Four

398 66 18
                                    

***
Gun menutup kembali pintu ruang guru itu dengan hati hati. Ia melangkahkan kakinya menuju ke tangga yang berada di ujung dekat dengan kamar mandi siswa yang berada di lantai satu. Gun melangkahkan kakinya menaiki tangga dan sesekali matanya melihat kearah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima lebih lima belas menit. Sesampainya di lantai empat, gun berhenti sebentar di depan tangga yang menuju ke lantai lima dan juga rooftop.

Ia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkah kakinya menuju ke kelasnya yang berada tak jauh dari tangga itu.

Tak... Tak…

Gun menghentikan langkahnya dan menengokkan kepalanya untuk mencari asal sumber suara itu. Ia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkah kakinya menuju ke kelasnya.

Tak… Tak…

Lagi lagi gun menghentikan langkah kakinya dan membalikkan tubuhnya. Matanya menemukan wanita berambut panjang dengan seragam sekolah yang membelakangi dirinya. Gun melangkahkan kakinya mendekati wanita itu dengan sepelan mungkin. Tangan mungilnya terangkat guna untuk menepuk bahu wanita itu. Perlahan lahan tangan gun menepuk bahu wanita itu dan membuat wanita itu membalikkan tubuhnya tanpa mengangkat kepalanya.

Gun memperhatikan wanita itu dengan seksama. Wanita itu masih menundukkan kepalanya dan membuat gun lagi lagi ingin menepuk bahunya. Wanita itu mengangkat kepalanya dengan cepat dan menampakkan wajah pucat dan rusaknya dengan darah yang mengalir dari bibir, hidung, dan juga dahinya. Gun terkejut dan membuat dirinya terjatuh. Wanita itu mendekatkan tubuhnya dengan gun yang merangkak mundur dengan mata yang terus melihat kearah wanita berwajah menyeramkan itu. Tanpa aba aba, wanita itu mendekatkan wajahnya dengan wajah gun dan membuat gun berteriak karena takut.

“Hah…"

Gun bangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa pegal pegal karena ia tidur dengan posisi duduk di bangkunya. Tangannya meraba raba mejanya.

“Buku?”

Gun langsung menegakkan tubuhnya dan mencari cari buku tulis milik teman temannya itu.

“Udah aku kumpulin bukunya di ruang guru.”

Gun langsung menengokkan kepalanya dan menemukan sosok off yang duduk di bangkunya sendiri. Off bangkit dari duduknya dengan tas yang sudah berada di bahunya.

“Ayo pulang. udah hampir jam enam sore.” Ajak off dan membuat gun melihat kearah jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Gun buru buru membereskan alat tulisnya dan memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas miliknya. Off sudah berjalan lebih dulu dan membuat gun berlari mengikuti off keluar dari kelas.

“Jangan lupa tutup pintunya.” Suruh off yang berdiri tak jauh dari gun.

Gun menutup pintu kelas itu dan berlari mengikuti off menuju ke lantai satu. Sesampainya di samping gerbang, gun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ponsel mahalnya ternyata mati karena kehabisan battery. Gun membuang nafasnya kesal dan memasukkan ponsel mahalnya ke dalam saku celananya lagi. Matanya melihat kearah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul enam sore.
Lagian di jam segini, mana ada angkutan umum yang masih beropreasi. Kalaupun ada pasti hanya satu dua dan itupun harus menunggu lama. Dan akhirnya gun memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke halte yang jaraknya lumayan jauh dari Sariwittaya High School.

Tin… Tin…

Motor CBR 250rr berwarna hitam itu berhenti tepat di samping gun. Seketika gun menghentikan langkahnya dan melihat kearah pria yang berada diatas motor CBR 250rr berwarna hitam itu. Pria itu melepas helmnya dan meletakkannya di atas tangki motornya.

“Off?”

“Ayo buruan naik.”

“Hah?” Gun menatap off dengan tatapan bingungnya.

Sariwittaya High School ~Room 34 (Offgun) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang