN! PINJEM MOBILNYA DEH PAK MAU SAYA BAWA KE GEREJA DEKET SINI AJA"

Aku memutar bola mataku jengah sambil menahan diri untuk tidak memutilasi orang di sampingku ini. Dia dari tadi heboh, berusaha menyeret ku pergi dari sana, menuju gereja. Benar-benar minta di racuni.

Pak polisi yang di hadapan kami saja sudah jengah dengan tingkah konyol pria berkedok 5 tahun itu. Aku harus menahan malu demi dirinya dan dia malah mengira aku kesurupan. Demi Allah, harusnya aku menonton How to mutilasi kemarin saat notifikasi itu muncul di layar ponselku. Menyesal sekarang tidak ada gunanya juga, merepotkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Helios Mystiko | HAECHAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang