Eight

405 70 28
                                    

***
“Aku duluan ya, arm, tay, new.” Pamit gun dan menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanannya.

“Hmm. Hati hati dijalan, gun.” Ucap arm dan membuat gun menganggukkan kepalanya.

Gun membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan mejanya. Hingga langkahnya terhenti saat new memanggil dirinya.

“Aku minta maaf soal yang tadi, gun. Aku tau kalo aku salah.”

Gun membalikkan tubuhnya dan tersenyum kearah new. Ia menghampiri new dan memeluk tubuh new sekilas.

“Kamu nggak salah kok, new. Aku yang salah. Nggak seharusnya aku bahas masalah yang nggak ada sangkut pautnya sama sekolah ini kan?”

“Nggak gun. Aku yang salah. Nggak seharusnya aku nutup mata dan telingaku. Seharusnya aku juga buka mata dan telinga kalo selama ini Sariwittaya juga punya masalah kayak sekolah sekolah lain.”

Gun hanya tersenyum.

“Udah new. Nggak usah dibahas lagi. Aku duluan ya. Mae ku udah jemput. Bye.” Pamit gun dan berjalan meninggalkan kelasnya.

Gun melangkahkan kakinya meninggalkan kelasnya dan berjalan menuju ke lantai satu.

***

“Kumohon lepasin akuuuu.” Teriak wanita berambut panjang itu dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

“Kamu teriak pun nggak akan ada yang denger cantik.”

“Tolongggggg!!!! Hikssss.” Teriak wanita itu lagi dan membuat pria bertubuh tinggi itu menciumi leher wanita itu.

“Jangan berisik, sayang.”

Pria itu menciumi leher wanita berambut panjang yang sudah menangis. Dengan sekuat tenaga, wanita berambut panjang itu menginjak kaki pria bertubuh besar itu dan membuat pria bertubuh besar itu mengerang kesakitan dan melepaskan pelukannya pada wanita itu. wanita berambut panjang berlari menuju ke pintu dan berusaha membukanya.

“Tolong... Hikss... Tolong jangan kunci pintunya... Hikss... Kumohon buka pintunyaaa!!!” Teriak wanita berambut panjang dan terus menarik narik knop pintu itu.

“Wanita sialaannnnn!!”

“Aaaaaaaaaaaa.”

“Hah.” Wanita cantik itu terlonjak dari tidurnya.

Ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya dan menangis dalam diam.

“Maafin aku... Hikss... Maafin akuu... Aku bukan sahabat yang baik buat kamu... Hiksss... Maafin aku.”

Wanita cantik itu menangis dan mengacak acak rambutnya sendiri.

***

“Mae, p’mild, gun berangkat dulu ya.” Pamit gun dan mencium pipi mae um dan juga mild yang masih terdiam.

“Iya gun... Hati hati di jalan ya, gun.” Ucap mae um dan membuat gun menganggukkan kepalanya.

“Hati hati, gun.” Ucap mild dan lagi lagi membuat gun menganggukkan kepalanya.

“Bye bye mae, p’mild.”

Gun melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan dan berjalan menuju ke pekarangan rumah mewah milik keluarganya. Gun masuk ke dalam mobil alphard berwarna hitam. Mobil itu membawa tubuh gun menuju ke sekolahannya.

Sesampainya di depan gerbang Sariwittaya High School, mobil itu berhenti. Gun turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju ke gedung Sariwittaya High School itu.

“Katanya sekolah ini punya masalah ya?”

“Iya iya. Aku denger dari salah satu siswa. Katanya sih sekolah ini punya masalah yang disembunyiin.”

Sariwittaya High School ~Room 34 (Offgun) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang