"Seolah telah ditakdirkan, semesta membawa kejadian kecil ini menjadi pengaruh besar di masa yang akan datang."
***
Jakarta, 2011
Pada akhir November bersamaan angin sore yang berhembus di kala itu, telah menjadi momen Rain dan Nira bertemu pertama kalinya. Seolah telah ditakdirkan, semesta membawa kejadian kecil ini menjadi pengaruh besar di masa yang akan datang.
"Hai namamu siapa?" sapa seorang anak lelaki pada gadis kecil yang barusan lewat di hadapsnnya. Anak lelaki tersebut bernama Rei Riyano.
Gadis yang dipanggil tadi menoleh, tetapi hanya diam.
"Setiap sore aku sering liat kamu pergi sendirian. Memangnya kemana?"
Belum ada jawaban.
"Aku ada eskrim dua kamu mau satu?"
Anak lelaki ini masih keras kepala mengajaknya berbicara, padahal sedari tadi gadis ini hanya diam tidak memberikan respon apa – apa.
"Ambil saja," ucapnya sambil memberikan eskrim rasa vanila kepada gadis tersebut.
"Kamu kenapa pendiam sekali sih," tanyanya, ia bingung sekali karena daritadi hanya berbicara sendirian.
"Kamu bisa cerita apa saja, seperti apa yang kamu sukai. Kalau aku suka eskrim vanila mungkin kamu menyukai permen atau coklat atau mungkin biskuit."
"A- aku ju-juga suka eskrim vanila," balas gadis itu yang akhirnya membuka suaranga.
Senyum Rain langsung merekah mendengarnya, "Wah sepertinya kita sama, ohya namamu siapa?"
"Rannia."
"Namaku Rei Riyano disingkat Iyan saja, seminggu yang lalu aku pindah di sini."
Nira hanya diam menatap eskrim yang berada di tangannya.
"Jadi kamu darimana sore – sore begini?"
"A-aku ke pemakaman ayah."
Hari itu adalah awal mula pertemanan mereka. Hanya dengan percakapan singkat tadi akan mengubah kehidupan Nira dalam beberapa tahun kedepan.
***
Jakarta, 2014
Pertemanan mereka sudah terhitung tiga tahun semenjak awal perkenalan. Rain dan Nira semakin dekat membuat Nira menjadi tidak sependiam dulu lagi.
Sore itu Iyan berkunjung ke rumah Nira seperti biasa, mereka bersama - sama memakan puding buatan Ibu Nira.
"Enaknya ...," puji Iyan sambil menyantap pudingnya lahap.
"Jadi gimana enak kan?" tanya Ibu Nira sambil menopang dagu, tersenyum manis memperhatikan mereka.
"Hmm... enmm enak bangmm bang banget,." Jawab Rain dengan mulutnya yang masih penuh dengan puding.
Di tengah – tengah mereka sedang makan bersama. Tiba – tiba Rain memilki ide yang entah darimana munculnya.
"Rannia gimana kalau namamu ganti jadi Nira saja?" saran Rain antusias.
"Heee? aneh sekali," balas Nira.
"Tapi bagus kan daripada aku kepanjangan nyebut Rannia."
"Tetap saja aneh."
"Gak aneh, Ibu juga pasti setuju kan?" tanya Rain. Ibu Nira hanya tersenyum sambil mengangguk.
Nira menghela napas dan akhirnya menyetujui namanya, "Kalau begitu sekarang giliranmu ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
RANNIA : MY LOVELY FRIEND
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] Kenapa sosokmu muncul lagi? Padahal itu bukan dirimu! Rasanya Nira ingin meneriakkan kalimat itu sekerasnya. Ia yang menemukan sosok Rain sahabat masa lalunya di dalam diri seseorang bernama Arta. Seolah sebagai penawar luka ke...